Victoria
kembali menangis dalam diam. Aish… mengapa selalu seperti ini? Aku selalu
membuat seorang yeoja menangis. Kini aku tak tahu harus berbuat apa. Bahkan
untuk menanggapi perkataan Victoria saja aju tak bisa.
“Aku
tahu sejak awal kau tak menyukaiku. Jadi aku selalu berusaha untuk dekat
denganmu agar kau bisa menyukaiku sedikit demi sedikit. Namun sepertinya aku
terlalu naïf.” Lanjutnya.
Kemudian
ia tersenyum miris. Seolah ia memaksakan senyuman itu keluar di tengah
tangisannya. Tapi air mata itu tetap keluar dari pelupuk matanya.
“Aku
seharusnya tahu apa yang kau rasakan dan siapa yang ada dalam hatimu. Aku
memang merasakan dirimu berbeda ketika kau bersamanya. Tapi aku selalu mencoba
untuk menghindari pikiran aneh itu. Kau selalu tampak bahagia ketika dia
disisimu. Kau bisa menjadi dirimu sendiri ketika kau bersamanya.”
“Apa
maksudmu?”
“Dan
aku rasa, perasaanmu memang untuknya. Untuknya yang selalu ada disampingmu.
Untuknya yang kau akui sebagai sahabatmu. Bukan untukku.”
DEG!
Apakah
yang ia maksud adalah Minnie? Dan apakah memang seperti itu? Bahkan aku belum
berani memutuskan perasaanku sendiri. Aku memang terlalu takut jika Minnie
pergi dariku. Namun aku tak yakin apakah aku memang benar-benar mencintainya.
Kini
Victoria semakin menundukkan kepalanya. Aku tahu ia menangis semakin keras
dalam diamnya. Sungguh, aku merasa bersalah padanya. Aku tak mengira akan
sesulit ini hanya untuk mengakhiri hubunganku dengan Victoria.
“Victoria-ssi.
Mianhae, jeongmal mianhaeyo.” Aku memohon maaf padanya berulang kali.
Tak
lama setelah itu, ia mendongakkan kepalanya. Ia mengatur napasnya terlebih
dahulu sebelum tersenyum padaku. Kurasa itu senyum yang sangat menyakitkan
untuknya.
“Aku
akan senang jika kau bisa bersamanya. Tapi bolehkah aku meminta sesuatu padamu
untuk yang terakhir kalinya?” ucapnya lirih dan tampak memohon.
“Apa
itu?” tanyaku.
“Bisakah
kau menciumku untuk pertama dan terakhir kalinya?”
Mwo?
Mengapa harus itu? Haruskah aku melakukannya?
Ish…
tapi aku bisa apa. Aku memang bersalah besar padanya. Baiklah, aku harus
mengabulkannya sebagai permintaan maafku. Oke, ini hanya bentuk permintaan
maafku.
Tanpa
menjawabnya, aku langsung mendekati wajahnya dan menciumnya perlahan. Tak ada
yang spesial disana. Aku hanya menempelkan bibirku pada bibirnya beberapa detik
sampai kudengar isakan dari seseorang.
Aku yakin, itu bukan isakan Victoria. Bahkan mulutnya kini sedang
terkunci. Lalu siapa?
Kemudian
aku segera melepaskan ciuman itu dan mencari sumber isakan yang mengganggu
pikiranku. Mengapa itu mengganggu pikiranku? Karena aku mengenal suara itu
walaupun itu hanya sebuah isakan kecil. Minnie. Ya, kurasa itu suaranya. Aku
memandang sekeliling, mencarinya dan itu dia!
Aku
menemukannya tengah berjalan menjauh dari tempatku sekarang. Oh tidak, apakah
dia melihat kami berciuman tadi? Dan sepertinya memang dia melihatnya. Itu hal
yang buruk. Aku tak ingin dia salah paham.
“Minnie
ah! Minnie ah chamkanman!” teriakku padanya. Tapi terlambat. Dia terlalu cepat
berjalan menjauhiku. Aish jinja! Apa yang harus kulakukan?
“Kejar
dia, Kyuhyun-ssi. Aku ingin kau mengejar cintamu.” Kata Victoria tiba-tiba.
Aku
tersenyum padanya. Lalu aku segera mengejar Minnie setelah mengucapkan terima
kasihku pada Victoria. Oh hell, aku tak dapat menemukannya dimanapun. Ayolah
Minnie, jangan bercanda!
Tunggu…
Atap!
Aku
segera berlari ke atap gedung ketika aku mengingat tempat favoritnya. Dan benar
saja. Ia ada disana. Kulihat ia sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya.
Masih ada kesedihan di wajah itu. Namun ia segera berdiri dan menghapus air
matanya ketika ia melihatku datang. Kami hanya bisa terdiam untuk beberapa
saat. Canggung sekali. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“Sudah
kubilang, jangan ke atap lagi!” kataku tegas. “Ikut aku!”
Kemudian
aku menarik tangan kanannya dan membawanya pergi dari tempat itu.
.
Aku
membawa Minnie ke gereja tempatku dulu sering menghabiskan waktuku bersama
cinta pertamaku. Sekedar untuk mengajaknya berbicara. Juga menceritakan masa
kecilku padanya. Menceritakan Chuu yang sangat aku cintai hingga sekarang.
Kami
berdua duduk di salah satu kursi panjang di dalam gereja. Tak ada yang mau
memulai pembicaraan. Minnie pun sekarang terlihat lebih banyak diam. Tak
seperti biasanya.
“Mengapa
kau menagis?” tanyaku untuk memulai pembicaraan.
“Ne?”
“Aku
Tanya, mengapa kau menangis?” aku mengulangi pertanyaanku.
Minnie
tampak berpikir. Ish, apa yang dipikirkannya? Bukankah tinggal jawab saja?
“Oh…
Itu… Itu karena aku tak dapat menemukan Siwon di atap tadi.” Jawabnya.
Mwo?
Kuda itu lagi. Apa benar Minnie menangis hanya karena ia tak dapat bertemu
dengan tuan Choi itu?
“Ish…
Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan kuda itu lagi!” ucapku agak kesal.
“Ya
Kyuhyun-ah, sudah kubilang juga jangan memanggilnya seperti itu.” Katanya
pelan.
Aku
sedikit tertawa beberapa saat kemudian. Tak lama setelah itu dia pun ikut
tertawa bersamaku. Hah, syukurlah. Akhirnya aku kembali melihat tawanya.
Kuharap memang dia tak salah paham dengan apa yang terjadi tadi. Namun tawa itu
tak berlangsung lama. Tak apa, setidaknya aku telah berhasil mengubah mood
yeoja pink ini.
“Kau
tahu Minnie ah, aku selalu ingin menikah di gereja ini.” Kataku kemudian.
Minnie
tersenyum tulus kearahku.
“Jinja?”
tanyanya sambil tersenyum.
“Ne.
Tentu saja!”
“Keuraeso.
Kurasa Victoria-ssi juga akan menyukainya!” katanya sambil tersenyum bahagia.
Mwo?
Apa maksudnya? Hei, aku tak menyinggung soal Victoria disini! Mengapa dia…
Belum sempat aku melanjutkan bicaraku, kami berdua
mendengar tawa beberapa anak di luar gereja.
“Ah,
anak-anak!” teriak Minnie tiba-tiba.
Kemudian
ia segera bangkit dan mencoba berlari keluar. Apa-apaan dia? Bahkan aku belum
selesai bercerita!
“Minnie
ah, kau mau kemana? Aku belum selesai bicara!” teriakku pada Minnie yang
berlari semakin menjauh.
Lalu
Minnie menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan tersenyum ke arahku. “Tak ada
yang lebih penting dari anak-anak. Simpan dulu ceritamu. Aku akan mendengarnya
nanti!”
Kemudian
ia tersenyum bahagia dan melanjutkan langkahnya keluar gereja. Ish, menyebalkan
sekali dia. Dia masih bisa tersenyum sebahagia itu sedangkan dia baru saja
membuatku kesal. Dasar yeoja pink. Aah, aku ingin tetap di dalam gereja saja.
