Senin, 28 Januari 2013

This Faithful Love (Chapter 5)



Victoria kembali menangis dalam diam. Aish… mengapa selalu seperti ini? Aku selalu membuat seorang yeoja menangis. Kini aku tak tahu harus berbuat apa. Bahkan untuk menanggapi perkataan Victoria saja aju tak bisa.
“Aku tahu sejak awal kau tak menyukaiku. Jadi aku selalu berusaha untuk dekat denganmu agar kau bisa menyukaiku sedikit demi sedikit. Namun sepertinya aku terlalu naïf.” Lanjutnya.
Kemudian ia tersenyum miris. Seolah ia memaksakan senyuman itu keluar di tengah tangisannya. Tapi air mata itu tetap keluar dari pelupuk matanya.
“Aku seharusnya tahu apa yang kau rasakan dan siapa yang ada dalam hatimu. Aku memang merasakan dirimu berbeda ketika kau bersamanya. Tapi aku selalu mencoba untuk menghindari pikiran aneh itu. Kau selalu tampak bahagia ketika dia disisimu. Kau bisa menjadi dirimu sendiri ketika kau bersamanya.”
“Apa maksudmu?”
“Dan aku rasa, perasaanmu memang untuknya. Untuknya yang selalu ada disampingmu. Untuknya yang kau akui sebagai sahabatmu. Bukan untukku.”
DEG!
Apakah yang ia maksud adalah Minnie? Dan apakah memang seperti itu? Bahkan aku belum berani memutuskan perasaanku sendiri. Aku memang terlalu takut jika Minnie pergi dariku. Namun aku tak yakin apakah aku memang benar-benar mencintainya.
Kini Victoria semakin menundukkan kepalanya. Aku tahu ia menangis semakin keras dalam diamnya. Sungguh, aku merasa bersalah padanya. Aku tak mengira akan sesulit ini hanya untuk mengakhiri hubunganku dengan Victoria.
“Victoria-ssi. Mianhae, jeongmal mianhaeyo.” Aku memohon maaf padanya berulang kali.
Tak lama setelah itu, ia mendongakkan kepalanya. Ia mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum tersenyum padaku. Kurasa itu senyum yang sangat menyakitkan untuknya.
“Aku akan senang jika kau bisa bersamanya. Tapi bolehkah aku meminta sesuatu padamu untuk yang terakhir kalinya?” ucapnya lirih dan tampak memohon.
“Apa itu?” tanyaku.
“Bisakah kau menciumku untuk pertama dan terakhir kalinya?”
Mwo? Mengapa harus itu? Haruskah aku melakukannya?
Ish… tapi aku bisa apa. Aku memang bersalah besar padanya. Baiklah, aku harus mengabulkannya sebagai permintaan maafku. Oke, ini hanya bentuk permintaan maafku.
Tanpa menjawabnya, aku langsung mendekati wajahnya dan menciumnya perlahan. Tak ada yang spesial disana. Aku hanya menempelkan bibirku pada bibirnya beberapa detik sampai kudengar isakan dari seseorang.  Aku yakin, itu bukan isakan Victoria. Bahkan mulutnya kini sedang terkunci. Lalu siapa?
Kemudian aku segera melepaskan ciuman itu dan mencari sumber isakan yang mengganggu pikiranku. Mengapa itu mengganggu pikiranku? Karena aku mengenal suara itu walaupun itu hanya sebuah isakan kecil. Minnie. Ya, kurasa itu suaranya. Aku memandang sekeliling, mencarinya dan itu dia!
Aku menemukannya tengah berjalan menjauh dari tempatku sekarang. Oh tidak, apakah dia melihat kami berciuman tadi? Dan sepertinya memang dia melihatnya. Itu hal yang buruk. Aku tak ingin dia salah paham.
“Minnie ah! Minnie ah chamkanman!” teriakku padanya. Tapi terlambat. Dia terlalu cepat berjalan menjauhiku. Aish jinja! Apa yang harus kulakukan?
“Kejar dia, Kyuhyun-ssi. Aku ingin kau mengejar cintamu.” Kata Victoria tiba-tiba.
Aku tersenyum padanya. Lalu aku segera mengejar Minnie setelah mengucapkan terima kasihku pada Victoria. Oh hell, aku tak dapat menemukannya dimanapun. Ayolah Minnie, jangan bercanda!
Tunggu… Atap!
Aku segera berlari ke atap gedung ketika aku mengingat tempat favoritnya. Dan benar saja. Ia ada disana. Kulihat ia sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya. Masih ada kesedihan di wajah itu. Namun ia segera berdiri dan menghapus air matanya ketika ia melihatku datang. Kami hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. Canggung sekali. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“Sudah kubilang, jangan ke atap lagi!” kataku tegas. “Ikut aku!”
Kemudian aku menarik tangan kanannya dan membawanya pergi dari tempat itu.
.
Aku membawa Minnie ke gereja tempatku dulu sering menghabiskan waktuku bersama cinta pertamaku. Sekedar untuk mengajaknya berbicara. Juga menceritakan masa kecilku padanya. Menceritakan Chuu yang sangat aku cintai hingga sekarang.
Kami berdua duduk di salah satu kursi panjang di dalam gereja. Tak ada yang mau memulai pembicaraan. Minnie pun sekarang terlihat lebih banyak diam. Tak seperti biasanya.
“Mengapa kau menagis?” tanyaku untuk memulai pembicaraan.
“Ne?”
“Aku Tanya, mengapa kau menangis?” aku mengulangi pertanyaanku.
Minnie tampak berpikir. Ish, apa yang dipikirkannya? Bukankah tinggal jawab saja?
“Oh… Itu… Itu karena aku tak dapat menemukan Siwon di atap tadi.” Jawabnya.
Mwo? Kuda itu lagi. Apa benar Minnie menangis hanya karena ia tak dapat bertemu dengan tuan Choi itu?
“Ish… Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan kuda itu lagi!” ucapku agak kesal.
“Ya Kyuhyun-ah, sudah kubilang juga jangan memanggilnya seperti itu.” Katanya pelan.
Aku sedikit tertawa beberapa saat kemudian. Tak lama setelah itu dia pun ikut tertawa bersamaku. Hah, syukurlah. Akhirnya aku kembali melihat tawanya. Kuharap memang dia tak salah paham dengan apa yang terjadi tadi. Namun tawa itu tak berlangsung lama. Tak apa, setidaknya aku telah berhasil mengubah mood yeoja pink ini.
“Kau tahu Minnie ah, aku selalu ingin menikah di gereja ini.” Kataku kemudian.
Minnie tersenyum tulus kearahku.
“Jinja?” tanyanya sambil tersenyum.
“Ne. Tentu saja!”
“Keuraeso. Kurasa Victoria-ssi juga akan menyukainya!” katanya sambil tersenyum bahagia.
Mwo? Apa maksudnya? Hei, aku tak menyinggung soal Victoria disini! Mengapa dia…
Belum  sempat aku melanjutkan bicaraku, kami berdua mendengar tawa beberapa anak di luar gereja.
“Ah, anak-anak!” teriak Minnie tiba-tiba.
Kemudian ia segera bangkit dan mencoba berlari keluar. Apa-apaan dia? Bahkan aku belum selesai bercerita!
“Minnie ah, kau mau kemana? Aku belum selesai bicara!” teriakku pada Minnie yang berlari semakin menjauh.
Lalu Minnie menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan tersenyum ke arahku. “Tak ada yang lebih penting dari anak-anak. Simpan dulu ceritamu. Aku akan mendengarnya nanti!”
Kemudian ia tersenyum bahagia dan melanjutkan langkahnya keluar gereja. Ish, menyebalkan sekali dia. Dia masih bisa tersenyum sebahagia itu sedangkan dia baru saja membuatku kesal. Dasar yeoja pink. Aah, aku ingin tetap di dalam gereja saja. Aku pasti akan canggung dengan anak-anak. Maka dari itu, aku tak mau mengikuti Minnie.
Namun aku salah, aku hanya menjadikan diriku semakin bosan dengan hanya berdiam diri di dalam gereja. Jadi kuputuskan untuk keluar dan mencari Minnie. Ketika aku mencapai sisi luar gereja, kulihat Minnie tengah bermain dengan anak-anak di halaman gereja. Ia begitu bahagia bermain dengan anak-anak itu. Aku yakin dia tak mengenal mereka. Tapi mengapa mereka bisa begitu dekat? Ish, pasti itu karena Minnie yang terlalu cerewet.
Hah, aku tertawa pelan melihatnya. Kemudian aku mengedarkan pandanganku. Ah, aku benar-benar merindukan suasana ini. Tempat ini masih sama seperti 13 tahun lalu. Baiklah, aku kini semakin merindukannya. Cinta pertamaku.
Kulihat beberapa biarawati sedang berjalan menuju gereja. Dan juga salah satunya yang sangat aku kenal. Seorang biarawati yang terlihat lebih tua dari yang lainnya. Park Sunyeonim. Dialah yang selalu dengan senang hati menemaniku untuk bermain disini dulu. Bukan hanya aku lebih tepatnya. Aku dan Chuu. Kami berdua. Tak sekedar bermain. Park Sunyeonim juga tak pernah lelah mengingatkan kami untuk berdoa. Ah, aku sangat merindukan masa-masa itu.
Kulihat Park Sunyeonim membawa beberapa permen dan makanan. Kemudian ia berhenti dan memandang Minnie yang sedang bermain dengan anak-anak dari kejauhan. Kemudian ia berteriak memanggil seseorang.
“Chuu!”
Tunggu. Dia bilang apa?
“Chuu, kemarilah!”
Chuu? Apakah benar dia memanggil Chuu? Tapi siapa yang dipanggilnya?
“Ne, sunyeonim.”
Kudengar seseorang berteriak menanggapi panggilan Park sunyeonim dari kerumunan anak-anak. Suara yang sangat kukenal. Lalu selanjutnya kulihat seorang yeoja berjalan ke arah biarawati yang memanggilnya. Tunggu… Dia… Tak mungkin…
Minnie?
Mengapa Park Sunyeonim memanggilnya Chuu?
Ya Tuhan, siapa dia sebenarnya?
“Aish… Dari dulu kau tak pernah berubah Kyuhyun-ah…”
“Kyu, belikan satu rasa vanilla untukku!”
“Kau suka vanilla?” - “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
“Aish…Kyunnie… Ayo ceritakan!”
“Dia tak bisa makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!”
….
Semua perkataan Minnie seperti kembali berputar di otakku. Semua seperti terulang. Semua kecurigaanku. Bahkan aku juga mengingat bagaimana ia menangis saat bertemu dengan ibuku. Jadi apakah Minnie…
“Kyuhyunie!” panggil seseorang memecah lamunanku.
Kulihat Park Sunyeonim tengah tersenyum padaku. Aku yakin ia yang baru saja memanggilku. Kini ia mendekatiku. Aku mencoba tersenyum padanya walaupun pikiranku masih kacau.
“Ah, oraenmaniya nae adeul.” Ucapnya sambil menepuk pundakku.
“N-ne, Park sunyeonim.” jawabku sekenanya.
Kusadarkan diriku sendiri sebisa mungkin. Sungguh, pikiranku menjadi tak karuan saat ini. Aku pasti masih terlihat linglung. Tubuh, hati dan pikiranku masih terkejut. Semua yang ada pada diriku, masihbelum bisa menerima segala yang baru saja terjadi di depan mataku. Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Park Sunyeonim kembali memandang Minnie dan anak-anak. Dan setelah itu ia menatapku. Tampak ada kebahagiaan dan keharuan disana.
“Kau datang bersamanya?” tanyanya padaku.
Tak perlu kutanya lagi siapa yang ia maksud. Aku tahu yang ia maksud adalah yeoja yang dilihatnya tadi. Minnie. Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.
“Hah, sudah kuduga kau akan bertemu dan bersamanya lagi.” Ucapnya.
“Apa maksud anda, sunyeonim?” tanyaku sedikit bingung.
“Kau bertanya maksudku? Inti dari segalanya adalah aku bahagia bisa melihat kalian berdua kembali setelah 13 tahun. Kau memang tak bisa terpisah dari Chuu.” Jawabnya sambil tertawa ringan.
Chuu? Dia bilang Chuu? Jadi itu benar?
“Sunyeonim, bagaimana bisa anda mengenali kami?” tanyaku ragu. Aku hanya ingin memastikan semuanya.
Kemudian Park Sunyeonim kembali tersenyum. Oh, ayolah. Jawab saja pertanyaanku.
“Hal itu mudah saja jika kau sudah mengenal baik orang itu. Lagipula Chuu sudah sering ke gereja ini sejak dia kembali dari Jepang. Dan seperti itulah yang dilakukannya. Bermain bersama anak-anak. Chuu sangat menyukai mereka. Oh ya, mungkin aku tak bisa memanggilnya Chuu lagi. Dia sudah dewasa. Jadi aku harus mulai memanggilnya Lee Sungmin.Bukan begitu, Kyuhyunie?”
DEG!
Jadi semua benar? Minnie adalah dia? Semua kecurigaanku itu nyata? Ya Tuhan…
Akhirnya. Akhirnya aku menemukannya lagi. Chuu-ku. Aku merasa penantianku selama 13 tahun telah usai saat itu juga. Aku menahan gejolakku sejenak sekedar untuk menjawab Park Sunyeonim.
“Ne, sunyeonim.”
Oh baiklah. Aku menemukanmu. Aku menemukanmu, cinta 13 tahunku. Aku terus saja memandangnya. Menatap sendu dirinya yang masih sibuk dengan anak-anak itu. Detik selanjutnya pertahananku runtuh. Air mataku mulai membanjiri pipiku. Membuat segalanya menjadi sedikit buram karena bulirnya yang menutupi mataku. Sungguh, aku tak tahu harus bahagia atau kesal karenanya. Satu hal yang sangat jelas, ada satu kelegaan di hatiku. Dan maaf, kelegaan itu hanya bisa kutunjukkan dengan cara menangis.
Kini aku tahu semua. Aku tahu mengapa aku nyaman berada di sisinya. Aku tahu mengapa dengan mudah aku menyukainya. Aku tahu mengapa aku begitu takut kehilangannya. Itu semua karena mereka adalah orang yang sama. Minnie dan Chuu adalah orang yang sama. Dialah Lee Sungmin.
Namun ada satu hal yang mengganjal di hatiku. Satu hal yang membuat hatiku semakin sakit dan membuatku membenci sosoknya itu. Mengapa dia tak pernah memberitahuku? Mengapa selama ini dia membohongiku?
Kyuhyun POV end

Normal POV
Kyuhyun dapat menguasai keterkejutannya setelah menenangkan dirinya selama beberapa menit. Tak lama setelahnya, ia segera berpamitan pada Park Sunyeonim dan berjalan ke arah Sungmin yang masih sibuk dengan anak-anak. Ini pertama kalinya ia harus berbicara pada Sungmin setelah tahu semuanya. Ia sendiri mengerti, ia tak boleh menangis dan memeluk yeoja itu begitu saja. Jadi ia memutuskan untuk mengajaknya pergi dari tempat itu.
“Chuu-ssi, ayo kita pulang.”
DEG!
Sungmin terpaku saat itu juga. Kyuhyun baru saja memanggilnya dengan nama kecilnya. Dan itu berarti Kyuhyun telah mengetahui segalanya. Baik, selesailah permainan Sungmin kali ini. Ia hanya bisa menunduk tanpa berani memandang orang yang berdiri tak jauh darinya. Sedangkan Kyuhyun segera menarik tangan Sungmin dan membawanya pergi.
.
Kyuhyun memutuskan untuk membawanya pulang. Ke apartemen yeoja itu tentu saja. Namun tak ada satupun dari mereka yang turun dari mobil terlebih dahulu. Keduanya terdiam. Batin mereka sama-sama berkecamuk. Sedih, bahagia, sakit semua mereka rasakan. Entah harus mulai dari mana. Suasana yang begitu canggung tercipta diantara keduanya.
Kyuhyun tak tahan dengan keheningan itu. Ia menghela napasnya dalam-dalam dan mulai angkat bicara.
“Mengapa kau tak memberitahuku?” ucapnya pelan.
Hati Kyuhyun begitu pedih saat mengucapkan kalimatnya itu. Apa yang salah pada dirinya sampai Sungmin tak pernah mau memberitahukan dirinya yang sebenarnya?
Namun tak hanya Kyuhyun, hati Sungmin pun kembali merasakan sakit itu. Sakit yang berbeda dari beberapa jam yang lalu saat ia melihat Kyuhyunnya berciuman dengan yeoja lain. Bukan. Bukan sakit hati yang seperti itu yang saat ini ia rasakan. Ia bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapi Kyuhyun saat ini.
“Untuk apa? Bukankah seharusnya kau bisa mengenaliku sejak awal?” kini Sungmin mengembalikan pertanyaan Kyuhyun.
Sebuah pertanyaan telak bagi Kyuhyun. Oke, dia memang tak mengenali Sungmin sejak awal. Tapi paling tidak ia memiliki kecurigaan terhadapnya. Kyuhyun kini setengah tak terima dengan perkataan Sungmin. Namun ia justru mulai menangis lagi. Sungguh, hatinya sakit melihat Sungmin yang begitu acuh padanya.
“Bagaimana bisa aku mengenalimu?! Aku hanya tahu Chuu,bukan Lee Sungmin! Mengapa tak dari awal kau perkenalkan saja dirimu sebagai Chuu, hah?! Maka kau tak akan repot membohongiku dan menyakitiku!” teriak Kyuhyun frustasi.
Sungmin tampak tak bisa menahan air matanya. Ia ingin sekali menyembunyikan air matanya. Tapi tak mungkin bisa. Ia sendiri sakit. Sungmin yang saat ini bukanlah dirinya. Kalau dia mau, dia bisa saja memeluk Kyuhyun saat ini dan meminta maaf padanya. Tapi tidak. Ia sudah memutuskan untuk melepaskan Kyuhyun. Ia ingin Kyuhyun bahagia dengan Victoria. Jadi apapun yang terjadi, ia harus tetap berpisah dari Kyuhyun. Karena sejak ia melihatnya berciuman dengan Victoria, ia yakin, bahwa Kyuhyun memang untuk Victoria. Bukan untuknya.
“Aku sudah dewasa. Aku bukan Chuu yang dulu lagi. Aku Lee Sungmin.” Jawab Sungmin datar yang semakin membuat hati Kyuhyun teriris.
“Mwo? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Kau tetap Chuu-ku! Kau tak ingat janjiku dulu? Kau tak ingat aku pernah berjanji di hadapan Tuhan bahwa aku akan menikahimu?! Kau tak…”
“UNTUK APA?!” teriak Sungmin. Kini air matanya telah mengalir deras. Ia tak ingin mendengar Kyuhyun melanjutkan kalimatnya. Ia ingin segera mengakhiri semuanya. Ia ingin segera terlepas dari Kyuhyun agar hatinya tak terlalu sakit lagi.
Sementara Kyuhyun hanya bisa terdiam. Ia menatap pedih yeoja manis disebelahnya. Keduanya merasakan sakit yang sama. Tapi keduanya juga memiliki keegoisan yang sama. Dan Kyuhyun sama sekali tak berniat melanjutkan kalimatnya.
“Untuk apa kau ungkit lagi jika kau saja tak mengingat bahkan tak mengenal orang yang kau beri janji itu?! Ck, sudahlah. Lagi pula siapa yang akan percaya pada janji anak umur 6 tahun.” Lanjut Sungmin.
Sempurnalah kini sakit di hati Kyuhyun. Ia tak menyangka Sungmin akan berkata seperti itu. Perkataan Sungmin seakan anak panah yang selalu siap untuk membunuhnya. Ia tak mengerti mengapa Sungmin jadi seperti ini. Ia mengenal baik Sungmin sebagai Chuu ataupun sebagai Minnie. Tapi sekarang, ia sama sekali tak mengenal yeoja ini. Sungmin yang sekarang adalah orang yang paling jahat baginya. Yeoja itu bahkan tak percaya bahwa dirinya masih memegang teguh janjinya 13 tahun lalu.
Kyuhyun masih diam setelahnya. Namun Sungmin kini sudah bersiap untuk keluar dari mobil itu. Ia sudah bisa menguatkan hatinya. Walaupun sebenarnya hatinya jauh lebih sakit. Ia mencoba tersenyum dan menghapus sisa air matanya.
“Baiklah, anggap hal ini tak pernah terjadi. Kau persiapkan saja pernikahanmu dengan Victoria-ssi.” ucap Sungmin ceria sambil menahan air matanya.
Selanjutnya Sungmin segera keluar dari mobil. Ia berusaha keluar secepatnya agar Kyuhyun tak mengatakan apapun. Namun ia salah, setelah ia meninggalkan mobil itu beberapa langkah, Kyuhyun memutuskan untuk keluar dari mobil.
“Bahkan kau tak mengizinkanku untuk memelukmu setelah 13 tahun?” teriak Kyuhyun.
Teriakkan yang terdengar begitu pedih di telinga Sungmin. Namun ia tetap berusaha tegar walaupun air matanya kembali keluar. Ia tak ingin berbalik. Jika ia melakukannya, maka akan makin sulit baginya untuk melepaskan Kyuhyun. Dan akhirnya tak ada tanggapan yang berarti bagi Kyuhyun. Sungmin tetap berjalan menjauh. Bahkan tanpa mengatakan sepatah katapun.
Kyuhyun pun tak berniat mengejarnya. Kakinya terlalu kaku untuk berlari mengejar yeoja itu. Hatinya pun terlalu sakit untuk memandang wajah itu. Ia hanya bisa terduduk di sebelah mobilnya. Menangis tersedu layaknya Kyunnie 13 tahun lalu yang bersedih karena kepergian Chuu. Hari ini semua itu seperti terulang kembali.
Sungmin merasakan hal yang sama. Dirinya tak bisa terus menerus menahan air matanya. Ia tak bisa  terlalu lama menahan sesak di dadanya. Ia menangisi segalanya di dalam apartemennya. Sendiri dan begitu sepi. Ia kembali merasakan hal yang terjadi 13 tahun lalu. Ketika ia harus meninggalkan Kyunnie kecil. Hanya saja kali ini jauh lebih sakit dari pada itu.
Keduanya meratapi kisah masing-masing. Ada sedikit rasa tak terima di hati mereka. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Cho Kyuhyun, ia tahu ia mencintai seorang Lee Sungmin. Tapi seolah Sungmin tak ingin menerimanya lagi. Dan Lee Sungmin, ia mengerti bahwa cintanya hanya untuk Cho Kyuhyun. Tapi sepertinya ada yang jauh lebih baik darinya. Ia ingin melepaskannya untuk yeoja lain. Ia merasa Kyuhyun akan lebih bahagia bersama yeoja itu. Bukan bersamanya.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar