Dan
benar saja, malam selanjutnya aku benar-benar menemani Kyuhyun makan malam
bersama Victoria di salah satu restoran di dekat kediaman Cho. Aku memutuskan
mengajak Siwon malam itu. Tentu saja agar aku tak menjadi semacam orang bodoh
diantara dua calon mempelai itu. Oke, Kyuhyun memang akan menikah setelah ia
lulus kuliah. Namun tetap saja ketakutan itu menghantuiku sejak sekarang.
Sosok
Victoria benar-benar di luar dugaanku. Dia sempurna. Bahkan dia begitu dewasa.
Ia ramah bahkan padaku dan Siwon yang baru saat itu dikenalnya.
“Baik,
bagaimana jika kita mulai memesan?” tawarku pada semuanya.
Victoria
tersenyum padaku dan berkata, “ide yang bagus, Sungmin-ssi.”
Kemudian
Siwon memanggil salah satu pelayan disana. Setelah pelayan itu sampai di meja
kami, semua langsung tampak sibuk memilih makanan yang akan jadi makan malam
mereka. Kami pun saling menawarkan makanan satu sama lain. Termasuk Victoria
pada Kyuhyun.
“Kau
mau minum kopi, Kyuhyun-ssi?” tanya Victoria padanya.
“Jwiseonghaeyo
Victoria-ssi, sepertinya kau tidak bisa memesannya untuk Kyuhyun. Dia tak bisa
makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!” cegahku.
“Ah,
keurae?” Victoria tampak setuju dengan pendapatku.
Beberapa
detik kemudian…
Ah,
bodoh! Aku memang bodoh. Bagaimana bisa aku mengatakan sesuatu yang bisa saja
membunuhku saat itu juga? Kini pun Kyuhyun menatapku tajam dan wajahnya seolah
berkata, ‘dari mana kau tahu?’
Selama
aku menjadi Lee Sungmin, ah lebih tepatnya sejak aku kembali dari Jepang,
Kyuhyun memang tak pernah sekali pun berkata padaku bahwa ia tak suka sesuatu
yang pahit. Aku hanya mengingat hal itu karena aku memang sudah mengenal
Kyuhyun sejak 13 tahun yang lalu. Dan kini aku seperti tengah membuka topengku
perlahan. Kulihat kini Kyuhyun memandangku semakin tajam seolah aku adalah
stalker baginya. Untung saja Victoria mengajakku mengobrol sehingga pandangan
tajam Kyuhyun berakhir. Ah, syukurlah…
“Oh ya,
Sungmin-ssi. Kau sahabat baik Kyuhyun kan?” tanyanya padaku.
“Ne.
Waeyo?”
“Apakah
dia sering menyusahkanmu?” tanyanya lagi. Kini ia menatap Kyuhyun dengan
tatapan menggodanyanya. Ah, dada ini semakin sesak saja.
“Ani.
Hanya saja dia tak mau mengalah. Hati-hati saja padanya, Victoria-ssi.” jawabku
sambil tertawa mencoba untuk menghilangkan kegugupan sekaligus sakit hatiku.
“Ya!
Minnie ah! Kau pikir aku siapa sampai menyuruhnya untuk hati-hati padaku?” ucap
Kyuhyun kesal.
Kini
Victoria tampak tertawa. Sungguh, ia yeoja yang baik menurutku. Aku semakin
sadar bahwa Kyuhyun memang pantas untuk mendapatkannya. Lagi pula aku merasa
aku tak bisa begitu dewasa seperti Victoria. Aku masih jauh dibawahnya. Memang,
hatiku memang semakin sakit saat ini. Namun entah mengapa, kesadaran ini
menuntutku untuk melepaskan Kyuhyun sedikit demi sedikit.
“Geundae
Siwon-ssi, apa hubunganmu dengan Sungmin-ssi? Kulihat kalian sangat dekat?” tanya
Victoria pada Siwon setelah kami selesai memesan makanan.
Siwon
hanya tersenyum ramah padanya. “Ani. Tak ada hubungan spesial. Hanya saja kami
sering menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol di atap gedung kuliah kami.
Yah, mungkin karena itu kami dekat.”
“Jinja?
Itu pasti menyenangkan.” ucap Victoria senang.
“Menyenangkan
apanya? Bahkan Sungmin pernah membolos
hanya untuk berkencan di atap.” Kata Kyuhyun tiba-tiba.
Apa?
Keterlaluan sekali dia!
“Ya!
Aku tidak berkencan, Cho Kyuhyun!” kataku tajam sambil memandangnya kesal.
“Oh
keurae? Kalau begitu berhentilah pergi ke atap gedung. Seperti tak ada tempat
lain saja!” sindirnya.
“Memangnya
apa hakmu melarangku kesana?” kataku tak ingin kalah.