Aku pasti akan canggung dengan anak-anak. Maka dari itu, aku tak mau mengikuti
Minnie.
Namun
aku salah, aku hanya menjadikan diriku semakin bosan dengan hanya berdiam diri
di dalam gereja. Jadi kuputuskan untuk keluar dan mencari Minnie. Ketika aku
mencapai sisi luar gereja, kulihat Minnie tengah bermain dengan anak-anak di
halaman gereja. Ia begitu bahagia bermain dengan anak-anak itu. Aku yakin dia
tak mengenal mereka. Tapi mengapa mereka bisa begitu dekat? Ish, pasti itu
karena Minnie yang terlalu cerewet.
Hah,
aku tertawa pelan melihatnya. Kemudian aku mengedarkan pandanganku. Ah, aku
benar-benar merindukan suasana ini. Tempat ini masih sama seperti 13 tahun
lalu. Baiklah, aku kini semakin merindukannya. Cinta pertamaku.
Kulihat
beberapa biarawati sedang berjalan menuju gereja. Dan juga salah satunya yang
sangat aku kenal. Seorang biarawati yang terlihat lebih tua dari yang lainnya. Park
Sunyeonim. Dialah yang selalu dengan senang hati menemaniku untuk bermain
disini dulu. Bukan hanya aku lebih tepatnya. Aku dan Chuu. Kami berdua. Tak
sekedar bermain. Park Sunyeonim juga tak pernah lelah mengingatkan kami untuk
berdoa. Ah, aku sangat merindukan masa-masa itu.
Kulihat
Park Sunyeonim membawa beberapa permen dan makanan. Kemudian ia berhenti dan
memandang Minnie yang sedang bermain dengan anak-anak dari kejauhan. Kemudian
ia berteriak memanggil seseorang.
“Chuu!”
Tunggu.
Dia bilang apa?
“Chuu,
kemarilah!”
Chuu?
Apakah benar dia memanggil Chuu? Tapi siapa yang dipanggilnya?
“Ne,
sunyeonim.”
Kudengar
seseorang berteriak menanggapi panggilan Park sunyeonim dari kerumunan
anak-anak. Suara yang sangat kukenal. Lalu selanjutnya kulihat seorang yeoja
berjalan ke arah biarawati yang memanggilnya. Tunggu… Dia… Tak mungkin…
Minnie?
Mengapa
Park Sunyeonim memanggilnya Chuu?
Ya
Tuhan, siapa dia sebenarnya?
…
“Aish…
Dari dulu kau tak pernah berubah Kyuhyun-ah…”
“Kyu,
belikan satu rasa vanilla untukku!”
“Kau
suka vanilla?” - “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
“Aish…Kyunnie…
Ayo ceritakan!”
“Dia
tak bisa makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!”
….
Semua
perkataan Minnie seperti kembali berputar di otakku. Semua seperti terulang.
Semua kecurigaanku. Bahkan aku juga mengingat bagaimana ia menangis saat
bertemu dengan ibuku. Jadi apakah Minnie…
“Kyuhyunie!”
panggil seseorang memecah lamunanku.
Kulihat
Park Sunyeonim tengah tersenyum padaku. Aku yakin ia yang baru saja
memanggilku. Kini ia mendekatiku. Aku mencoba tersenyum padanya walaupun
pikiranku masih kacau.
“Ah, oraenmaniya
nae adeul.” Ucapnya sambil menepuk pundakku.
“N-ne,
Park sunyeonim.” jawabku sekenanya.
Kusadarkan
diriku sendiri sebisa mungkin. Sungguh, pikiranku menjadi tak karuan saat ini.
Aku pasti masih terlihat linglung. Tubuh, hati dan pikiranku masih terkejut.
Semua yang ada pada diriku, masihbelum bisa menerima segala yang baru saja
terjadi di depan mataku. Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Park
Sunyeonim kembali memandang Minnie dan anak-anak. Dan setelah itu ia menatapku.
Tampak ada kebahagiaan dan keharuan disana.
“Kau
datang bersamanya?” tanyanya padaku.
Tak
perlu kutanya lagi siapa yang ia maksud. Aku tahu yang ia maksud adalah yeoja
yang dilihatnya tadi. Minnie. Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab
pertanyaannya.
“Hah,
sudah kuduga kau akan bertemu dan bersamanya lagi.” Ucapnya.
“Apa
maksud anda, sunyeonim?” tanyaku sedikit bingung.
“Kau
bertanya maksudku? Inti dari segalanya adalah aku bahagia bisa melihat kalian
berdua kembali setelah 13 tahun. Kau memang tak bisa terpisah dari Chuu.”
Jawabnya sambil tertawa ringan.
Chuu?
Dia bilang Chuu? Jadi itu benar?
“Sunyeonim,
bagaimana bisa anda mengenali kami?” tanyaku ragu. Aku hanya ingin memastikan
semuanya.
Kemudian
Park Sunyeonim kembali tersenyum. Oh, ayolah. Jawab saja pertanyaanku.
“Hal
itu mudah saja jika kau sudah mengenal baik orang itu. Lagipula Chuu sudah
sering ke gereja ini sejak dia kembali dari Jepang. Dan seperti itulah yang
dilakukannya. Bermain bersama anak-anak. Chuu sangat menyukai mereka. Oh ya,
mungkin aku tak bisa memanggilnya Chuu lagi. Dia sudah dewasa. Jadi aku harus
mulai memanggilnya Lee Sungmin.Bukan begitu, Kyuhyunie?”
DEG!
Jadi
semua benar? Minnie adalah dia? Semua kecurigaanku itu nyata? Ya Tuhan…
Akhirnya.
Akhirnya aku menemukannya lagi. Chuu-ku. Aku merasa penantianku selama 13 tahun
telah usai saat itu juga. Aku menahan gejolakku sejenak sekedar untuk menjawab
Park Sunyeonim.
“Ne,
sunyeonim.”
Oh
baiklah. Aku menemukanmu. Aku menemukanmu, cinta 13 tahunku. Aku terus saja memandangnya.
Menatap sendu dirinya yang masih sibuk dengan anak-anak itu. Detik selanjutnya
pertahananku runtuh. Air mataku mulai membanjiri pipiku. Membuat segalanya
menjadi sedikit buram karena bulirnya yang menutupi mataku. Sungguh, aku tak
tahu harus bahagia atau kesal karenanya. Satu hal yang sangat jelas, ada satu
kelegaan di hatiku. Dan maaf, kelegaan itu hanya bisa kutunjukkan dengan cara menangis.
Kini
aku tahu semua. Aku tahu mengapa aku nyaman berada di sisinya. Aku tahu mengapa
dengan mudah aku menyukainya. Aku tahu mengapa aku begitu takut kehilangannya.
Itu semua karena mereka adalah orang yang sama. Minnie dan Chuu adalah orang
yang sama. Dialah Lee Sungmin.
Namun
ada satu hal yang mengganjal di hatiku. Satu hal yang membuat hatiku semakin
sakit dan membuatku membenci sosoknya itu. Mengapa dia tak pernah
memberitahuku? Mengapa selama ini dia membohongiku?
Kyuhyun
POV end
Normal
POV
Kyuhyun
dapat menguasai keterkejutannya setelah menenangkan dirinya selama beberapa
menit. Tak lama setelahnya, ia segera berpamitan pada Park Sunyeonim dan
berjalan ke arah Sungmin yang masih sibuk dengan anak-anak. Ini pertama kalinya
ia harus berbicara pada Sungmin setelah tahu semuanya. Ia sendiri mengerti, ia
tak boleh menangis dan memeluk yeoja itu begitu saja. Jadi ia memutuskan untuk
mengajaknya pergi dari tempat itu.
“Chuu-ssi,
ayo kita pulang.”
DEG!
Sungmin
terpaku saat itu juga. Kyuhyun baru saja memanggilnya dengan nama kecilnya. Dan
itu berarti Kyuhyun telah mengetahui segalanya. Baik, selesailah permainan
Sungmin kali ini. Ia hanya bisa menunduk tanpa berani memandang orang yang
berdiri tak jauh darinya. Sedangkan Kyuhyun segera menarik tangan Sungmin dan membawanya
pergi.
.
Kyuhyun
memutuskan untuk membawanya pulang. Ke apartemen yeoja itu tentu saja. Namun
tak ada satupun dari mereka yang turun dari mobil terlebih dahulu. Keduanya
terdiam. Batin mereka sama-sama berkecamuk. Sedih, bahagia, sakit semua mereka
rasakan. Entah harus mulai dari mana. Suasana yang begitu canggung tercipta
diantara keduanya.
Kyuhyun
tak tahan dengan keheningan itu. Ia menghela napasnya dalam-dalam dan mulai
angkat bicara.
“Mengapa
kau tak memberitahuku?” ucapnya pelan.
Hati
Kyuhyun begitu pedih saat mengucapkan kalimatnya itu. Apa yang salah pada
dirinya sampai Sungmin tak pernah mau memberitahukan dirinya yang sebenarnya?
Namun
tak hanya Kyuhyun, hati Sungmin pun kembali merasakan sakit itu. Sakit yang
berbeda dari beberapa jam yang lalu saat ia melihat Kyuhyunnya berciuman dengan
yeoja lain. Bukan. Bukan sakit hati yang seperti itu yang saat ini ia rasakan.
Ia bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapi Kyuhyun saat ini.
“Untuk
apa? Bukankah seharusnya kau bisa mengenaliku sejak awal?” kini Sungmin
mengembalikan pertanyaan Kyuhyun.
Sebuah
pertanyaan telak bagi Kyuhyun. Oke, dia memang tak mengenali Sungmin sejak
awal. Tapi paling tidak ia memiliki kecurigaan terhadapnya. Kyuhyun kini
setengah tak terima dengan perkataan Sungmin. Namun ia justru mulai menangis
lagi. Sungguh, hatinya sakit melihat Sungmin yang begitu acuh padanya.
“Bagaimana
bisa aku mengenalimu?! Aku hanya tahu Chuu,bukan Lee Sungmin! Mengapa tak dari
awal kau perkenalkan saja dirimu sebagai Chuu, hah?! Maka kau tak akan repot
membohongiku dan menyakitiku!” teriak Kyuhyun frustasi.
Sungmin
tampak tak bisa menahan air matanya. Ia ingin sekali menyembunyikan air
matanya. Tapi tak mungkin bisa. Ia sendiri sakit. Sungmin yang saat ini
bukanlah dirinya. Kalau dia mau, dia bisa saja memeluk Kyuhyun saat ini dan
meminta maaf padanya. Tapi tidak. Ia sudah memutuskan untuk melepaskan Kyuhyun.
Ia ingin Kyuhyun bahagia dengan Victoria. Jadi apapun yang terjadi, ia harus
tetap berpisah dari Kyuhyun. Karena sejak ia melihatnya berciuman dengan
Victoria, ia yakin, bahwa Kyuhyun memang untuk Victoria. Bukan untuknya.
“Aku
sudah dewasa. Aku bukan Chuu yang dulu lagi. Aku Lee Sungmin.” Jawab Sungmin
datar yang semakin membuat hati Kyuhyun teriris.
“Mwo?
Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Kau tetap Chuu-ku! Kau tak ingat
janjiku dulu? Kau tak ingat aku pernah berjanji di hadapan Tuhan bahwa aku akan
menikahimu?! Kau tak…”
“UNTUK
APA?!” teriak Sungmin. Kini air matanya telah mengalir deras. Ia tak ingin
mendengar Kyuhyun melanjutkan kalimatnya. Ia ingin segera mengakhiri semuanya.
Ia ingin segera terlepas dari Kyuhyun agar hatinya tak terlalu sakit lagi.
Sementara
Kyuhyun hanya bisa terdiam. Ia menatap pedih yeoja manis disebelahnya. Keduanya
merasakan sakit yang sama. Tapi keduanya juga memiliki keegoisan yang sama. Dan
Kyuhyun sama sekali tak berniat melanjutkan kalimatnya.
“Untuk
apa kau ungkit lagi jika kau saja tak mengingat bahkan tak mengenal orang yang
kau beri janji itu?! Ck, sudahlah. Lagi pula siapa yang akan percaya pada janji
anak umur 6 tahun.” Lanjut Sungmin.
Sempurnalah
kini sakit di hati Kyuhyun. Ia tak menyangka Sungmin akan berkata seperti itu. Perkataan
Sungmin seakan anak panah yang selalu siap untuk membunuhnya. Ia tak mengerti
mengapa Sungmin jadi seperti ini. Ia mengenal baik Sungmin sebagai Chuu ataupun
sebagai Minnie. Tapi sekarang, ia sama sekali tak mengenal yeoja ini. Sungmin
yang sekarang adalah orang yang paling jahat baginya. Yeoja itu bahkan tak
percaya bahwa dirinya masih memegang teguh janjinya 13 tahun lalu.
Kyuhyun
masih diam setelahnya. Namun Sungmin kini sudah bersiap untuk keluar dari mobil
itu. Ia sudah bisa menguatkan hatinya. Walaupun sebenarnya hatinya jauh lebih
sakit. Ia mencoba tersenyum dan menghapus sisa air matanya.
“Baiklah,
anggap hal ini tak pernah terjadi. Kau persiapkan saja pernikahanmu dengan Victoria-ssi.”
ucap Sungmin ceria sambil menahan air matanya.
Selanjutnya
Sungmin segera keluar dari mobil. Ia berusaha keluar secepatnya agar Kyuhyun
tak mengatakan apapun. Namun ia salah, setelah ia meninggalkan mobil itu
beberapa langkah, Kyuhyun memutuskan untuk keluar dari mobil.
“Bahkan
kau tak mengizinkanku untuk memelukmu setelah 13 tahun?” teriak Kyuhyun.
Teriakkan
yang terdengar begitu pedih di telinga Sungmin. Namun ia tetap berusaha tegar
walaupun air matanya kembali keluar. Ia tak ingin berbalik. Jika ia
melakukannya, maka akan makin sulit baginya untuk melepaskan Kyuhyun. Dan akhirnya
tak ada tanggapan yang berarti bagi Kyuhyun. Sungmin tetap berjalan menjauh.
Bahkan tanpa mengatakan sepatah katapun.
Kyuhyun
pun tak berniat mengejarnya. Kakinya terlalu kaku untuk berlari mengejar yeoja
itu. Hatinya pun terlalu sakit untuk memandang wajah itu. Ia hanya bisa
terduduk di sebelah mobilnya. Menangis tersedu layaknya Kyunnie 13 tahun lalu
yang bersedih karena kepergian Chuu. Hari ini semua itu seperti terulang
kembali.
Sungmin
merasakan hal yang sama. Dirinya tak bisa terus menerus menahan air matanya. Ia
tak bisa terlalu lama menahan sesak di
dadanya. Ia menangisi segalanya di dalam apartemennya. Sendiri dan begitu sepi.
Ia kembali merasakan hal yang terjadi 13 tahun lalu. Ketika ia harus
meninggalkan Kyunnie kecil. Hanya saja kali ini jauh lebih sakit dari pada itu.
Keduanya
meratapi kisah masing-masing. Ada sedikit rasa tak terima di hati mereka. Tapi
apa yang bisa mereka lakukan? Cho Kyuhyun, ia tahu ia mencintai seorang Lee
Sungmin. Tapi seolah Sungmin tak ingin menerimanya lagi. Dan Lee Sungmin, ia
mengerti bahwa cintanya hanya untuk Cho Kyuhyun. Tapi sepertinya ada yang jauh
lebih baik darinya. Ia ingin melepaskannya untuk yeoja lain. Ia merasa Kyuhyun
akan lebih bahagia bersama yeoja itu. Bukan bersamanya.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar