Rabu, 16 Januari 2013

SLIGHT STORY (Chapter 1)



“SLIGHT STORY”
Cast :
Cho Kyuhyun
Lee Sungmin
Henry Lau
Kim Ryeowook
Lee Hyukjae
Pairing : Kyumin. Slight Henmin.
Rate : T +
Genre : Romance/Hurt/Comfort
Length : 2 chapters
Summary :
“Kau pikir aku tak sakit hati, eoh?! Aku yang seharusnya memohon padamu. Berhentilah menyiksaku dan berhentilah menjadi orang asing bagiku!”
Disclaimer : Kyumin belongs to themselves.
Warning : Yaoi, Typos


Malam itu Sungmin, bersama Ryeowook tentunya, baru saja menyelesaikan jadwal terakhir mereka. Semua pasti tau apa jadwal terakhir mereka. Ya, siaran Sukira. Tak perlu ditanya lagi, rasa lelah tentu sudah merajai tubuh keduanya. Mengingat mereka juga baru gencar dalam promosi album baru suju M. Tak ada banyak waktu bagi mereka untuk berlama-lama memanjakan tubuh mereka dengan beristirahat.
Ddrrtt… ddrrtt…
Handphone Sungmin berdering saat ia baru saja menginjakan kakinya di dorm lantai 11. Meninggalkan Ryeowook yang melanjutkan langkahnya menuju lantai 12. Sungmin melihat ID yang tertera pada layar handphonenya. Lalu tersenyum.
“Yeoboseo?” sapanya pada orang diseberang sana sambil membuka pintu dorm.
“Hyung! You’ve done your work?” kata seseorang yang diketahui bernama Henry menjawab sapaan namja manis itu.
Sungmin tersenyum singkat. Memang sudah beberapa bulan ini dirinya dekat dengan maknae Suju M itu. Entah karena ia mereka mempersiapkan album  bersama atau karena hal lain. Yang terpenting Sungmin merasa nyaman dengan adanya Henry. Mengingat juga seseorang yang dicintainya kini seakan menjauhinya dan menghilang entah kemana.
“Ne, aku baru selesai siaran. Ada apa menelfonku malam-malam?” Jawabnya singkat.
“Ah, syukurlah. Ah, itu hyung, aku ingin cerita padamu. Bisakah?” Tanya Henry kembali.
Sungmin terkikik pelan. Ia terus saja asik berbicara dengan Henry melalui handphonenya sambil berjalan menuju kamarnya-kamar yang ia tempati sendiri. Terus saja, tanpa ia ketahui seseorang yang tengah duduk di meja makan dorm sedang memandangnya sengit.
“Ne Henry-ah, cerita saja. Kau pikir aku siapa sampai kau mau bercerita pun harus meminta ijinku?” katanya sambil setengah tertawa.
Sraakk!
Seseorang yang sedari tadi duduk di meja makan tiba-tiba saja berdiri dengan kasar. Membuat suara yang agak bising untuk suasana dorm yang begitu sepi. Namja jangkung yang Sungmin kenali sebagai kekasihnya itu langsung berjalan kasar menuju kamarnya. Kamar yang dulu pernah ia tempati juga. Kyuhyun, nama namja itu, menutup pintu kamar keras-keras tanpa berbicara sepatah katapun pada Sungmin sebelumnya.
Bukan hal yang aneh lagi baginya dengan sikap Kyuhyun yang seperti itu. Bukan berita baru pula bahwa hubungan Kyuhyun dan Sungmin kini merenggang. Sudah sejak lama. Bahkan sejak mereka masih menjadi roommate. Sungmin pun sampai lupa kapan mereka menghabiskan waktu berdua. Ia sudah tak seperti dulu, pikir Sungmin. Baginya, Kyuhyun yang dulu bagai malaikat. Selalu ada untuk dirinya. Selalu melindunginya. Selalu mencintainya. Lalu sekarang, ia merasa asing dengan kekasihnya itu. Bahkan ia selalu mencoba menjauhi Sungmin ketika recording ataupun ketika mereka di stage.
Disisi lain, Sungmin masih saja memberikan perhatian itu pada Kyuhyun hingga sekarang. Tapi apa balasan baginya? Tak ada. Bahkan Kyuhyun akan lebih suka menghabiskan waktunya bersama Changmin, Minho atau Zhoumi.
Menyesakkan? Memang. Bagi Sungmin itu hal yang paling menyiksa dalam hidupnya. Ketika kekasihnya bahkan tak menganggapnya lagi. Namun ia patut bersyukur, karena di tengah kegalauan hatinya, Henry selalu ada disisinya untuk sekadar menghiburnya.
“Hyung, kau masih disana?” suara Henry membuyarkan lamunannya seketika.
“Ne, Henry-ah. Cerita saja!”
Akhirnya Sungmin masuk ke kamarnya sendiri dan membiarkan rasa sakit hatinya menguap di dalam sana seiring berjalannya waktu.
.
.
“Hyung, kau ada jadwal hari ini?” tanya Eunhyuk ketika mereka memulai sarapan esok harinya.
“Emmm…” Sungmin yang sedang sibuk menyiapkan sandwich tampak sedang berpikir. Sementara seorang penghuni dorm lantai 11 yang lain datang. Siapa lagi kalau bukan Kyuhyun.
“Ah, bukan jadwal sih sebenarnya. Hanya saja aku ada janji dengan Henry dan Wookie.” Jawabnya sambil meletakkan sandwich buatannya ke meja makan.
“Makanlah…”
Sungmin mendelik sebentar kearah kekasihnya. Lalu berkata, “bagaimana denganmu, Kyu? Apa jadwalmu hari ini?”
“Tak ada.”
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Kyuhyun. Kemudian ia mengambil sepotong sandwich dan membawanya kembali ke kamarnya.
Sungmin yang mengetahui sikap kekasihnya itu hanya bisa diam dan bersabar. Eunhyuk yang mengerti dengan apa yang dirasakan Sungmin, mencoba menenangkan hyungnya yang manis itu.
“Sudahlah hyung, mungkin dia sedang ada masalah.”
Jika memang dia ada masalah, mengapa dia tak mau membaginya denganku? Mengapa semakin lama aku semakin merasa dirinya orang asing bagiku? Apakah dia sudah tidak mencintaiku? Kalimat-kalimat itu terus saja berputar di kepalanya. Membuat hatinya berkecamuk tak karuan.
‘Jika saja kau tahu perasaanku, Kyu.’ Bisiknya dalam hati.
“Oh ya Hyung, kudengar kekasihmu itu akan pergi ke Busan dengan Zhoumi hari ini. Hanya berdua saja? Apa benar? Mau apa mereka? Aish, menyebalkan! Seharusnya mereka mengajakku.”
‘Mwo? Kyu? Dia mau apa? ANDWAE!’ jerit Sungmin dalam hati.
Sungmin kaget dengan pertanyaan tak berperi kemanusiaaan yang baru saja keluar dari mulut Eunhyuk. Ya, kini sempurnalah sakit hati Sungmin. Namun bisa apa dia? Ia bahkan kini tak tahu harus melakukan apa agar Kyuhyun mau melihatnya lagi.
 “Entahlah. Aku tak tahu.”
.
Hari itu Sungmin benar-benar dapat melupakan sejenak masalahnya dengan Kyuhyun. Ia harus berterimakasih pada Henry dan Ryeowook yang telah membawanya dalam keceriaan hari ini. Harus ia akui, Henry memang yang paling berjasa baginya saat ini. Bukan maksudnya mengesampingkan Ryeowook. Hanya saja, pada Henry lah ia merasa lebih nyaman. Karena ia tak malu untuk mengungkapkan segala hal padanya. Beda dengan Ryeowook. Sungmin benar-benar merasa harus menjadi seorang hyung ketika ia bersamanya. Lalu Kyuhyun? Ah, jangan tanyakan hal itu lagi. Mungkin Sungmin pun mulai merasa lelah dengan semua ini.
Hari itu begitu dingin. Namun apa peduli Sungmin. Saat ini, ia hanya ingin perasaannya pada Kyuhyun membeku untuk sementara agar ia tak merasakan sakit hati yang begitu dalam.
“Hyung, pakailah sweetermu. Ini dingin sekali.” Kata Ryeowook menasehati hyung tersayangnya itu ketika mereka di taman bermain malam harinya.
Ya, malam itu memang begitu dingin. Namun apa yang dilakukan Sungmin? Ia justru melepas sweeter tebalnya dan bermain-main dengan salju hanya dengan menggunakan kaos sleeveless-nya.
“Ani Wookie-ah. Aku lebih suka seperti ini. Menyatu dengan salju. Menyatu dengan dinginnya mereka. Aku ingin seperti mereka, wookie-ah. Begitu beku dan… dingin.” Jawab Sungmin sambil memandangi hamparan salju di depannya.
Ryeowook tersenyum miris. Seakan mengeri perasaan Hyungnya, ia memilih untuk mendekati Sungmin lalu memeluknya erat.
“Hyung, gwaenchanha… Aku ada bersamamu…” kata Ryeowook disela pelukannya.
Sungmin hanya bisa tertawa. “Kau ini apa-apaan wookie-ah? Aku baik-baik saja.” Katanya sambil menepuk-nepuk bahu Ryeowook. Sedangkan Henry, hanya tersenyum memandang mereka berdua.
.
Malam itu akhirnya Henry ikut menemani mereka berdua di Sukira. Hanya untuk bermain saja. Mengingat ia juga tidak pernah sekalipun melihat secara langsung aktivitas member yang lainnya yang ada di korea.
Satu jam sudah sejak Sukira malam itu dimulai. Sungmin memutuskan untuk keluar dari bilik siar. Entah untuk apa. Ryeowook sengaja tak mengikutinya karena ia harus menemani tamu yang datang ke Sukira malam itu. Henry yang melihat Sungmin keluar langsung saja mengikutinya. Ia tahu ada yang tak beres dengan Sungmin karena ia terlihat begitu murung. Ia terus saja mengikuti Sungmin hingga mereka memasuki waiting room. Tempat yang Sungmin pilih untuk duduk menyendiri.
Henry melangkah pelan mendekati Sungmin kemudian duduk disampingnya.
“Hyung, ada yang ingin kau ceritakan padaku?” tanyanya pada namja manis yang tengah menunduk itu.
Sungmin menatap Henry. Seketika itu pula Henry tahu bahwa ada sesuatu yang Sungmin sembunyikan di dalam sana. Ada sesuatu yang Sungmin tahan di mata itu. Sesuatu yang sangat menyakitkan.
“Menangislah Hyung.” Kata itu meluncur begitu saja dari mulut Henry.
Tanpa diberi komando, air mata Sungmin jatuh begitu saja. Ia ingin mengeluarkan segala sakit hatinya melalui air matanya itu. Sungguh, ia sudah tak tahan dengan sikap Kyuhyun. Ia menangis sejadi-jadinya. Entah Henry mau menganggapnya lemah atau apa. Yang terpenting sekarang adalah hatinya begitu sakit. Dan dia ingin segera menyembuhkannya.
“Kemarilah Hyung.” Lirih Henry sambil membawa Sungmin ke pelukannya. Sungmin terisak disana. Menumpahkan segala sakit hatinya yang terbiaskan melalui emosinya.
Disisi lain, seseorang yang sedari tadi berdiri di balik waitingroom, kini memandang pedih kedua namja yang tengah berpelukan itu. Ia tak tahu apa yang mereka bicarakan di dalam sana. Namun hal dilihatnya itu cukup memeberinya alasan untuk segera pergi dari tempat itu.
Kembali pada Henry yang tengah memeluk Sungmin erat. Ada yang aneh. Henry tak lagi merasakan dadanya basah. Tak ada lagi isakan dari namja yang dipeluknya. Ditambah lagi ia merasakan panas dari tubuh yang ada dalam pelukannya.
“Sungmin Hyung?” Henry mencoba mengangkat wajah Sungmin.
Dan benar saja, kini wajah Sungmin memucat. Keringat dingin sudah membasahi wajah namja itu. Tubuhnya juga sangat panas. Sungmin pingsan!
Henry segera menggendongnya keluar waitingroom. Satu-satunya tempat yang ingin dia tuju sekarang hanyalah rumah sakit.
“Oh, Sungmin hyung! Henry-ah, apa yang terjadi?” Tanya Ryeowook panik ketika mereka bertemu di lorong gedung KBS.
“Sungmin Hyung pingsan, bisakah kau katakan pada yang lain kalau Sungmin hyung tak bisa melanjutkan siaran malam ini? Aku akan membawanya ke rumah sakit.” Jelas Henry ikut panik.
“Keurae.”
Tiba-tiba saja Sungmin menggeliat di gendongan Henry. Terlihat sekali ia merasakan lelah dan sakit yang begitu dalam.
“Wookie-ah…” lirihnya.
“Hyung! Gwaenchanha, aku akan bicara pada PDnim. Henry akan mengantarmu ke rumah sakit.” Racau Ryeowook mencoba menenangkan hyungnya itu.
“Andwae. Nan gwaenchanha. Henry-ah, tolong turunkan aku.” Lirih Sungmin sekali lagi.
“Tapi hyung…” ucap Henry tak tega.
Sungmin menepuk punggung Henry untuk meyakinkannya bahwa dirinya baik-baik saja. Mau tak mau ia harus menurunkan Sungmin saat itu juga.
“Kau selalu memaksakan dirimu, Hyung… “ lirih Henry kecewa.
Sungmin hanya tersenyum singkat.
“Aku baik-baik saja. Aku akan melanjutkan siarannya. Kajja wookie-ah!” ajaknya pada Ryeowook yang masih berdiri memandangnya tak tega.
“Hyung, aku akan ada disini sampai kalian selesai.” Kata Henry.
“Ne, gomawo Henry-ah…”
Sisa satu jam siaran bukan waktu yang sedikit untuk Sungmin. Satu jam terasa begitu lama karena ia harus menahan sakit dikepalanya dan tentu saja rasa sakit dihatnya yang tak kunjung pudar. Beberapa kali Sungmin jatuh dan berhasil ditangkap oleh Ryeowook. Ryeowook yang khawatir tak henti-hentinya menanyakan keadaan hyungnya. Namun jawaban Sungmin tetap sama, “Nan gwaenchanha…”
Hingga pada akhirnya siaran malam itu selesai dan Henry memutuskan untuk ikut ke dorm mengantarkan Sungmin yang sudah sangat lemah. Henry memapah Sungmin untuk masuk ke dorm sedangkan Ryeowook membawakan tasnya.
Mereka bertiga mendapati dua orang penghuni dorm lantai 11 sedang menonton TV di ruang tengah ketika mereka berjalan menuju kamar Sungmin.
“Eh Sungmin hyung? Ryeowook-ah, apa yang terjadi?” Tanya Eunhyuk khawatir. Sedangkan Kyuhyun? Tak usah ditanya apa yang dilakukannya. Ia hanya berdiri lalu berlalu meninggalkan ruang tengah dan masuk ke kamar miliknya.
Sungmin yang masih sadar tentu tahu apa yang baru saja dilakukan Kyuhyun. Dan hal itu menambah pedih hatinya saat ini.
“Hyung, aku tidur disini ya? Aku ingin menemanimu.” Pinta Ryeowook ketika Sungmin telah bersiap untuk istirahat.
“Ani wookie-ah, kau tidurlah di kamarmu. Dan kau Henry-ah, kau juga pulanglah. Aku baik-baik saja.” Ucap Sungmin parau.
“Kau ini Hyung, masih saja bilang kau baik-baik saja padahal kami melihat sendiri keadaanmu sekarang.” Kata Henry pelan.
Sungmin hanya tersenyum singkat. “Masih ada hyukkie disini dan… juga ada Kyu tentunya.” Lirih sungmin sedikit tak yakin.
“Baiklah. Kau jaga dirimu, Hyung. Eunhyuk hyung, jaga hyungku ya? Kajja Henry-ah!”
Selepas kepergian Ryeowook dan Henry, suasana menjadi sangat hening. Eunhyuk memang sengaja tak banyak bicara seperti biasanya. Ia ingin Sungmin benar-benar bisa istirahat mala mini.
“Tidurlah hyung, jika kau pelu sesuatu, panggil saja aku.” Nasehatnya pada Sungmin sambil menyelimuti tubuh hyungnya itu.
“Ne, gomawo hyukkie-ah.”
Ia memang berterimakasih pada Eunhyuk yang mau menjaganya saat ini. Namun bukan ini yang diharapkannya. Ia berharap yang melakukan ini semua adalah kekasihnya, namjachingunya, Kyuhyunnya! Hatinya kembali sakit jika mengingat hal itu.
‘Dimana perhatianmu untukku, Kyu? Aku merindukanmu…” batin Sungmin sambil menangis dalam diam.
.
.
Paginya Sungmin masih belum bisa melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Hingga akhirnya manager hyungnim memperbolehkannya libur satu hari. Tentu saja itu bukan keinginan Sungmin. Hal itu semata-mata permintaan Ryeowook pada managernya untuk meliburkan Sungmin hari itu.
“Kau istirahatlah, hyung. Manager hyung sudah mengijinkanmu untuk libur.” Pinta Ryeowook pada namja kelinci itu.
“Aish, Wookie-ah. Aku baik-baik saja. Setelah aku minum obat, aku akan kembali seperti biasa. Aku ingin… “
“Hyung” Ryeowook segera memotong kalimat Sungmin. “Kau sedang sakit. Kumohon, sekali saja. Jangan paksakan dirimu!”
Kalimat dari Ryeowook itu terdengar seperti bentakan nasehat. Namun benar juga katanya. Sungmin memang harus istirahat total hari ini.
Sungmin terdiam sejenak. Memikirkan apa yang harus dilakukannya. Hingga akhirnya…
“Baiklah, aku akan istirahat. Tapi nanti malam aku akan tetap menemanimu siaran.” Katanya pelan.
“Ani!” kini Eunhyuk yang baru saja keluar dari kamarnya ikut menimpalinya. “Tadi manager hyung bilang padaku bahwa aku harus menggantikanmu siaran malam ini.”
“Mwo? Aish… wookie-ah, hyukkie-ah, aku…”
“Hyung, kumohon…” potong Ryeowook lagi.
Walaupun Sungmin agak kecewa dengan keputusan donsaengnya ini, dia terpaksa setuju dan menganggukkan kepalanya pelan.
“Ah, baguslah.”
‘Bagus apanya?’ Batin Sungmin. Bahkan tak ada hal yang bisa ia lakukan. Dia memang sakit. Dan itu masih bisa ia rasakan hingga sekarang. Namun bukan berarti dia tak mampu melakukan hal apapun.


To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar