Sabtu, 20 April 2013

Apa coba?


Dewasa. Sebenarnya apa makna dibalik kata itu? Menjadi bijaksanakah? Menjadi seriuskah? Atau parahnya “being allowed to watch the adults’ porn movie”? (Pilihlah yang terkhir, maka kau akan menyesal seumur hidupmu) ^^

Oke, semua itu sebenarnya hanyalah pilihan. Bisa kita lihat, banyak manusia berusia matang yang masih saja bersikap layaknya remaja usia belasan. Kita sering kali berkata, “ih, muka tua, tapi kelakuan kaya’ anak kecil!” Memang. Memang begitulah adanya. Secara fisik memang orang-ornag seperti ini sudah bisa dibilang uzur, namun secara mental sungguh, akupun jijik dengan melihatnya.

Lain lagi dengan para remaja yang dewasa sebelum waktunya. Hal seperti ini kebanyakan karena faktor keadaan. Entah keluarga, teman, atau sesuatu yang lain yang aku tak mengerti. Namun menjadi dewasa ketika kau masih remaja, memiliki suatu hal yang buruk juga. Misalnya, dimana remaja yang seharusnya bertingkah laku layaknya remaja pada umumnya, ia justru memiliki kebiasaan sendiri yang mungkin tidak cocok dengan masanya. Hah, sungguh sulit memang.

Lalu bagaimana dengan remaja ababil atau anak baru labil? Jika mengingat beberapa waktu ke belakang, rasanya ingin sekali aku membumihanguskan tipe manusia ini. Menurutku, they’re just rubbish! So please kick them to the trash!

Apakah benar hidup mereka ini hanya mereka habiskan untuk melakukan hal yang tak penting untuk orang lain bahkan dirinya sendiri? Kemana-mana membanggakan pacar, padahal pacarnya pacaran denagn orang lain dibelakang dia. Banyak omong a.k.a. cerewet membicarakan hal tak penting. Well, what the $#^*^$&*&^?! Hah, jangan bicarakan ababil lagi atau emosiku akan memuncak!

Baik, jadi apapun pilihanmu, je souhaite que tu n’aurais pas été déçus. Compris?

Selasa, 02 April 2013

Aimer, c’est quoi?


Bodoh? Terserah. Silakan kalian berpendapat apapun tentangku.  Aku memang tak pintar dalam hal itu. Kau tau, orang sering menyebut hal itu cinta. Dengan egoku yang begitu besar, diriku pernah berkata. That’s just a bullshit thing! Dan memang begitulah adanya.

2013 3 14 Seorang dosen native dari mata kuliah menulis memberikan sebuah “devoir” atau tugas yang begitu sulit bagiku : “Ecrivez une poète avec ces mots : Aimer, c’est …” yang berarti “Tulislah sebuah puisi dengan kata-kata berikut : Mencintai, adalah…”
Sebuah pukulan telak untukku. Hei, yang aku tau hanyalah mencintai keluargaku, teman-temanku dan super junior! Aku hanya bisa mencintai satu orang yang bisa kuanggap sebagai “namja”. Yah, siapa lagi kalau bukan salah satu dari 13 orang itu. Dan itupun aku sama sekali tak dapat mendeskripsikannya. Aku selalu berkata bahwa cinta itu tak berarti jika harus diekspresikan dengan kata-kata. Hal itu mungkin hanya untuk menutupi kebodohanku yang sama sekali tak bisa mengekspresikan apa itu cinta dan mencintai.

Lalu mengenai namja yang satu itu. Seorang master besar dengan senyum joker bodoh yang selalu aku rindukan. Aku memang mencintainya. Mungkin kalian pikir aku ini yeoja yang berpikiran sempit. Oh ayolah, siapa yang tak ingin punya suami kaya, tampan, cerdas dan taat agama sepertinya?

Kembali lagi pada hari dimana aku sedang di kelas menulis. Beberapa menit setelah sang dosen native melayangkan tugas laknat itu, kulihat sahabatku mulai menuliskan sesuatu di bukunya. Oke, ini seperti half homework. Jadi kau bsa mengerjakannya saat itu juga. Entah apa yang ada diotak sahabatku ini, namun baru sepuluh menit saja dia telah berhasil menciptakan berbaris-baris kalimat yang kesemuanya adalah ekspresi “mencintai, adalah…”

Hah, sungguh aku tampak bodoh saat itu. Bukan apa-apa, biasanya akupun akan begitu. Langsung mengerjakan apa yang diminta dosen dan akan berhasil menciptakan berbaris-baris kalimat pula. Namun itu bukan untuk hal yang bertemakan cinta! Bukan seperti ini!
Oh sial, bahkan sahabatku terus saja menulis dengan wajah riangnya. Dan aku, hanya dapat memandang bodoh padanya.  Ingin rasanya aku pulang lebih dulu saja. Namun nyatanya dosen itupun belum mau menutup perkuliahan.

Cukup lama aku berpikir keras untuk menciptakan satu saja kalimat menyebalkan itu. Otak ini terlalu susah untuk diajak kompromi. Bahkan salah satu sahabatku yang lain berkata bahwa aku sudah mati rasa. Ah, mungkin saja dia benar. Namun hatiku tak bisa mati untuk seseorang. Ya, orang itu lagi. Si kuda jantan yang selalu menghantui hidupku. Aku terus mengingatnya. Mencoba untuk mengeluarkan sebuah arti dari perasaanku padanya. Lama. Sungguh terlalu lama waktuku untuk berpikir. Hingga akhirnya, lebih dari setengah jam kemudian aku berhasil menuliskan sesuatu…


Aimer, c’est les pieds d’amour d’un cheval à mon cœur
(Mencintai adalah derap langkah cinta sang kuda di hatiku)



by. Choi Hyekyung from Shin




Rabu, 20 Maret 2013

Readers Declare Super Junior’s Choi Siwon Korea’s Prince Charming


Last week, we asked you which handsome star you wanted to receive a White Day confession from, and it appears Super Junior’s Choi Siwon is the man of your dreams.



The gentlemanly Super Junior member took the top spot in the polls, garnering 38.9 percent of readers’ votes, inching ahead of TVXQ’s Max Changmin, who followed closely behind in second place with 37 percent of votes.
Song Joong Ki, meanwhile, trailed behind in third place with 12 .3 percent. JYJ’s Park Yoo Chun came in fourth place with 7.5 percent, while Lee Seung Gi surprisingly finished last with 4.3 percent of votes.

More than 28,000 votes were cast last week, and with Choi Siwon collecting more than 11,000 votes, we think it’s safe to say the other nominees didn’t stand a chance against the Super Junior member.


Source: enewsworld.interest.me
Shared at sup3rjunior.com by firnia
TAKE OUT WITH FULL AND PROPER CREDITS.

Senin, 28 Januari 2013

This Faithful Love (Chapter 6 - End)


Kyuhyun yang sekarang seolah bukan Kyuhyun yang sebenarnya. Sesuatu yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu telah mengubah hidupnya secara otomatis. Sejak ia tahu bahwa cinta pertamanya adalah Minnie, semua jadi berubah. Bahkan keduanya jarang terlihat berdua. Kyuhyun lebih sering tidak ikut kuliah. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di kediaman Cho. Sedangkan Sungmin, ia tahu ia harus bersikap biasa saja. Namun tak bisa dipungkiri bahwa hatinya tetap merindukan namja itu.
Begitu pun hari ini. Diam-diam Sungmin mencari sosok Kyuhyun yang belakangan ini tak pernah dilihatnya. Ia tak habis pikir, mengapa namja itu bisa bisa dengan egois memikirkan dirinya sendiri. Bahkan Kyuhyun tidak datang saat ujian penerapan filsafat. Sungmin ingin sekali menghubunginya. Menanyakan apakah dirinya baik-baik saja. Namun itu tak mungkin. Ia yakin ia akan semakin mencintai namja itu jika ia peduli padanya. Padahal ia telah meyakinkan dirinya untuk menyerahkan Kyuhyun seutuhnya pada Victoria.
Lama ia mencari Kyuhyun, namun ia justru bertemu dengan sosok lain. Sosok yeoja yang ia yakini sebagai takdir terbaik bagi Kyuhyun. Yeoja itu tersenyum padanya kemudian member sinyal agar mereka dapat berbicara empat mata.
“Bagaimana kabarmu, Sungmin-ssi?” Tanya Victoria.
Sungmin masih agak canggung dengannya. Ia mencoba semampunya agar ia tak terlihat grogi.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” jawab Sungmin sedikit gugup.
Victoria menyunggingkan senyumnya. Senyum yang sulit diartikan bagi Sungmin.
“Hhh… aku akan merasa lebih baik jika kau tak berbohong padaku, Sungmin-ssi.” Ucap Victoria yang sukses menciptakan raut bingung di wajah Sungmin.
“Apa maksudmu?”
“Aku yakin kau tidak baik-baik saja. Aku yakin kau juga merasakan apa yang Kyuhyun rasakan.”
Benar. Victoria memang benar. Sungmin tak dapat menyangkal hal itu lebih jauh lagi. Ia tak ingin salah bicara. Ia lebih memilih diam dan mendengar apapun yang dikatakan Victoria.
“Aku tak percaya kau melakukannya pada Kyuhyun. Aku menyukainya, Sungmin-ssi dan kau menyiakannya.”
DEG!
Sakit. Hati Sungmin yang belum sembuh itu kembali sakit. Ia baru tahu saat itu bahwa Victoria begitu menyukai Kyuhyunnya.
“Aku merelakannya untukmu. Bahkan ia memintaku untuk membatalkan rencana pernikahan konyol itu hanya karena satu yeoja. Kau. Tak tahukah dirimu, ia begitu mencintaimu? Kumohon, jangan bohongi dirimu sendiri.”
DEG!
Sekali lagi jantung sungmin berdetak kencang. Ia baru sadar akan sesakit ini menyadari kebodohan diri sendiri. Ia baru tahu bahwa Kyuhyun telah membatalakn segalanya sejak dulu. Dan kini ia justru memaksanya untuk bersama Victoria? Ah, tapi tidak. Tidak bisa begini.
“Ani Victoria-ssi. Kalian berdua sepertinya salah mengambil keputusan. Kurasa Kyuhyun akan lebih baik jika bersamamu.” Lirihnya mencoba menjelaskan.
“Apanya yang lebih baik? Kyuhyun mengharapkanmu dan aku terus menerus tersakiti, itukah yang kau sebut lebih baik? Kau ingin menyiksa kami berdua, Sungmin-ssi?” ucap Victoria sedikit menyalahkan yeoja di sampingnya.
Sungmin terkejut. Sungguh, ia tak menyangka Victoria akan berkata seperti itu. Seolah tersadar dari tidur panjangnya, Sungmin menangis begitu saja. Ia tak mau menyakiti dua orang itu, hanya saja ia ingin yang terbaik untuk Kyuhyun. Tapi ternyata…
“Kau yang salah ambil keputusan, Sungmin-ssi. Tolong pikirkan baik-baik.” Ucap Victoria mengakhiri obrolan mereka hari itu.
Victoria menepuk pundak Sungmin pelan sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan yeoja itu menangis sendiri. Sungmin merasa dirinya begitu bersalah. Ia sudah bangkit dari duduknya dan berniat berlari keatap gedung. Namun tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
“Mau ke atap lagi?” Tanya seorang namja di dekatnya.
“…”
Sungmin tak menjawab. Ia mencoba mencari sumber suara itu. Ia mengedarkan pandangannya dan suara itu kembali berbicara.
“Bukankah Kyuhyun sudah melarangmu ke sana? Lagi pula aku ada disini!”
Ah, itu dia! Sungmin menemukan namja itu.
“Siwonnie?”
Siwon tersenyum pada Sungmin seakan ingin memberikan yeoja itu kenyamanan. Kemudian ia mendekat pada Sungmin pelan.
“Heeeh, bagaimana aku mengatakannya… Emm, aku lelah melihatmu menangis.” Ucap Siwon sambil mengacak rambut Sungmin pelan.”
Sungmin hanya bisa mempoutkan bibirnya. Ia berusaha untuk menghentikan tangisannya sejenak dan menghapus sisa lelehan air mata di pipinya.
“Oh ya, seseorang sedang menunggumu di kelas. Kalau tidak salah, namanya Lee Donghae.” Lanjut Siwon.
“Eh? Ada apa?” Tanya Sungmin yang tampak bingung
“Bagaimana jika kau menanyakan langsung padanya?” sahut Siwon menyarankan.
Tanpa berpamitan pada namja di depannya, Sungmin langsung saja menuju ke kelasnya. Mencari namja yang ia ketahui sebagai sahabat Kyuhyun itu. Hatinya masih berdebar. Siapa tahu Donghae akan memberitahunya sesuatu mengenai Kyuhyun.
Ia langsung berlari ke arah namja itu setelah dirinya sampai di kelas. Ia tampak cemas. Sungmin sendiri sadar, kini ia sudah tak bisa memakai topengnya lagi. Ia tak peduli. Satu hal yang ia butuhkan saat ini, Kyuhyun. Dan harapannya tentang Donghae yang akan memrinya kabar mengenai Kyuhyun memang benar. Donghae benar-benar memberitahunya keadaan Kyuhyun saat ini.
“Kyuhyun tak bisa bangkit dari tempat tidurnya.”
DEG!
Satu kalimat itu cukup untuk membuat Sungmin hancur. ‘Apa-apaan ini? Kyuhyun tak mungkin selemah ini. Kyuhyun tak mungkin menyiksa dirinya sendiri. Kyuhyun tak boleh seperti itu.’ Kalimat-kalimat itu kini berputar di otaknya.
Ia memang ingin tahu keadaan Kyuhyun. Tapi bukan ini yang diharapkannya. Bukan hal buruk yang ia inginkan. Yah, ia merasa ini adalah murni kesalahannya. Dan kini ia ingin sekali mengutuk dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya berulang kali berharap dengan begitu semua akan membaik.
“Sungmin ah, kau mau ikut aku menemuinya nanti?” ajak Donghae padanya.
Tanpa ragu lagi, Sungmin mengangguk menyetujuinya.
.
Sore itu Sungmin kembali ke kediaman Cho  sejak  terkhir kali ia makan malam bersama keluarga ini beberapa minggu yang lalu. Sungmin tahu, semuanya akan terasa berbeda. Semua akan terasa canggung setelah mereka tahu siapa dirinya. Termasuk Hanna ahjumma yang kini menyambutnya dengan isakan lirih di bibirnya. Sungmin yakin, Kyuhyun telah menceritakan segalanya pada ibunya ini.
Hanna ahjumma memeluk Sungmin erat seolah takut yeoja itu akan pergi lagi. Ia menangis tersedu dalam pelukan itu. Pelukan penuh kerinduan yang tak tersampaikan selama 13 tahun. Ia merindukan yeoja yang sudah ia anggap seperti anaknya itu. Keduanya kini menangis dalam pelukan masing-masing. Menyalurkan segala rindu yang telah lama mereka simpan. Sedangkan Sungmin semakin merasa bersalah. Ia ingat terakhir kali bertemu Hanna ahjumma, ia justru membohonginya.
“Mianhaeyo, ahjumma… hiks… hiks…” lirih Sungmin di tengah tangisannya.
“Sshh…sshh… Sudah, jangan menangis lagi, Chuu. Ahjumma jadi ingin menangis terus karenamu.” Ucap Hanna ahjumma menenangkannya.
Tak lama setelahnya mereka melepas pelukan itu. Hanna ahjumma memandang yeoja itu dengan raut bahagia.
“Aku senang kau kembali, Chuu.” kata Hanna ahjumma pelan sambil membelai pipi Sungmin.
“Ne, ahjumma.”
“Sekarang, temuilah anak itu. Keadaannya semakin memburuk saja.”
Sungmin mengangguk pelan. Selanjutnya ia melangkah ke kamar Kyuhyun. Ia ragu. Ia terlalu takut untuk bertemu dengan namja itu. Ia telah menyakitinya terlalu jauh. Ia juga takut melihat Kyuhyun. Ia takut nantinya hanya akan menangis dihadapannya. Namun harus bagaimana lagi? Ia tetap harus mengakhiri semuanya. Jadi ia putuskan untuk melanjutkan langkahnya.
Ia membuka pintu kamar Kyuhyun pelan. Mencoba untuk tidak menganggu seseorang yang kini tengah berada di dalamnya. Dan benar saja, ia menangis begitu melihat Kyuhyun. Kyuhyun terlihat begitu pucat. Tubuhnya terbaring begitu saja. Tak ada tanda-tanda bahwa namja itu baik-baik saja.
Sungmin mencoba mendekati tubuh yang sedang terbaring itu. Ia duduk disebelahnya dan menatapnya sedih. Rasa bersalah itu semakin menguasainya. Bahkan ia tak berani menyentuh Kyuhyun. Ia takut, ia akan melakukan sesuatu yang buruk lagi pada namja yang dicintainya itu. Tangisannya semakin keras. Air matanya mengalir deras begitu saja. Sungguh, dirinya tak tahan. Jadi ia memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Ia tak ingin menangis di depan Kyuhyun walaupun saat ini ia tak bisa mendengarnya. Namun saat ia baru menyentuh knop pintu, ia mendengar satu lirihan.
“Gajima…”
Ia memastikan suara itu lagi. Tapi tak ada. Suara itu tak terdengar lagi. Jadi ia segera memutar knop pintu dan bersiap untuk keluar.
“GAJIMALHAGO!” teriak Kyuhyun sambil bangkit dari tidurnya.
Sungmin terkejut dengan tingkah Kyuhyun yang di luar dugaan itu. Ia menghentikan niatnya keluar dari kamar Kyuhyun. Ia memilih mendekati namja itu. Ia ragu, ia tak yakin apakah yang dihadapannya ini benar-benar Kyuhyun. Lagi pula, kata Donghae tadi…
“Kyu? Kau bisa bangun?”
Kyuhyun hanya mengangguk-anggukmantap dan tanpa dosa.
“Ta-Tapi Donghae bilang…”
“Apa yang dia katakan? Cih, sudahlah, ayo duduk sini!” katanya sambil menarik lengan Sungmin untuk duduk di tempat tidurnya.
Sungmin masih memandang Kyuhyun tak percaya. Ada raut terkejut sekaligus sedih disana. Kyuhyun pun menyadarinya. Ia hanya tersenyum melihat wajah yeojanya itu.
“Aku memang sakit. Tapi aku masih bisa bangun. Ish, kau terlalu polos percaya pada aktingku dan si bodoh itu!haha…” ucap Kyuhyun tanpa dosa sambil mengacak rambut Sungmin.
Namun itu menjadi malapetaka bagi Kyuhyun. Karena kini Sungmin justru menatapnya penuh kebencian. Kyuhyun sendiri tahu, yeoja itu marah. Namun dirinya tak tahu harus berbuat apa. Dan beberapa detik kemudian…
“Hiks…hiks…hueeee…”
Sungmin kini menangis jauh lebih keras. Menangis bak anak kecil yang kehilangan ibunya. Ia tak peduli. Hatinya terlalu sulit untuk menerima semua keadaan. Ia begitu kesal pada namja di depannya ini.
“Kau… Kau namja paling menyebalkan yang pernah kukenal!” ucap Sungmin di sela isakannya sambil melemparkan beberapa bantal ke arah Kyuhyun.
Kyuhyun pun dibuat salah tingkah olehnya. Ia begitu sulit menenangkan Sungmin yang kini tengah marah padanya.
“Minnie ah… aish… Chuuuuu… dengarkan aku!” ucapnya sambil mencoba menghentikan lemparan bantal dari Sungmin.
“Anhae! Aku tak mau mendengarmu lagi! Shireo! Shireo! Shireoooo!” teriak Sungmin menghentikan segalanya.
Ia masih terisak. Kyuhyun memegang kedua tangannya untuk mencegah adanya lemparan bantal lagi. Sungmin terisak begitu keras. Namun ia masih melanjutkan racauannya.
“Kau tak tahu bagaimana sulitnya aku mencarimu? Dan sekarang, kau malah membuat lelucon bodoh ini. Kau tak tahu bagaimana perasaanku, hah?! Kau tak pernah tahu betapa aku mecemaskanmu dan sekarang kau … hhhmpph…”
Bibir Sungmin terkunci begitu saja ketika Kyuhyun menciumnya. Kyuhyun masih merasakan air mata itu mengalir di sela ciuman mereka. Ia mengerti bagaimana perasaan Sungmin saat ini. Tapi ia juga ingin menuntut Sungmin agar yeoja itu juga tahu apa yang ia rasakan.
Akhirnya Kyuhyun melepaskan ciuman itu setelah beberapa menit. Ia bersyukur tak ada teriakan lagi dari Sungmin. Hah, ia berhasil menenangkan yeoja itu.
“Berjanjilah untuk tak pergi lagi dariku.” Ucapnya pelan pada yeoja yang sangat dicitainya itu.
Sungmin hanya mengungguk pelan menanggapi permintaan Kyuhyun itu. Namun I masih saja terisak karena sisa tangisannya.
“Ya! Hanya dengan anggukan tak berarti kau berjanji! Itu tak berarti sama sekali!” ucap Kyuhyun kesal.
Sungmin segera menatapnya marah. “Ish… Keurae! Aku janji! Kau puas?”
Kyuhyun tersenyum puas setelahnya. Ia kembali mengangguk mantap tanpa dosa yang semakin membuat  Sungmin kesal.
“Keuraesso… Emm, apakah aku bisa mendapatkan pelukan itu sekarang?” Tanya Kyuhyun.
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Sungmin langsung saja memeluk namja di depannnya. Ah, terserah orang akan berkata apa. Yang penting ia ingin memeluknya saat itu. Ia begitu merindukannya. Bukan hanya karena beberapa hari mereka tak bertemu. Tapi karena 13 tahun itu. Begitu pula Kyuhyun. Ia merasa penantiannya selama 13 tahun berakhir saat itu juga. Sesekali ia mencium puncak kepala Sungmin sekedar untuk menyalurkan rasa cintanya pada yeoja itu.
“Saranghae Kyunnie…”
“Nado Chuu…”

Epilog
“Ya! Tak bisakah kau hentikan hal itu? Kau tak perlu berdandan berlebihan.. ish, dasar yeoja pink!” teriak Kyuhyun pada mempelai wanitanya.
Sungmin segera mempoutkan bibirnya saat ia mendengar teriakan Kyuhyun yang membuat dirinya kesal. Ia tak habis pikir, namjanya itu masih saja menyebalkan bahkan setelah satu tahun resminya hubungan mereka. Apalagi saat ini hubungan itu akan semakin serius. Hubungan itu akan semakin terikat dengan hal yang bernama pernikahan.
“Paboya, bukankah kau seharusnya bersiap di depan altar?” ucap Sungmin kesal.
“Ya! Kau berani memanggil calon suamimu pabo?! Awas kau nanti!” jawab Kyuhyun ketus dan segera meninggalkan ruang pengantin wanita.
Sungmin hanya tersenyum melihat kelakuan kekasihnya itu. Biarlah, karena itulah Kyuhyun apa adanya. Kyuhyun yang ia nanti selama 13 tahun. Dan hari ini adalah hari final dari segalanya. Hari yang teramat bahagia bagi keduanya.
Tiga belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Bahkan perubahan itu terjadi dimana-mana. Termasuk pada diri keduanya. Namun satu hal yang tak berubah pada diri mereka. Cinta tulus keduanya yang siap mereka berikan setiap saat dan selamanya.
“Cho Kyuhyun-ssi, bersediakah anda, dihadapan Tuhan, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupu senang, wanita di sebelah kanan anda? Apakah anda berjanji untuk menjadikannya yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik, menjadi tempat bergantung baginya, hanya baginya dan selamanya hingga akhir hidup anda?” ucap sang pendeta saat janji sakral itu berlangsung.
“Ya, saya bersedia.” Jawab Kyuhyun tanpa ragu.
Kini sang pendeta beralih pada Sungmin. Ia mengatakan hal yang sama pada yeoja itu. Sebuah sumpah sakral yang akhirnya dijawab hal yang sama pula oleh Sungmin. “Ya, saya bersedia.”
Selesailah prosesi itu. Kedua insan berbeda gender itu kini telah resmi menjadi pasangan suami istri. Pernikahan, suatu hal yang cukup sulit untuk dilakukan namun benar-benar dinanti oleh keduanya. Tak lama setelahnya, terlihat Yesung membawa dua buah kotak yang berisikan cincin. Kyuhyun langsung saja menyambar salah satu dari cincin itu dan memakaikannya di jari Sungmin. Berbeda dengan Sungmin, ia lebih lembut melakukan hal itu. Ia mengambil satu cincin yang lebih besar kemudian memakaiannya pada jari Kyuhyun.
“Baiklah, silakan mencium pasangan masing-masing.” Ucap sang pendeta mengakhiri prosesi suci itu.
Tanpa ragu Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah putih Sungmin. Sungmin hanya terdiam disana. Bersiap menerima ciuman pertama setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Ia menutup matanya menunggu Kyuhyun menciumnya. Dan beberapa detik setelahnya, akhirnya kedua bibir itu bertemu. Belum ada lumatan atau hisapan disana. Hanya bibir yang menempel untuk menyalurkan segala rasa cinta dari keduanya.
Namun ternyata semua itu salah. Bukan hanya menempelkan bibir, kini Kyuhyun ingin ciumannya menjadi lebih intim. Siapa sangka beberapa menit kemudian Kyuhyun berani melumat bibir Sungmin dengan ganas dihadapan semua orang. Ia tak membiarkan istrinya itu melepas ciuman yang ia lakukan meski kini Sungmin tengah meronta. Ia tetap melumat bahkan menggigit pelan bibir plum istri tercintanya.
Sungmin mendengar beberapa tertawaan kecil dari orang-orang di sekitarnya. Ah, dia semakin malu karena suaminya ini. Lama Sungmin meronta, akhirnya Kyuhyun melepaskan ciuman itu juga. Terlihat kini wajah Sungmin merona merah. Tak hanya itu, ia juga terengah. Begitu pula Kyuhyun. Keduanya sama-sama kehilangan oksigen untuk beberapa saat. Kemudian Sungmin memandang suaminya kesal.
“Ish… memalukan! Kau membuatku malu, Cho Kyuhyun!” bisik Sungmin pada suaminya.
Kyuhyun hanya menyunggingkan senyum evil khasnya. Kemudian ia mendempelkan dahinya sendiri pada dahi lebar Sungmin. Lalu ia berbisik pasa yeoja tercintanya itu.
“Ini hukumanmu, Cho Sungmin. Karena kau telah berani memanggilku pabo tadi!”
“Mwo?”
“Mogsanim, bolehkah aku mencium istriku lagi?” ijin Kyuhyun pada pendeta di depan altar tanpa mempedulikan Sungmin yang masih bingung karena tingkahnya.
Pendeta itu tampak terkejut. Tapi mana mungkin ia menolak permintaan Kyuhyun karena namja itu bahkan berani memberikan death glarenya jika sang pendeta tak mengijinkannya.
“O-oh, baiklah.” Ucap pendeta itu pasrah.
Sekali lagi Kyuhyun mencium yeoja di sampingnya. Sungmin terpaksa menerima ciuman Kyuhyun yang jauh lebih ekstrim dari ciuman sebelumnya. Ia harus menahan malu karena tertawaan orang-orang yang semakin keras. Tapi ia juga harus menyambut baik ciuman suaminya. Jadi ia memutuskan untuk membalas lumatan-lumatan itu. Sedangkan Kyuhyun, ia tampaknya puas sekali dengan perlakuan Sungmin saat ini.
Namun kesenangan Kyuhyun ta berlangsung lama. Sungmin terlihat murung setelah prosesi pernikahan itu selesai. Ia memilih meninggalkan Kyuhyun dan berjalan keluar gereja masih dengan gaun pengantin yang tampak mengganggunya. Ia tak peduli. Ia ingin Kyuhyun tahu bahwa dirinya begitu kesal pada suaminya yang secara terang-terangan telah mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang.
“Chuu, kau mau ke mana anakku?” Tanya seseorang menghentikan langkahnya.
Tampak seorng biarawati paruh baya tengah berdiri di hadapannya. Ia tersenyum tulus pada Sungmin dan menggeleng pelan.
“Park Sunyeonim? Ani… aku hanya…” jawab Sungmin terbata.
“Meninggalkan Kyuhyunie untuk kesekian kalinya?”
DEG!
Pernyataan telak bagi Sungmin. Bukan. Bukan seperti itu. Ia tak mungkin meninggalkan Kyuhyun lagi. Tidak akan pernah sekalipun. Dan tanpa ia sadari, air matanya mulai jatuh. Ia tak bisa menjawab pertanyaan biarawati di hadapannya.
“Jawab itu, Cho Sungmin!” ucap seseorang bersuara bass di belakangnya.
Ia segera berbalik dan melihat suaminya tengah memandangnya intens. Sungguh, ia takut. Bukan karena ia tak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia takut jika masih saja ada yang menyalahkannya karena telah meninggalkan Kyuhyun. Ia tak tahan, ia tak mau lagi jauh dari suaminya itu. Jadi ia memutuskan untuk berlari ke arah Kyuhyun dan memeluknya. Ia menangis tersedu dalam pelukan hangat suaminya.
“Ish… dasar yeoja bodoh.” Ucap Kyuhyun sambil membelai punggung istrinya sekedar untuk memberinya ketenangan.
Park Sunyeonim tampak bahagia melihat keduanya. Ia mendekati dua pengantin itu dan menepuk pundak mereka. Mereka pun melepas pelukan itu dan memandang sang biarawati yang kini menatap mereka penuh kebahagiaan.
“Seperti apa yang ku pikirkan, kalian memang tak bisa terpisah. Dan kini Tuhan telah menyatukan kalian. Tuhan memberkati kalian, anak-anakku.”
Kyuhyun dan Sungmin tersenyum bersamaan. Lega, itu yang mereka rasakan.
“Ayo kita masuk!” ajak Kyuhyun pada dua yeoja di depannya.
Mereka kembali masuk ke dalam gereja. Gereja yang tiga belas tahun lalu menjadi saksi janji keduanya dan hari ini ia kembali harus menjadi saksi dari janji yang lainnya. Janji yang lebih nyata yang dilakukan oleh orang yang sama. Gereja itu masih setia menjadi saksi kasih sayang yang tercipta diantara keduanya. Setara dengan kesetiaan cinta mereka berdua.
“Ah, anak-anak!”
“Ya, Cho Sungmin, bisakah kau tak memikirkan anak-anak itu dulu? Ini hari pernikahanmu! Aku bisa memberimu sebanyak yang kau mau! Jadi kau tenang saja!”
“Jinja?”
“Kau meragukan suamimu?! Oke, kita lakukan malam ini juga!”
“Ya! Dasar pervert!”

END

This Faithful Love (Chapter 5)



Victoria kembali menangis dalam diam. Aish… mengapa selalu seperti ini? Aku selalu membuat seorang yeoja menangis. Kini aku tak tahu harus berbuat apa. Bahkan untuk menanggapi perkataan Victoria saja aju tak bisa.
“Aku tahu sejak awal kau tak menyukaiku. Jadi aku selalu berusaha untuk dekat denganmu agar kau bisa menyukaiku sedikit demi sedikit. Namun sepertinya aku terlalu naïf.” Lanjutnya.
Kemudian ia tersenyum miris. Seolah ia memaksakan senyuman itu keluar di tengah tangisannya. Tapi air mata itu tetap keluar dari pelupuk matanya.
“Aku seharusnya tahu apa yang kau rasakan dan siapa yang ada dalam hatimu. Aku memang merasakan dirimu berbeda ketika kau bersamanya. Tapi aku selalu mencoba untuk menghindari pikiran aneh itu. Kau selalu tampak bahagia ketika dia disisimu. Kau bisa menjadi dirimu sendiri ketika kau bersamanya.”
“Apa maksudmu?”
“Dan aku rasa, perasaanmu memang untuknya. Untuknya yang selalu ada disampingmu. Untuknya yang kau akui sebagai sahabatmu. Bukan untukku.”
DEG!
Apakah yang ia maksud adalah Minnie? Dan apakah memang seperti itu? Bahkan aku belum berani memutuskan perasaanku sendiri. Aku memang terlalu takut jika Minnie pergi dariku. Namun aku tak yakin apakah aku memang benar-benar mencintainya.
Kini Victoria semakin menundukkan kepalanya. Aku tahu ia menangis semakin keras dalam diamnya. Sungguh, aku merasa bersalah padanya. Aku tak mengira akan sesulit ini hanya untuk mengakhiri hubunganku dengan Victoria.
“Victoria-ssi. Mianhae, jeongmal mianhaeyo.” Aku memohon maaf padanya berulang kali.
Tak lama setelah itu, ia mendongakkan kepalanya. Ia mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum tersenyum padaku. Kurasa itu senyum yang sangat menyakitkan untuknya.
“Aku akan senang jika kau bisa bersamanya. Tapi bolehkah aku meminta sesuatu padamu untuk yang terakhir kalinya?” ucapnya lirih dan tampak memohon.
“Apa itu?” tanyaku.
“Bisakah kau menciumku untuk pertama dan terakhir kalinya?”
Mwo? Mengapa harus itu? Haruskah aku melakukannya?
Ish… tapi aku bisa apa. Aku memang bersalah besar padanya. Baiklah, aku harus mengabulkannya sebagai permintaan maafku. Oke, ini hanya bentuk permintaan maafku.
Tanpa menjawabnya, aku langsung mendekati wajahnya dan menciumnya perlahan. Tak ada yang spesial disana. Aku hanya menempelkan bibirku pada bibirnya beberapa detik sampai kudengar isakan dari seseorang.  Aku yakin, itu bukan isakan Victoria. Bahkan mulutnya kini sedang terkunci. Lalu siapa?
Kemudian aku segera melepaskan ciuman itu dan mencari sumber isakan yang mengganggu pikiranku. Mengapa itu mengganggu pikiranku? Karena aku mengenal suara itu walaupun itu hanya sebuah isakan kecil. Minnie. Ya, kurasa itu suaranya. Aku memandang sekeliling, mencarinya dan itu dia!
Aku menemukannya tengah berjalan menjauh dari tempatku sekarang. Oh tidak, apakah dia melihat kami berciuman tadi? Dan sepertinya memang dia melihatnya. Itu hal yang buruk. Aku tak ingin dia salah paham.
“Minnie ah! Minnie ah chamkanman!” teriakku padanya. Tapi terlambat. Dia terlalu cepat berjalan menjauhiku. Aish jinja! Apa yang harus kulakukan?
“Kejar dia, Kyuhyun-ssi. Aku ingin kau mengejar cintamu.” Kata Victoria tiba-tiba.
Aku tersenyum padanya. Lalu aku segera mengejar Minnie setelah mengucapkan terima kasihku pada Victoria. Oh hell, aku tak dapat menemukannya dimanapun. Ayolah Minnie, jangan bercanda!
Tunggu… Atap!
Aku segera berlari ke atap gedung ketika aku mengingat tempat favoritnya. Dan benar saja. Ia ada disana. Kulihat ia sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya. Masih ada kesedihan di wajah itu. Namun ia segera berdiri dan menghapus air matanya ketika ia melihatku datang. Kami hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. Canggung sekali. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“Sudah kubilang, jangan ke atap lagi!” kataku tegas. “Ikut aku!”
Kemudian aku menarik tangan kanannya dan membawanya pergi dari tempat itu.
.
Aku membawa Minnie ke gereja tempatku dulu sering menghabiskan waktuku bersama cinta pertamaku. Sekedar untuk mengajaknya berbicara. Juga menceritakan masa kecilku padanya. Menceritakan Chuu yang sangat aku cintai hingga sekarang.
Kami berdua duduk di salah satu kursi panjang di dalam gereja. Tak ada yang mau memulai pembicaraan. Minnie pun sekarang terlihat lebih banyak diam. Tak seperti biasanya.
“Mengapa kau menagis?” tanyaku untuk memulai pembicaraan.
“Ne?”
“Aku Tanya, mengapa kau menangis?” aku mengulangi pertanyaanku.
Minnie tampak berpikir. Ish, apa yang dipikirkannya? Bukankah tinggal jawab saja?
“Oh… Itu… Itu karena aku tak dapat menemukan Siwon di atap tadi.” Jawabnya.
Mwo? Kuda itu lagi. Apa benar Minnie menangis hanya karena ia tak dapat bertemu dengan tuan Choi itu?
“Ish… Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan kuda itu lagi!” ucapku agak kesal.
“Ya Kyuhyun-ah, sudah kubilang juga jangan memanggilnya seperti itu.” Katanya pelan.
Aku sedikit tertawa beberapa saat kemudian. Tak lama setelah itu dia pun ikut tertawa bersamaku. Hah, syukurlah. Akhirnya aku kembali melihat tawanya. Kuharap memang dia tak salah paham dengan apa yang terjadi tadi. Namun tawa itu tak berlangsung lama. Tak apa, setidaknya aku telah berhasil mengubah mood yeoja pink ini.
“Kau tahu Minnie ah, aku selalu ingin menikah di gereja ini.” Kataku kemudian.
Minnie tersenyum tulus kearahku.
“Jinja?” tanyanya sambil tersenyum.
“Ne. Tentu saja!”
“Keuraeso. Kurasa Victoria-ssi juga akan menyukainya!” katanya sambil tersenyum bahagia.
Mwo? Apa maksudnya? Hei, aku tak menyinggung soal Victoria disini! Mengapa dia…
Belum  sempat aku melanjutkan bicaraku, kami berdua mendengar tawa beberapa anak di luar gereja.
“Ah, anak-anak!” teriak Minnie tiba-tiba.
Kemudian ia segera bangkit dan mencoba berlari keluar. Apa-apaan dia? Bahkan aku belum selesai bercerita!
“Minnie ah, kau mau kemana? Aku belum selesai bicara!” teriakku pada Minnie yang berlari semakin menjauh.
Lalu Minnie menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan tersenyum ke arahku. “Tak ada yang lebih penting dari anak-anak. Simpan dulu ceritamu. Aku akan mendengarnya nanti!”
Kemudian ia tersenyum bahagia dan melanjutkan langkahnya keluar gereja. Ish, menyebalkan sekali dia. Dia masih bisa tersenyum sebahagia itu sedangkan dia baru saja membuatku kesal. Dasar yeoja pink. Aah, aku ingin tetap di dalam gereja saja. Aku pasti akan canggung dengan anak-anak. Maka dari itu, aku tak mau mengikuti Minnie.
Namun aku salah, aku hanya menjadikan diriku semakin bosan dengan hanya berdiam diri di dalam gereja. Jadi kuputuskan untuk keluar dan mencari Minnie. Ketika aku mencapai sisi luar gereja, kulihat Minnie tengah bermain dengan anak-anak di halaman gereja. Ia begitu bahagia bermain dengan anak-anak itu. Aku yakin dia tak mengenal mereka. Tapi mengapa mereka bisa begitu dekat? Ish, pasti itu karena Minnie yang terlalu cerewet.
Hah, aku tertawa pelan melihatnya. Kemudian aku mengedarkan pandanganku. Ah, aku benar-benar merindukan suasana ini. Tempat ini masih sama seperti 13 tahun lalu. Baiklah, aku kini semakin merindukannya. Cinta pertamaku.
Kulihat beberapa biarawati sedang berjalan menuju gereja. Dan juga salah satunya yang sangat aku kenal. Seorang biarawati yang terlihat lebih tua dari yang lainnya. Park Sunyeonim. Dialah yang selalu dengan senang hati menemaniku untuk bermain disini dulu. Bukan hanya aku lebih tepatnya. Aku dan Chuu. Kami berdua. Tak sekedar bermain. Park Sunyeonim juga tak pernah lelah mengingatkan kami untuk berdoa. Ah, aku sangat merindukan masa-masa itu.
Kulihat Park Sunyeonim membawa beberapa permen dan makanan. Kemudian ia berhenti dan memandang Minnie yang sedang bermain dengan anak-anak dari kejauhan. Kemudian ia berteriak memanggil seseorang.
“Chuu!”
Tunggu. Dia bilang apa?
“Chuu, kemarilah!”
Chuu? Apakah benar dia memanggil Chuu? Tapi siapa yang dipanggilnya?
“Ne, sunyeonim.”
Kudengar seseorang berteriak menanggapi panggilan Park sunyeonim dari kerumunan anak-anak. Suara yang sangat kukenal. Lalu selanjutnya kulihat seorang yeoja berjalan ke arah biarawati yang memanggilnya. Tunggu… Dia… Tak mungkin…
Minnie?
Mengapa Park Sunyeonim memanggilnya Chuu?
Ya Tuhan, siapa dia sebenarnya?
“Aish… Dari dulu kau tak pernah berubah Kyuhyun-ah…”
“Kyu, belikan satu rasa vanilla untukku!”
“Kau suka vanilla?” - “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
“Aish…Kyunnie… Ayo ceritakan!”
“Dia tak bisa makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!”
….
Semua perkataan Minnie seperti kembali berputar di otakku. Semua seperti terulang. Semua kecurigaanku. Bahkan aku juga mengingat bagaimana ia menangis saat bertemu dengan ibuku. Jadi apakah Minnie…
“Kyuhyunie!” panggil seseorang memecah lamunanku.
Kulihat Park Sunyeonim tengah tersenyum padaku. Aku yakin ia yang baru saja memanggilku. Kini ia mendekatiku. Aku mencoba tersenyum padanya walaupun pikiranku masih kacau.
“Ah, oraenmaniya nae adeul.” Ucapnya sambil menepuk pundakku.
“N-ne, Park sunyeonim.” jawabku sekenanya.
Kusadarkan diriku sendiri sebisa mungkin. Sungguh, pikiranku menjadi tak karuan saat ini. Aku pasti masih terlihat linglung. Tubuh, hati dan pikiranku masih terkejut. Semua yang ada pada diriku, masihbelum bisa menerima segala yang baru saja terjadi di depan mataku. Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Park Sunyeonim kembali memandang Minnie dan anak-anak. Dan setelah itu ia menatapku. Tampak ada kebahagiaan dan keharuan disana.
“Kau datang bersamanya?” tanyanya padaku.
Tak perlu kutanya lagi siapa yang ia maksud. Aku tahu yang ia maksud adalah yeoja yang dilihatnya tadi. Minnie. Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.
“Hah, sudah kuduga kau akan bertemu dan bersamanya lagi.” Ucapnya.
“Apa maksud anda, sunyeonim?” tanyaku sedikit bingung.
“Kau bertanya maksudku? Inti dari segalanya adalah aku bahagia bisa melihat kalian berdua kembali setelah 13 tahun. Kau memang tak bisa terpisah dari Chuu.” Jawabnya sambil tertawa ringan.
Chuu? Dia bilang Chuu? Jadi itu benar?
“Sunyeonim, bagaimana bisa anda mengenali kami?” tanyaku ragu. Aku hanya ingin memastikan semuanya.
Kemudian Park Sunyeonim kembali tersenyum. Oh, ayolah. Jawab saja pertanyaanku.
“Hal itu mudah saja jika kau sudah mengenal baik orang itu. Lagipula Chuu sudah sering ke gereja ini sejak dia kembali dari Jepang. Dan seperti itulah yang dilakukannya. Bermain bersama anak-anak. Chuu sangat menyukai mereka. Oh ya, mungkin aku tak bisa memanggilnya Chuu lagi. Dia sudah dewasa. Jadi aku harus mulai memanggilnya Lee Sungmin.Bukan begitu, Kyuhyunie?”
DEG!
Jadi semua benar? Minnie adalah dia? Semua kecurigaanku itu nyata? Ya Tuhan…
Akhirnya. Akhirnya aku menemukannya lagi. Chuu-ku. Aku merasa penantianku selama 13 tahun telah usai saat itu juga. Aku menahan gejolakku sejenak sekedar untuk menjawab Park Sunyeonim.
“Ne, sunyeonim.”
Oh baiklah. Aku menemukanmu. Aku menemukanmu, cinta 13 tahunku. Aku terus saja memandangnya. Menatap sendu dirinya yang masih sibuk dengan anak-anak itu. Detik selanjutnya pertahananku runtuh. Air mataku mulai membanjiri pipiku. Membuat segalanya menjadi sedikit buram karena bulirnya yang menutupi mataku. Sungguh, aku tak tahu harus bahagia atau kesal karenanya. Satu hal yang sangat jelas, ada satu kelegaan di hatiku. Dan maaf, kelegaan itu hanya bisa kutunjukkan dengan cara menangis.
Kini aku tahu semua. Aku tahu mengapa aku nyaman berada di sisinya. Aku tahu mengapa dengan mudah aku menyukainya. Aku tahu mengapa aku begitu takut kehilangannya. Itu semua karena mereka adalah orang yang sama. Minnie dan Chuu adalah orang yang sama. Dialah Lee Sungmin.
Namun ada satu hal yang mengganjal di hatiku. Satu hal yang membuat hatiku semakin sakit dan membuatku membenci sosoknya itu. Mengapa dia tak pernah memberitahuku? Mengapa selama ini dia membohongiku?
Kyuhyun POV end

Normal POV
Kyuhyun dapat menguasai keterkejutannya setelah menenangkan dirinya selama beberapa menit. Tak lama setelahnya, ia segera berpamitan pada Park Sunyeonim dan berjalan ke arah Sungmin yang masih sibuk dengan anak-anak. Ini pertama kalinya ia harus berbicara pada Sungmin setelah tahu semuanya. Ia sendiri mengerti, ia tak boleh menangis dan memeluk yeoja itu begitu saja. Jadi ia memutuskan untuk mengajaknya pergi dari tempat itu.
“Chuu-ssi, ayo kita pulang.”
DEG!
Sungmin terpaku saat itu juga. Kyuhyun baru saja memanggilnya dengan nama kecilnya. Dan itu berarti Kyuhyun telah mengetahui segalanya. Baik, selesailah permainan Sungmin kali ini. Ia hanya bisa menunduk tanpa berani memandang orang yang berdiri tak jauh darinya. Sedangkan Kyuhyun segera menarik tangan Sungmin dan membawanya pergi.
.
Kyuhyun memutuskan untuk membawanya pulang. Ke apartemen yeoja itu tentu saja. Namun tak ada satupun dari mereka yang turun dari mobil terlebih dahulu. Keduanya terdiam. Batin mereka sama-sama berkecamuk. Sedih, bahagia, sakit semua mereka rasakan. Entah harus mulai dari mana. Suasana yang begitu canggung tercipta diantara keduanya.
Kyuhyun tak tahan dengan keheningan itu. Ia menghela napasnya dalam-dalam dan mulai angkat bicara.
“Mengapa kau tak memberitahuku?” ucapnya pelan.
Hati Kyuhyun begitu pedih saat mengucapkan kalimatnya itu. Apa yang salah pada dirinya sampai Sungmin tak pernah mau memberitahukan dirinya yang sebenarnya?
Namun tak hanya Kyuhyun, hati Sungmin pun kembali merasakan sakit itu. Sakit yang berbeda dari beberapa jam yang lalu saat ia melihat Kyuhyunnya berciuman dengan yeoja lain. Bukan. Bukan sakit hati yang seperti itu yang saat ini ia rasakan. Ia bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapi Kyuhyun saat ini.
“Untuk apa? Bukankah seharusnya kau bisa mengenaliku sejak awal?” kini Sungmin mengembalikan pertanyaan Kyuhyun.
Sebuah pertanyaan telak bagi Kyuhyun. Oke, dia memang tak mengenali Sungmin sejak awal. Tapi paling tidak ia memiliki kecurigaan terhadapnya. Kyuhyun kini setengah tak terima dengan perkataan Sungmin. Namun ia justru mulai menangis lagi. Sungguh, hatinya sakit melihat Sungmin yang begitu acuh padanya.
“Bagaimana bisa aku mengenalimu?! Aku hanya tahu Chuu,bukan Lee Sungmin! Mengapa tak dari awal kau perkenalkan saja dirimu sebagai Chuu, hah?! Maka kau tak akan repot membohongiku dan menyakitiku!” teriak Kyuhyun frustasi.
Sungmin tampak tak bisa menahan air matanya. Ia ingin sekali menyembunyikan air matanya. Tapi tak mungkin bisa. Ia sendiri sakit. Sungmin yang saat ini bukanlah dirinya. Kalau dia mau, dia bisa saja memeluk Kyuhyun saat ini dan meminta maaf padanya. Tapi tidak. Ia sudah memutuskan untuk melepaskan Kyuhyun. Ia ingin Kyuhyun bahagia dengan Victoria. Jadi apapun yang terjadi, ia harus tetap berpisah dari Kyuhyun. Karena sejak ia melihatnya berciuman dengan Victoria, ia yakin, bahwa Kyuhyun memang untuk Victoria. Bukan untuknya.
“Aku sudah dewasa. Aku bukan Chuu yang dulu lagi. Aku Lee Sungmin.” Jawab Sungmin datar yang semakin membuat hati Kyuhyun teriris.
“Mwo? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Kau tetap Chuu-ku! Kau tak ingat janjiku dulu? Kau tak ingat aku pernah berjanji di hadapan Tuhan bahwa aku akan menikahimu?! Kau tak…”
“UNTUK APA?!” teriak Sungmin. Kini air matanya telah mengalir deras. Ia tak ingin mendengar Kyuhyun melanjutkan kalimatnya. Ia ingin segera mengakhiri semuanya. Ia ingin segera terlepas dari Kyuhyun agar hatinya tak terlalu sakit lagi.
Sementara Kyuhyun hanya bisa terdiam. Ia menatap pedih yeoja manis disebelahnya. Keduanya merasakan sakit yang sama. Tapi keduanya juga memiliki keegoisan yang sama. Dan Kyuhyun sama sekali tak berniat melanjutkan kalimatnya.
“Untuk apa kau ungkit lagi jika kau saja tak mengingat bahkan tak mengenal orang yang kau beri janji itu?! Ck, sudahlah. Lagi pula siapa yang akan percaya pada janji anak umur 6 tahun.” Lanjut Sungmin.
Sempurnalah kini sakit di hati Kyuhyun. Ia tak menyangka Sungmin akan berkata seperti itu. Perkataan Sungmin seakan anak panah yang selalu siap untuk membunuhnya. Ia tak mengerti mengapa Sungmin jadi seperti ini. Ia mengenal baik Sungmin sebagai Chuu ataupun sebagai Minnie. Tapi sekarang, ia sama sekali tak mengenal yeoja ini. Sungmin yang sekarang adalah orang yang paling jahat baginya. Yeoja itu bahkan tak percaya bahwa dirinya masih memegang teguh janjinya 13 tahun lalu.
Kyuhyun masih diam setelahnya. Namun Sungmin kini sudah bersiap untuk keluar dari mobil itu. Ia sudah bisa menguatkan hatinya. Walaupun sebenarnya hatinya jauh lebih sakit. Ia mencoba tersenyum dan menghapus sisa air matanya.
“Baiklah, anggap hal ini tak pernah terjadi. Kau persiapkan saja pernikahanmu dengan Victoria-ssi.” ucap Sungmin ceria sambil menahan air matanya.
Selanjutnya Sungmin segera keluar dari mobil. Ia berusaha keluar secepatnya agar Kyuhyun tak mengatakan apapun. Namun ia salah, setelah ia meninggalkan mobil itu beberapa langkah, Kyuhyun memutuskan untuk keluar dari mobil.
“Bahkan kau tak mengizinkanku untuk memelukmu setelah 13 tahun?” teriak Kyuhyun.
Teriakkan yang terdengar begitu pedih di telinga Sungmin. Namun ia tetap berusaha tegar walaupun air matanya kembali keluar. Ia tak ingin berbalik. Jika ia melakukannya, maka akan makin sulit baginya untuk melepaskan Kyuhyun. Dan akhirnya tak ada tanggapan yang berarti bagi Kyuhyun. Sungmin tetap berjalan menjauh. Bahkan tanpa mengatakan sepatah katapun.
Kyuhyun pun tak berniat mengejarnya. Kakinya terlalu kaku untuk berlari mengejar yeoja itu. Hatinya pun terlalu sakit untuk memandang wajah itu. Ia hanya bisa terduduk di sebelah mobilnya. Menangis tersedu layaknya Kyunnie 13 tahun lalu yang bersedih karena kepergian Chuu. Hari ini semua itu seperti terulang kembali.
Sungmin merasakan hal yang sama. Dirinya tak bisa terus menerus menahan air matanya. Ia tak bisa  terlalu lama menahan sesak di dadanya. Ia menangisi segalanya di dalam apartemennya. Sendiri dan begitu sepi. Ia kembali merasakan hal yang terjadi 13 tahun lalu. Ketika ia harus meninggalkan Kyunnie kecil. Hanya saja kali ini jauh lebih sakit dari pada itu.
Keduanya meratapi kisah masing-masing. Ada sedikit rasa tak terima di hati mereka. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Cho Kyuhyun, ia tahu ia mencintai seorang Lee Sungmin. Tapi seolah Sungmin tak ingin menerimanya lagi. Dan Lee Sungmin, ia mengerti bahwa cintanya hanya untuk Cho Kyuhyun. Tapi sepertinya ada yang jauh lebih baik darinya. Ia ingin melepaskannya untuk yeoja lain. Ia merasa Kyuhyun akan lebih bahagia bersama yeoja itu. Bukan bersamanya.

TBC