“Minnie
ah, aku memberimu saran yang baik. Kau seharusnya menurut padaku!”
“Anhae!”
Pertengakaran
mulut kami terhenti saat kami berdua mendengar Victoria dan Siwon tertawa. Apa
yang mereka tertawakan? Tak ada yang lucu. Hei, aku sedang kesal pada Kyuhyun,
mengapa kalian malah tertawa?
“Sudah…
sudah… kalian benar-benar seperti anak kecil.” ucap Victoria di tengah tawa
renyahnya.
Tapi
kami tak berhenti sampai saat itu. Selama makan malam pun kami masih sering adu
mulut. Mulai dari masalah kuliah hingga makanan yang saat itu kami makan.
Bahkan Victoria sering kali menggelengkan kepalanya saat mendengar pertengkaran
anak kecil kami. Ah, salahkan Kyuhyun, Victoria-ssi. Setan itu yang membuatku
naik darah lebih dulu.
Pertengkaran
kami baru berhenti saat kami harus berpisah untuk pulang ke rumah
masing-masing. Kyuhyun mengantarkan Victoria pulang ke rumahnya. Sedangkan aku
bersama Siwon. Hah, cukup melelahkan juga menjaga hati yang sakit. Sudahlah,
aku sudah cukup bersyukur hari ini berakhir.
Aku
segera memasuki apartemenku saat Siwon mengantarkanku pulang. Tak lupa aku
berterimakasih padanya. Ah, aku merasa berhutang budi padanya. Ia baik sekali
mau menemaniku.
Aku
segera mengganti pakaianku menjadi piyama tidur setelah aku selesai mandi. Aku
sedikit tertawa saat aku mengingat pertengakaran mulutku dengan Kyuhyun tadi.
Sungguh seperti mengulang masa lalu. Dan pertengkaran yang kukira telah selesai
itu sepertinya kembali dimulai saat Kyuhyun mengirimiku sebuah pesan.
From:
Kyunnie
Ya
yeoja pink! Kau sungguh menyebalkan!
Apa
maksudnya? Aku segera membalas pesan tak jelas itu.
To:
Kyunnie
Wae?
Aku salah apa?
Tak
lama setelahnya ia pun membalas pesanku. Jadilah kami saling berkirim pesan
malam itu.
From:
Kyunnie
Mengapa
kau mengajak kuda itu saat makan malam?
To:
Kyunnie
Siapa
yang kau maksud?
From:
Kyunnie
Siwon.
Choi Siwon!
To:
Kyunnie
Ya Cho
Kyuhyun! Jaga bicaramu!
From:
Kyunnie
Wae? Aku memang tak suka padanya. Apalagi kau malah
mengajaknya makan malam.
To:
Kyunnie
Apa masalahmu? Lagipula kalau bukan permintaan ibumu,
aku juga tak sudi menemanimu!
From:
Kyunnie
Oh?
Keurae?
Sebelum
aku membalas pesan Kyuhyun itu, handphoneku sudah berbunyi lagi. Tapi ini bukan
menandakan pesan masuk, melainkan telefon. Telefon dari ID yang sama dengan
seseorang yang baru saja mengirimiku pesan. Aku segera mengangkat telefon itu
agar tak berdering terlalu lama.
“Wae?”
tanyaku to the point pada orang yang menyebalkan itu.
“Cepat
lihat keluar jendela!” suruh Kyuhyun seenaknya.
“Ada
apa?” tanyaku.
“Cepat
kubilang!”
“Ish…jinja”
Kemudian
aku segera melangkah menuju jendela besar di sudut kamarku. Aku melihat keluar
jendela dan tak ada apa-apa. Hanya lampu-lampu dari beberapa gedung dan
rumah-rumah yang ku lihat. Apa maksudnya menyuruhku seperti ini? Sungguh bukan
hal yang penting untuk kulakukan. Aku kini makin kesal padanya.
“Kau
pikir kau cantik dengan mempoutkan bibirmu seperti itu?” ucap Kyuhyun kemudian.
Eh? Apa
dia melihatku? Ah, dia pasti melihatku saat ini. Tapi dimana setan itu?
“Kau
dimana tuan Cho?”
Kemudian
aku mulai mengedarkan mataku ke segala arah. Mulai dari gedung-gedung itu
hingga jalanan di depan apartemenku. Cukup sulit melihat jalanan itu ketika kau
berada di lantai 3 sebuah gedung apartemen. Namun mataku menangkap sesuatu.
Seseorang lebih tepatnya. Seorang namja yang bersandar pada mobilnya. Kini ia
sedang mendongakkan kepalanya. Memandang jendela yang ada di depanku. Mata kami
bertemu dan namja itu menyunggingkan senyumnya padaku.
“Sepertinya
kau menangkapku, Lee Sungmin!” ucapnya yang kudengar di telefon.
“Mengapa
kau disana? Cepat pulang! Mana Victoria-ssi?” tanyaku padanya.
Kini
kami seperti sedang mengobrol empat mata. Hanya saja kami terpisah agak jauh
dan kami menggunakan telefon agar bisa mendengar satu sama lain.
“Tenang
saja. Aku sudah mengantarnya pulang. Aku justru mencemaskanmu?” kata Kyuhyun
mengalihkan.
“Naega
wae?” tanyaku lagi.
“Aku
khawatir kau akan tertular virus kuda karena kau terlalu dekat dengan tuan Choi
itu.” Jawab Kyuhyun tanpa dosa.
“Ya,
Cho Kyuhyun! Kau ini benar-benar perlu diberitahu cara menjaga mulut
sepertinya!” tanggapku agak kesal padanya.
Kulihat
kini Kyuhyun tersenyum sinis. Dia juga menghela napas marah setelahnya.
“Wae?
Aku tahu cara menjaga mulutku sendiri. Lagipula aku selalu meggosok gigiku
setiap hari.”
Apa?
Dasar bodoh. Ya, tapi kalimat bodoh itu cukup membuatku tertawa. Kyuhyun pun
ikut tertawa bersamaku. Leluconmu berhasil tuan Cho. Kau berhasil membuatku
mengurangi rasa kesalku padamu.
“Keurae.
Aku tahu. Sekarang cepat pulang!” pintaku padanya.
“Ya!
Kau berani mengusirku? Aku diluar apartemenmu, jadi bukan hakmu untuk
mengusirku!” ucapnya penuh nada penolakan.
Haaah,
dia memang tak pernah berubah. Selalu egois dan semaunya.
“Kyuhyun
ah, ini sudah malam. Kau mau orang-orang mengira dirimu stalker?” saranku.
Kini
Kyuhyun menghela napasnya dalam-dalam. Kulihat wajah kesalnya yang begitu lucu.
Ia bahkan mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya pada jalanan dibawahnya.
“Hhh… Baiklah.
Aku pulang. Tapi aku ingin satu hal darimu.” Ucapnya.
“Apa?”
“Jangan
dekat-dekat dengan kuda itu lagi dan jangan pernah kencan di atap dengannya
lagi. Aku tak suka!”
“Ya Cho
Kyuhyun, jangan memanggilnya kuda. Lagi pula…”
“Nan
arra. Aku pulang!”
Tut…
tut…tut…
Aish,
anak ini. Selalu seenaknya saja. Seenaknya menyuruhku, seenaknya memotong
perkataanku dan seenaknya menutup telefon saat aku masih ingin bicara. Yah,
tapi itulah Cho Kyuhyun. Namja paling evil yang pernah kukenal. Bahkan aku
masih saja mencintainya walaupun aku tahu dia terlalu semena-mena. Haah,
mungkin aku memang sudah gila.
Kini
Kyuhyun melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum menanggapinya dan membalas
lambaian tangannya. Tak lama setelah itu ia segera melaju mengendarai mobilnya
meninggalkan jalanan di depan apartemenku.
Aku
merasa dia semakin dekat denganku. Entah karena aku yang terlalu berharap atau
memang begitu kenyataannya. Apapun itu, seharusnya itu tidak terjadi. Aku tak
bisa membiarkan hal ini terlalu lama. Semakin aku dekat dengannya, maka aku
akan semakin sakit hati. Oh ya Tuhan, mengapa untuk melepasnya saja harus
sesulit ini.
.
.
Sejak
makan malam itu, aku jadi sering menggoda Kyuhyun dengan segala hal yang
berhubungan dengan Victoria. Bukan apa-apa, aku melakukannya karena aku hanya
ingin menutupi sakit hatiku. Aku hanya ingin mencoba menguatkan diriku sendiri.
Mungkin aku terlihat bodoh. Namun hanya ini yang bisa ku lakukan.
Beberapa
hari ini Kyuhyun pun sudah tak canggung lagi dengan Victoria. Bahkan ketika aku
menyuruhnya untuk mengantarkan Victoria beberapa hari yang lalu, ia dengan
senang hati melakukannya. Haah, baguslah. Setidaknya hal itu akan membantuku.
Yah walaupun aku tetap sakit hati saat melihat mereka berdua.
Seperti
saat ini, kulihat Kyuhyun mengajak Victoria ke belakang gedung kuliah. Entah
apa yang akan dilakukan mereka. Kuputuskan untuk mengikuti mereka. Aku tetap
melangkah hingga mereka berhenti di suatu tempat. Aku pun menghentikan
langkahku dan memposisikan diriku untuk bersembunyi dan melihat mereka dari
kejauhan. Aku sama sekali tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sungguh
aneh apa yang kulakukan ini. Aku bahkan bingung dengan diriku sendiri. Aku yang
sudah meyakinkan diriku untuk melepas Kyuhyun, kali ini malah mengikutinya yang
sedang berkencan dengan Victoria. Hah, bahkan aku tak peduli jika orang-orang
akan menyebutku stalker. Kulihat mereka mengobrol begitu serius. Dan beberapa
menit selanjutnya…
DEG!
Sesak
dan sakit. Hanya itu yang kurasakan setelahnya. Sungguh, sakit sekali.
Hal
yang tak kuduga terjadi. Hal yang menambah rasa sesak di dadaku. Hal yang
menambah sakit di hatiku. Hal yang berhasil meloloskan air mataku. Sungguh, ini
terlalu menyiksa. Dia menciumnya. Kyuhyun mencium Victoria tepat di depan
mataku.
Aku
terisak parah. Kurasa isakanku cukup keras untuk didengar orang yang ada di
dekatku. Ini semua karena aku harus menangis sekaligus menahan sesak di dadaku.
Sungguh sulit mengatur napasku saat ini. Aku mencoba sekuat tenaga agar aku
tetap tenang dan tak lagi menangis terlalu lama. Jadi aku putuskan untuk pergi
dari tempat itu. Namun sepertinya aku mendengar suaranya memanggilku sebelum
aku pergi. Ya, kudengar Kyuhyun memanggilku. Tapi sudahlah, aku tak ingin
meihat wajahnya saat ini. Lebih tepatnya aku tak mampu. Sudah kubilang, ini
terlalu sakit. Aku tetap melangkah pergi dan sedikit berlari untuk segera
meninggalkan tempat itu.
Sungmin
POV end
Kyuhyun
POV
Hari
ini aku membawa Victoria ke belakang gedung kuliah. Sudah kuputuskan, aku tak
ingin membiarkan hal ini terlalu lama. Aku tak mau menyiksa perasaanku sendiri.
Karena perasaanku memang bukan untuk Victoria.
Aku
masih memiliki cinta pertamaku. Aku tak mungkin melupakan janjiku 13 tahun
lalu. Aku hanya ingin menikah dengannya. Sesuai janjiku. Aku memang terlalu
mencintainya walaupun saat ini aku tak tahu dia dimana. Dan disisi lain, aku
juga memiliki Minnie. Oke, yeoja pink itu memang berhasil membuat perhatianku
pada cinta pertamaku teralih. Dia berhasil membuatku berpikir bahwa aku masih
bisa tenang karena aku masih memiliki seorang yeoja pecinta pink jika nantinya
aku akan benar-benar kehilangan cinta pertamaku. Meskipun sebenarnya ia tak
berkata apapun, hanya aku yang berpikiran seperti itu. Aku akui, aku juga
terlalu takut kehilangan Minnie. Jadi kuputuskan untuk segera mengakhiri
hubungan konyolku dengan Victoria.
Victoria
tampak bingung. Wajahnya mengisyaratkan, ‘mengapa kau membawaku kesini?’
“Mianhae
Victoria-ssi, aku membawamu ke tempat ini.” Ucapku untuk mengawali pengakuanku.
Victoria
tersenyum padaku masih dengan keramahannya. “Ne, gwaenchanha. Apa yang ingin
kau bicarakan, Kyuhyun-ssi?”
Aku
menghela napasku. Bersiap untuk mengatakan pengakuanku.
“Bisakah
kita hentikan semua ini?” kataku.
Victoria
tampak kaget dan bingung. “Apa maksudmu?”
“Hubungan
kita. Ini bukanlah hal yang kita inginkan. Hanya orang tua kita yang
menginginkannya. Kumohon, aku ingin menghentikan semuanya.” Pintaku padanya.
Tak ada
jawaban darinya. Dia hanya menunduk dalam diam. Dalam beberapa detik tak ada
satupun kata yang keluar dari mulutnya. Akhirnya setelah beberapa menit ia
mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Tapi apa itu? Mengapa matanya berair? Dia
menangis?
“Victoria-ssi…”
“Kau
salah.” Lirihnya di tengah tangisannya yang tak bersuara.
“Ne?”
“Kau
salah, Kyuhyun-ssi. Kau salah dengan mengatakan kita tak pernah menginginkan
hubungan ini. Mungkin memang dirimu tak menginginkannya, tapi aku sebaliknya.
Aku menyukaimu.”
DEG!
Apa? Victoria…
Sungguh,
aku cukup terkejut dengan pengakuannya. Dia baru saja mengatakan perasaannya
padaku. Dan mengapa sekarang ini menjadi pengakuannya? Bukankah seharusnya aku
yang mengatakan pengakuanku disini?
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar