Senin, 28 Januari 2013

This Faithful Love (Chapter 4)



Dan benar saja, malam selanjutnya aku benar-benar menemani Kyuhyun makan malam bersama Victoria di salah satu restoran di dekat kediaman Cho. Aku memutuskan mengajak Siwon malam itu. Tentu saja agar aku tak menjadi semacam orang bodoh diantara dua calon mempelai itu. Oke, Kyuhyun memang akan menikah setelah ia lulus kuliah. Namun tetap saja ketakutan itu menghantuiku sejak sekarang.
Sosok Victoria benar-benar di luar dugaanku. Dia sempurna. Bahkan dia begitu dewasa. Ia ramah bahkan padaku dan Siwon yang baru saat itu dikenalnya.
“Baik, bagaimana jika kita mulai memesan?” tawarku pada semuanya.
Victoria tersenyum padaku dan berkata, “ide yang bagus, Sungmin-ssi.”
Kemudian Siwon memanggil salah satu pelayan disana. Setelah pelayan itu sampai di meja kami, semua langsung tampak sibuk memilih makanan yang akan jadi makan malam mereka. Kami pun saling menawarkan makanan satu sama lain. Termasuk Victoria pada Kyuhyun.
“Kau mau minum kopi, Kyuhyun-ssi?” tanya Victoria padanya.
“Jwiseonghaeyo Victoria-ssi, sepertinya kau tidak bisa memesannya untuk Kyuhyun. Dia tak bisa makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!” cegahku.
“Ah, keurae?” Victoria tampak setuju dengan pendapatku.
Beberapa detik kemudian…
Ah, bodoh! Aku memang bodoh. Bagaimana bisa aku mengatakan sesuatu yang bisa saja membunuhku saat itu juga? Kini pun Kyuhyun menatapku tajam dan wajahnya seolah berkata, ‘dari mana kau tahu?’
Selama aku menjadi Lee Sungmin, ah lebih tepatnya sejak aku kembali dari Jepang, Kyuhyun memang tak pernah sekali pun berkata padaku bahwa ia tak suka sesuatu yang pahit. Aku hanya mengingat hal itu karena aku memang sudah mengenal Kyuhyun sejak 13 tahun yang lalu. Dan kini aku seperti tengah membuka topengku perlahan. Kulihat kini Kyuhyun memandangku semakin tajam seolah aku adalah stalker baginya. Untung saja Victoria mengajakku mengobrol sehingga pandangan tajam Kyuhyun berakhir. Ah, syukurlah…
“Oh ya, Sungmin-ssi. Kau sahabat baik Kyuhyun kan?” tanyanya padaku.
“Ne. Waeyo?”
“Apakah dia sering menyusahkanmu?” tanyanya lagi. Kini ia menatap Kyuhyun dengan tatapan menggodanyanya. Ah, dada ini semakin sesak saja.
“Ani. Hanya saja dia tak mau mengalah. Hati-hati saja padanya, Victoria-ssi.” jawabku sambil tertawa mencoba untuk menghilangkan kegugupan sekaligus sakit hatiku.
“Ya! Minnie ah! Kau pikir aku siapa sampai menyuruhnya untuk hati-hati padaku?” ucap Kyuhyun kesal.
Kini Victoria tampak tertawa. Sungguh, ia yeoja yang baik menurutku. Aku semakin sadar bahwa Kyuhyun memang pantas untuk mendapatkannya. Lagi pula aku merasa aku tak bisa begitu dewasa seperti Victoria. Aku masih jauh dibawahnya. Memang, hatiku memang semakin sakit saat ini. Namun entah mengapa, kesadaran ini menuntutku untuk melepaskan Kyuhyun sedikit demi sedikit.
“Geundae Siwon-ssi, apa hubunganmu dengan Sungmin-ssi? Kulihat kalian sangat dekat?” tanya Victoria pada Siwon setelah kami selesai memesan makanan.
Siwon hanya tersenyum ramah padanya. “Ani. Tak ada hubungan spesial. Hanya saja kami sering menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol di atap gedung kuliah kami. Yah, mungkin karena itu kami dekat.”
“Jinja? Itu pasti menyenangkan.” ucap Victoria senang.
“Menyenangkan  apanya? Bahkan Sungmin pernah membolos hanya untuk berkencan di atap.” Kata Kyuhyun tiba-tiba.
Apa? Keterlaluan sekali dia!
“Ya! Aku tidak berkencan, Cho Kyuhyun!” kataku tajam sambil memandangnya kesal.
“Oh keurae? Kalau begitu berhentilah pergi ke atap gedung. Seperti tak ada tempat lain saja!” sindirnya.
“Memangnya apa hakmu melarangku kesana?” kataku tak ingin kalah.
“Minnie ah, aku memberimu saran yang baik. Kau seharusnya menurut padaku!”
“Anhae!”
Pertengakaran mulut kami terhenti saat kami berdua mendengar Victoria dan Siwon tertawa. Apa yang mereka tertawakan? Tak ada yang lucu. Hei, aku sedang kesal pada Kyuhyun, mengapa kalian malah tertawa?
“Sudah… sudah… kalian benar-benar seperti anak kecil.” ucap Victoria di tengah tawa renyahnya.
Tapi kami tak berhenti sampai saat itu. Selama makan malam pun kami masih sering adu mulut. Mulai dari masalah kuliah hingga makanan yang saat itu kami makan. Bahkan Victoria sering kali menggelengkan kepalanya saat mendengar pertengkaran anak kecil kami. Ah, salahkan Kyuhyun, Victoria-ssi. Setan itu yang membuatku naik darah lebih dulu.
Pertengkaran kami baru berhenti saat kami harus berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Kyuhyun mengantarkan Victoria pulang ke rumahnya. Sedangkan aku bersama Siwon. Hah, cukup melelahkan juga menjaga hati yang sakit. Sudahlah, aku sudah cukup bersyukur hari ini berakhir.
Aku segera memasuki apartemenku saat Siwon mengantarkanku pulang. Tak lupa aku berterimakasih padanya. Ah, aku merasa berhutang budi padanya. Ia baik sekali mau menemaniku.
Aku segera mengganti pakaianku menjadi piyama tidur setelah aku selesai mandi. Aku sedikit tertawa saat aku mengingat pertengakaran mulutku dengan Kyuhyun tadi. Sungguh seperti mengulang masa lalu. Dan pertengkaran yang kukira telah selesai itu sepertinya kembali dimulai saat Kyuhyun mengirimiku sebuah pesan.
From: Kyunnie
Ya yeoja pink! Kau sungguh menyebalkan!
Apa maksudnya? Aku segera membalas pesan tak jelas itu.
To: Kyunnie
Wae? Aku salah apa?
Tak lama setelahnya ia pun membalas pesanku. Jadilah kami saling berkirim pesan malam itu.
From: Kyunnie
Mengapa kau mengajak kuda itu saat makan malam?

To: Kyunnie
Siapa yang kau maksud?

From: Kyunnie
Siwon. Choi Siwon!

To: Kyunnie
Ya Cho Kyuhyun! Jaga bicaramu!

From: Kyunnie
Wae? Aku memang tak suka padanya. Apalagi kau malah mengajaknya makan malam.

To: Kyunnie
Apa masalahmu? Lagipula kalau bukan permintaan ibumu, aku juga tak sudi menemanimu!

From: Kyunnie
Oh? Keurae?

Sebelum aku membalas pesan Kyuhyun itu, handphoneku sudah berbunyi lagi. Tapi ini bukan menandakan pesan masuk, melainkan telefon. Telefon dari ID yang sama dengan seseorang yang baru saja mengirimiku pesan. Aku segera mengangkat telefon itu agar tak berdering terlalu lama.
“Wae?” tanyaku to the point pada orang yang menyebalkan itu.
“Cepat lihat keluar jendela!” suruh Kyuhyun seenaknya.
“Ada apa?” tanyaku.
“Cepat kubilang!”
“Ish…jinja”
Kemudian aku segera melangkah menuju jendela besar di sudut kamarku. Aku melihat keluar jendela dan tak ada apa-apa. Hanya lampu-lampu dari beberapa gedung dan rumah-rumah yang ku lihat. Apa maksudnya menyuruhku seperti ini? Sungguh bukan hal yang penting untuk kulakukan. Aku kini makin kesal padanya.
“Kau pikir kau cantik dengan mempoutkan bibirmu seperti itu?” ucap Kyuhyun kemudian.
Eh? Apa dia melihatku? Ah, dia pasti melihatku saat ini. Tapi dimana setan itu?
“Kau dimana tuan Cho?”
Kemudian aku mulai mengedarkan mataku ke segala arah. Mulai dari gedung-gedung itu hingga jalanan di depan apartemenku. Cukup sulit melihat jalanan itu ketika kau berada di lantai 3 sebuah gedung apartemen. Namun mataku menangkap sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Seorang namja yang bersandar pada mobilnya. Kini ia sedang mendongakkan kepalanya. Memandang jendela yang ada di depanku. Mata kami bertemu dan namja itu menyunggingkan senyumnya padaku.
“Sepertinya kau menangkapku, Lee Sungmin!” ucapnya yang kudengar di telefon.
“Mengapa kau disana? Cepat pulang! Mana Victoria-ssi?” tanyaku padanya.
Kini kami seperti sedang mengobrol empat mata. Hanya saja kami terpisah agak jauh dan kami menggunakan telefon agar bisa mendengar satu sama lain.
“Tenang saja. Aku sudah mengantarnya pulang. Aku justru mencemaskanmu?” kata Kyuhyun mengalihkan.
“Naega wae?” tanyaku lagi.
“Aku khawatir kau akan tertular virus kuda karena kau terlalu dekat dengan tuan Choi itu.” Jawab Kyuhyun tanpa dosa.
“Ya, Cho Kyuhyun! Kau ini benar-benar perlu diberitahu cara menjaga mulut sepertinya!” tanggapku agak kesal padanya.
Kulihat kini Kyuhyun tersenyum sinis. Dia juga menghela napas marah setelahnya.
“Wae? Aku tahu cara menjaga mulutku sendiri. Lagipula aku selalu meggosok gigiku setiap hari.”
Apa? Dasar bodoh. Ya, tapi kalimat bodoh itu cukup membuatku tertawa. Kyuhyun pun ikut tertawa bersamaku. Leluconmu berhasil tuan Cho. Kau berhasil membuatku mengurangi rasa kesalku padamu.
“Keurae. Aku tahu. Sekarang cepat pulang!” pintaku padanya.
“Ya! Kau berani mengusirku? Aku diluar apartemenmu, jadi bukan hakmu untuk mengusirku!” ucapnya penuh nada penolakan.
Haaah, dia memang tak pernah berubah. Selalu egois dan semaunya.
“Kyuhyun ah, ini sudah malam. Kau mau orang-orang mengira dirimu stalker?” saranku.
Kini Kyuhyun menghela napasnya dalam-dalam. Kulihat wajah kesalnya yang begitu lucu. Ia bahkan mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya pada jalanan dibawahnya.
“Hhh… Baiklah. Aku pulang. Tapi aku ingin satu hal darimu.” Ucapnya.
“Apa?”
“Jangan dekat-dekat dengan kuda itu lagi dan jangan pernah kencan di atap dengannya lagi. Aku tak suka!”
“Ya Cho Kyuhyun, jangan memanggilnya kuda. Lagi pula…”
“Nan arra. Aku pulang!”
Tut… tut…tut…
Aish, anak ini. Selalu seenaknya saja. Seenaknya menyuruhku, seenaknya memotong perkataanku dan seenaknya menutup telefon saat aku masih ingin bicara. Yah, tapi itulah Cho Kyuhyun. Namja paling evil yang pernah kukenal. Bahkan aku masih saja mencintainya walaupun aku tahu dia terlalu semena-mena. Haah, mungkin aku memang sudah gila.
Kini Kyuhyun melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum menanggapinya dan membalas lambaian tangannya. Tak lama setelah itu ia segera melaju mengendarai mobilnya meninggalkan jalanan di depan apartemenku.
Aku merasa dia semakin dekat denganku. Entah karena aku yang terlalu berharap atau memang begitu kenyataannya. Apapun itu, seharusnya itu tidak terjadi. Aku tak bisa membiarkan hal ini terlalu lama. Semakin aku dekat dengannya, maka aku akan semakin sakit hati. Oh ya Tuhan, mengapa untuk melepasnya saja harus sesulit ini.
.
.
Sejak makan malam itu, aku jadi sering menggoda Kyuhyun dengan segala hal yang berhubungan dengan Victoria. Bukan apa-apa, aku melakukannya karena aku hanya ingin menutupi sakit hatiku. Aku hanya ingin mencoba menguatkan diriku sendiri. Mungkin aku terlihat bodoh. Namun hanya ini yang bisa ku lakukan.
Beberapa hari ini Kyuhyun pun sudah tak canggung lagi dengan Victoria. Bahkan ketika aku menyuruhnya untuk mengantarkan Victoria beberapa hari yang lalu, ia dengan senang hati melakukannya. Haah, baguslah. Setidaknya hal itu akan membantuku. Yah walaupun aku tetap sakit hati saat melihat mereka berdua.
Seperti saat ini, kulihat Kyuhyun mengajak Victoria ke belakang gedung kuliah. Entah apa yang akan dilakukan mereka. Kuputuskan untuk mengikuti mereka. Aku tetap melangkah hingga mereka berhenti di suatu tempat. Aku pun menghentikan langkahku dan memposisikan diriku untuk bersembunyi dan melihat mereka dari kejauhan. Aku sama sekali tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sungguh aneh apa yang kulakukan ini. Aku bahkan bingung dengan diriku sendiri. Aku yang sudah meyakinkan diriku untuk melepas Kyuhyun, kali ini malah mengikutinya yang sedang berkencan dengan Victoria. Hah, bahkan aku tak peduli jika orang-orang akan menyebutku stalker. Kulihat mereka mengobrol begitu serius. Dan beberapa menit selanjutnya…
DEG!
Sesak dan sakit. Hanya itu yang kurasakan setelahnya. Sungguh, sakit sekali.
Hal yang tak kuduga terjadi. Hal yang menambah rasa sesak di dadaku. Hal yang menambah sakit di hatiku. Hal yang berhasil meloloskan air mataku. Sungguh, ini terlalu menyiksa. Dia menciumnya. Kyuhyun mencium Victoria tepat di depan mataku.
Aku terisak parah. Kurasa isakanku cukup keras untuk didengar orang yang ada di dekatku. Ini semua karena aku harus menangis sekaligus menahan sesak di dadaku. Sungguh sulit mengatur napasku saat ini. Aku mencoba sekuat tenaga agar aku tetap tenang dan tak lagi menangis terlalu lama. Jadi aku putuskan untuk pergi dari tempat itu. Namun sepertinya aku mendengar suaranya memanggilku sebelum aku pergi. Ya, kudengar Kyuhyun memanggilku. Tapi sudahlah, aku tak ingin meihat wajahnya saat ini. Lebih tepatnya aku tak mampu. Sudah kubilang, ini terlalu sakit. Aku tetap melangkah pergi dan sedikit berlari untuk segera meninggalkan tempat itu.
Sungmin POV end

Kyuhyun POV
Hari ini aku membawa Victoria ke belakang gedung kuliah. Sudah kuputuskan, aku tak ingin membiarkan hal ini terlalu lama. Aku tak mau menyiksa perasaanku sendiri. Karena perasaanku memang bukan untuk Victoria.
Aku masih memiliki cinta pertamaku. Aku tak mungkin melupakan janjiku 13 tahun lalu. Aku hanya ingin menikah dengannya. Sesuai janjiku. Aku memang terlalu mencintainya walaupun saat ini aku tak tahu dia dimana. Dan disisi lain, aku juga memiliki Minnie. Oke, yeoja pink itu memang berhasil membuat perhatianku pada cinta pertamaku teralih. Dia berhasil membuatku berpikir bahwa aku masih bisa tenang karena aku masih memiliki seorang yeoja pecinta pink jika nantinya aku akan benar-benar kehilangan cinta pertamaku. Meskipun sebenarnya ia tak berkata apapun, hanya aku yang berpikiran seperti itu. Aku akui, aku juga terlalu takut kehilangan Minnie. Jadi kuputuskan untuk segera mengakhiri hubungan konyolku dengan Victoria.
Victoria tampak bingung. Wajahnya mengisyaratkan, ‘mengapa kau membawaku kesini?’
“Mianhae Victoria-ssi, aku membawamu ke tempat ini.” Ucapku untuk mengawali pengakuanku.
Victoria tersenyum padaku masih dengan keramahannya. “Ne, gwaenchanha. Apa yang ingin kau bicarakan, Kyuhyun-ssi?”
Aku menghela napasku. Bersiap untuk mengatakan pengakuanku.
“Bisakah kita hentikan semua ini?” kataku.
Victoria tampak kaget dan bingung. “Apa maksudmu?”
“Hubungan kita. Ini bukanlah hal yang kita inginkan. Hanya orang tua kita yang menginginkannya. Kumohon, aku ingin menghentikan semuanya.” Pintaku padanya.
Tak ada jawaban darinya. Dia hanya menunduk dalam diam. Dalam beberapa detik tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Akhirnya setelah beberapa menit ia mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Tapi apa itu? Mengapa matanya berair? Dia menangis?
“Victoria-ssi…”
“Kau salah.” Lirihnya di tengah tangisannya yang tak bersuara.
“Ne?”
“Kau salah, Kyuhyun-ssi. Kau salah dengan mengatakan kita tak pernah menginginkan hubungan ini. Mungkin memang dirimu tak menginginkannya, tapi aku sebaliknya. Aku menyukaimu.”
DEG!
Apa? Victoria…
Sungguh, aku cukup terkejut dengan pengakuannya. Dia baru saja mengatakan perasaannya padaku. Dan mengapa sekarang ini menjadi pengakuannya? Bukankah seharusnya aku yang mengatakan pengakuanku disini?

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar