Senin, 28 Januari 2013

This Faithful Love (Chapter 3)



Hari itu Sungmin benar-benar merasa menjadi dirinya yang dulu. Menjadi dirinya yang bernama Chuu. Apalagi ditambah ia menghabiskan waktunya sehari penuh di taman bermain bersama Kyuhyun. Benar-benar seperti dulu. Hanya saja Kyuhyun tak mengenalinya saat ini. Tapi biarlah, yang terpenting hari ini ia bahagia. Walaupun ia harus menyiakan waktu kuliahnya.
Kyuhyun pun tampak ceria sekali. Keduanya bahkan lupa bahwa hari ini mereka harus kuliah penerapan filsafat. Ah, lupakan hal itu. Kuliah bahkan tak lebih menyenangkan dari pada bermain seperti ini.
“Minnie-ah, kau mau es krim?” tanya Kyuhyun pada Sungmin ketika keduanya berjalan-jalan di Myeongdong malam harinya.
“Keurae! Joha!” jawab Sungmin masih dengan senyum cerianya.
Setelah itu Kyuhyun segera membawa Sungmin ke kedai es krim tak jauh dari tempatnya berdiri. Bukan rahasia lagi bahwa Sungmin sangat menyukai segala hal yang berbau manis. Sama seperti dirinya.
“Kyu, belikan satu rasa vanilla untukku!” ucap Sungmin semangat.
“Aku belum menawarkan padamu, agashi… ck, dasar!” kata kyuhyun setengah tertawa melihat tingkah teman kencannya hari itu.
Sungmin hanya bisa menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya lucu. Dan hal itu kembali membuat jantung Kyuhyun berdegup lebih kencang. Yah, dan seperti biasanya pula, ia segera menggelengkan kepalanya agar perasaan gugup yang ‘aneh’ itu hilang. Lalu ia memesan dua es krim pada pelayan dan menunggu hingga es krim pesanan mereka datang.
“Kau suka vanilla?” Tanya Kyuhyun kemudian.
Sungmin mengangguk mantap. “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
Seketika Kyuhyun agak mengernyitkan dahinya. Ia memandang Sungmin dalam-dalam. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada diri yeoja itu. Tapi apa?
“Cheogiyo… Ini es krim anda tuan…” ucap pelayan membuyarkan lamunan Kyuhyun.
“Ah, ne… gamsahamnida. Ini untukmu!” kata namja itu sambil memberikan satu cone vanilla ice cream pada Sungmin.
Sungmin tersenyum senang layaknya anak kecil yang baru mendapatkan es krim sebagai kado terindahnya. Kemudian keduanya keluar kedai dan melanjutkan jalan-jalan mereka.
“Kyu, apa kau tidak lelah?” Tanya Sungmin tiba-tiba.
“Ani. Kau lelah?” Kyuhyun balik bertanya.
“Tidak juga. Asal kau memberiku es krim vanilla terus, aku tak akan lelah.” ucap Sungmin dengan tawa nakalnya.
“Ish… kau ini…”
“SUNGMIN-SSI!” panggil seorang namja tiba-tiba dari belakang mereka.
Sungmin segera membalikkan tubuhnya. Kemudian ia tersenyum ketika ia melihat namja itu. Menyadari siapa yang memanggilnya, ia pun segera menyapa namja di depannya.
“Ah Siwon-ssi, kebetulan sekali.” sapanya.
Dan apa yang dilakukan Kyuhyun disana? Ia hanya mendengus. Ia pun tak mengerti mengapa ia begitu kesal ketika melihat Sungmin begitu akrab dengan namja bertubuh kekar itu.
“Ah kau bersama Kyuhyun-ssi rupanya? Annyeonghaseyo Kyuhyun-ssi…” sapa Siwon pada namja yang masih mendengus kesal karenanya itu.
Kyuhyun hanya tersenyum sinis tanpa menjawab sapaan Siwon. Sedangkan Siwon sendiri bingung dengan tingkah Kyuhyun yang ‘aneh’ itu. Sungmin yang menyadari tabiat Kyuhyun segera mengalihkan perhatian keduanya agar tidak canggung.
“Kau sendirian, Siwon-ssi?” Tanya Sungmin kemudian.
“Ne… Kebetulan aku ingin ke Myeongdong.”
“Keurae? Bagaimana jika kau ikut bersama kami saja?”
Kyuhyun terkejut dengan keputusan sepihak Sungmin yang menurutnya semena-mena. Ia segera menarik sweeter Sungmin. Namun tak ada respon. Kemudian ia menyenggol lengan yeoja itu yang akhirnya hanya dijawab dengan kata “wae?” olehnya.
Kyuhyun berharap agar ekspresinya mampu ditangkap oleh Sungmin bahwa dirinya tak ingin Siwon ikut bersama mereka. Tapi terlambat, kini Siwon sudah mengiyakan ajakan yeoja disampingnya.
“Kajja!” ajak Sungmin pada kedua namja itu sambil berjalan mantap. Ia tak menyadari bahwa salah satu dari dua namja itu ingin sekali memakannya.
Jadilah malam itu mereka berjalan-jalan bertiga. Jika bisa dikatakan, ini adalah kencan segitiga. Tapi tidak. Ini tak seperti cinta segitiga. Karena tak ada hubungan yang special diantara ketiganya.
Akhirnya setelah dua jam lebih, mereka memutuskan untuk menghentikan aksi kencan segitiga mereka. Tubuh mereka lelah. Malam juga semakin larut. Kyuhyun mengantarkan Sungmin pulang ke apartemennya. Sedangkan Siwon kembali ke kediamannya seorang diri.
.
.
Beberapa hari setelahnya, Sungmin menjadi bertembah dekat dengan Siwon. Itu hal yang wajar bagi Sungmin. Tapi tidak bagi Kyuhyun. Baginya itu hal yang menyebalkan. Bagaimana tidak, Siwon seperti mengambil sahabatnya begitu saja. Sekarang pun Sungmin lebih senang menghabiskan waktunya bersama Siwon di atap gedung kuliah. Bukan apa-apa, Sungmin hanya ingin menenangkan dirinya disana. Menguatkan dirinya untuk tetap bisa menjadi Lee Sungmin di depan seorang Cho Kyuhun, orang yang ia cintai. Dan apa pula salahnya jika Siwon mau menjadi seseorang yang menamaninya dan menjadi orang yang bisa menenangkannya?
“Kau ke atap lagi?” tanya Kyuhyun kesal setelah mendapati Sungmin yang baru saja masuk ke kelas mereka.
Sungmin hanya mengangguk dengan wajah polosnya untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun hanya bisa menghela napasnya.
“Apa sih yang kalian lakukan? Berjemur?” tukas Kyuhyun kesal.
Kembali Sungmin tak menjawabnya. Ia hanya mengangkat bahunya sebentar.
‘Ish… ada apa sih dengan yeoja ini?’  batin Kyuhyun. Namun ia tak putus asa. Ia kembali mengajak Sungmin bicara.
“Minnie-ah, sepulang kuliah, ikut aku! Ada berita bagus!”
Sungmin menoleh semangat. Matanya kini tampang berbinar-binar memandang mata orbs namja di depannya. Ah, sepertinya Kyuhyun berhasil mengubah mood yeoja itu seketika.
“Jinja? Berita apa?” tanya Sungmin semangat.
“Kau akan tahu nanti.” ucap Kyuhyun membuat Sungmin penasaran.
Sungmin kembali mempoutkan bibirnya. Untung saja Kyuhyun tak melihatnya. Kalau saja ia melihatnya, pasti jantungnya akan meronta-ronta lagi. Sementara Sungmin ingin sekali mendengar berita yang Kyuhyun bilang ‘bagus’ itu sekarang juga. Dan ia pun mulai merengek.
“Ayolah kyu… ceritakan sekarang saja.” pintanya sambil meraih lengan panjang Kyuhyun.
Kyuhyun hanya mengalihkan pandangannya dari Sungmin. Kyuhyun pun tersenyum licik karena berhasil membuat yeoja itu semakin penasaran.
“Aish…Kyunnie… Ayo ceritakan!”
DEG!
‘Kyunnie? Panggilan itu…’ batin Kyuhyun kini mulai bergejolak. Ia teringat seseorang. Seseorang yang selalu memanggilnya dengan panggilan itu dulu. Hanya orang itu yang akan memanggilnya seperti itu. Hanya dia. Dia yang ia rindukan selama ini.
“Kau memanggilku apa?” tanya Kyuhyun memastikan. Dadanya kini bergemuruh menuggu jawaban Sungmin.
“A-apa?”
Sungmin tahu betul ia baru saja membuat kesalahan kecil. Ia memanggil Kyuhyun dengan nama kecilnya. Ia sadar, seharusnya ia tidak melakukannya. Ia menyesal karena kini dirinya bak diinterogasi oleh Kyuhyun. Kyuhyun kini menatapnya tajam.
“Tadi… Kau memanggilku apa?” Kyuhyun mengulangi pertanyaannya.
Sebisa mungkin Sungmin mengontrol detak jantungnya. Ia harus tetap terlihat biasa saja. Ia tak boleh gugup walaupun sebenarnya hatinya ingin berteriak.
“Oh itu… Kyuhyunnie. Wae?”
Kyuhyun mengernyitkan dahinya. Ia ragu dengan jawaban Sungmin. Ia yakin sekali, ia tadi mendengar yeoja itu memanggilnya “kyunnie”. Atau ia saja yang salah dengar?
“Waeyo Kyu?” tanya Sungmin lagi.
“Ah, ani. Lupakan saja!”
.
Keduanya memilih halaman belakang gedung kuliah sebagai tempat dimana Kyuhyun akan menceritakan ‘berita bagus’nya sepulang kuliah.
“Lihat ini!” kata Kyuhyun sambil menunjukkan sebuah foto yang ada di handphonenya.
Sungmin memandang foto itu lekat-lekat. Foto seorang yeoja berambut cokelat dan mata besarnya yang indah. ‘hmmm… cantik juga.’
“Nugunde? Teman kencanmu selanjutnya?” tanya Sungmin ketus.
Kyuhyun menghela napasnya. Ia tak habis pikir mengapa yeoja ini selalu berpikiran yang sama ketikaia mengenalkan yeoja lain padanya.
“Ish… dia ini mahasiswa ilmu sastra. Namanya Victoria. Victoria Song. Ia terkenal sekali. Banyak namja yang menyukainya!” Kyuhyun mulai membanggakan yeoja yang ada di foto itu.
“Dan kau juga menyukainya.” sahut Sungmin kesal.
“Emm… bagaimana aku mengatakannya? Dia tipe semua namja. Akan terasa aneh jika namja normal sepertiku tidak menyukainya!” ucap Kyuhyun sambil tertawa.
Oh, baiklah. Mungkin itu hal yang lucu bagi Kyuhyun. Tapi bagi Sungmin, itu hal yang memuakkan. Bagaimana tidak, Kyuhyun baru saja mengaku bahwa ia menyukai yeoja lain di depan dirinya. Sungmin yang salah paham, begitu membenci hal itu. Ia tak mengerti arti sebenarnya dari kalimat yang baru saja Kyuhyun ucapkan.
“Lalu apa berita bagusnya?” tanya Sungmin sedikit emosi.
Kyuhyun tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu. “Eomma memintaku untuk mengencaninya. “
Sungmin menoleh menatap wajah Kyuhyun. Kentara sekali ia terkejut sekali akan hal itu. Biasanya Kyuhyun sendiri yang menentukan siapa orang yang akan dikencaninya. Tapi kini ibunya ikut andil. Ada apa ini?
Kyuhyun melanjutkan ceritanya tanpa peduli pada Sungmin yang kini tampak semakin muak.
“Eomma memintaku untuk mengenalinya lebih dekat. Orangtuaku memang mengenal baik keluarga Song. Mereka ingin aku bisa menikah dengannya setelah aku selesai kuliah nanti.”
DEG!
Sesak. Itu yang Sungmin rasakan di dadanya saat ini. Ia tak mampu untuk mengeluarkan kata sedikitpun. Hatinya terlalu sakit untuk melakukan sesuatu. Pikirannya pun mulai tidak fokus.
“Kuharap aku akan senang menjalaninya. Lagi pula sepertinya Victoria gadis yang dewasa.”
‘CUKUP CHO KYUHYUN!’ teriak Sungmin dalam hati. Ia benar-benar tak bisa menahan sakit hatinya saat ini. Tanpa terasa, air matanya lolos dari pelupuk matanya begitu saja. Begitu banyak hingga Sungmin sulit untuk menyembunyikannya. Padahal ia harus tetap terlihat biasa saja di depan Kyuhyun. Ah, tapi mungkin tidak untuk saat ini. Ia tak bisa menahannya lagi. Akhirnya ia berdiri dan berjalan agak cepat meninggalkan Kyuhyun. Namun baru tiga langkah, Kyuhyun memanggilnya.
“Minnie ah, kau mau ke mana? Gwaenchanha?” tanyanya.
Sungmin kembali menata hatinya sebelum menjawab.
“Hmmm… gwaenchanha. Seseorang mengimiku pesan. Aku harus segera menemuinya.” Jawab Sungmin bohong tanpa membalikkan tubuhnya. Ia tak berani menatap Kyuhyun. Ia takut tangisannya akan semakin keras. Bahkan ia tak menjawab ketika Kyuhyun bertanya, “Siapa?”. Ia terlalu sibuk merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya.
Setelah itu ia segera berlari meninggalkan namja yang membuatnya tersiksa itu. Ia tak peduli apa yang akan orang-orang pikirkan karena melihatnya berlari sambil menangis. Ia hanya ingin menjauh dari Kyuhyun saat ini. Ia terus saja berlari hingga akhirnya…
Brukk!
Ia menabrak seseorang. Seseorang yang ia yakini bergender namja dan jauh lebih tinggi darinya itu adalah namja yang ia kenali sebagai Choi Siwon. Siwon yang menyadari yeoja itu adalah Sungmin segera menengadahkan wajahnya. Siwon pun kini tampak khawatir karena Sungmin yang menangis dan terisak tanpa henti.
“Sungmin-ssi, gwaenchanayo?” Siwon mencoba bertanya pada yeoja yang terus terisak itu.
“Hiks… hiks…”
Sungmin tak menjawabnya. Hanya isakan yang keluar dari mulutnya. Ditambah lagi lelehan air mata yang tak hentinya keuar dari mata foxynya.
“Aish jinja… Ikut aku…”
Siwon menggandeng yeoja itu untuk segera pergi dari kampus mereka sekarang juga. Keduanya terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri hingga tak menyadari seseorang yang tengah memandang mereka yang semakin menjauh.
“Oh, jadi orang itu adalah Siwon, Minnie ah?” lirih Kyuhyun.
.
“Sudah lebih baik?” tanya Siwon pada Sungmin ketika keduanya telah berada di salah satu kedai kopi.
“Hmmm” jawab Sungmin singkat sambil menyesap pelan capuchinonya.
Sungmin harus berterimakasih pada Siwon karena namja ini berhasil membuatnya lebih tenang. Selalu seperti itu. Selalu ada Siwon yang siap untuk menjadi tempatnya bergantung. Siwon memang tak pernah tahu Sungmin menangis karena apa atau siapa. Sungmin tak pernah memberitahunya barang sedikit pun mengenai dirinya dan Kyuhyun. Selalu saja Siwon sendiri yang akan bercerita ketika mereka menghabiskan waktu mereka di atap gedung kuliah. Namun untuk Sungmin, ia akan mencoba segala hal agar yeoja itu tak menangis. Walaupun hanya dengan menemaninya seperti ini. Karena hanya dengan cara inilah ia bisa lebih dekat dengan Sungmin yang tak pernah memberitahukan masalahnya.
Sungmin bisa kembali tenang setelah beberapa menit. Namun ketenangan itu hilang seketika saat seseorang menelfon Sungmin ketika ia sedang mengobrol dengan Siwon. Pada ID call di handphonenya tertera nama Cho Kyuhyun. Mau tak mau Sungmin harus mengangkat telefon itu. Ia tak mau terlihat sedih karena apa yang dikatakan Kyuhyun tadi.
“Yeoboseo?” sapanya.
“Hei yeoja pink! Kau dimana?” tanya Kyuhyun tanpa basa-basi.
“Memangnya ada apa?” Sungmin kini balik bertanya. Ia berusaha setenang mungkin untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun.
“Jawab saja!” sahut Kyuhyun kesal.
“Aku di kedai kopi di dekat kampus.”
“Tunggu disana! Aku akan menjemputmu!”
Dan benar saja. Tak lebih dari lima menit Kyuhyun sudah datang untuk menjemputnya. Ia segera mengambil tas milik Sungmin dan mengajaknya pergi.
“Kajja!” ajaknya sambil menarik tangan kiri Sungmin.
“Kemana?”
“Ke rumahku. Ke kediaman Cho.”
“Mwo?” Sungmin terkejut dengan ajakan Kyuhyun yang mendadak itu.
Kyuhyun tak menjawab keterkejutannya. Ia membiarkan Sungmin yang masih terkejut sekaligus bingung dengan sikapnya. Ia kini malah menoleh pada Siwon sekedar untuk meminta maaf pada orang itu.
“Jwiseonghaeyo Siwon-ssi, sepertinya aku harus menunda obrolan kalian dulu.” ucap Kyuhyun pada Siwon yang masih memandang bingung keduanya.
Setelah itu mereka langsung keluar dari kedai dan melaju dengan mobil Kyuhyun. Sungmin tak dapat berkutik. Apa yang akan terjadi padanya jika ia menolak? Bisa jadi Kyuhyun akan mengulitinya hidup-hidup.
Tak sampai 10 menit, mobil itu sudah mencapai kediaman Cho. Tak terlalu megah hanya luas dan indah. Itu pendapat Sungmin ketika melihat rumah Kyuhyun yang berbeda dari tiga belas tahun yang lalu. Ini bukanlah rumahnya yang dulu. Pasti mereka telah meninggalkan rumah mereka yang sebelumnya.
“Kajja!” ajak Kyuhyun sambil membawa yeoja di sebelahnya masuk ke kediaman yang-menurut Sungmin-nyaman itu.
Hati Sungmin sebenarnya masih bergejolak sejak pengakuan menyakitkan Kyuhyun beberapa jam yang lalu. Namun dia kini tak punya pilihan lain selain mengikuti semua kemauan Kyuhyun. Entah apa yang ada di otaknya. Jelas-jelas hatinya telah tersakiti. Tapi ia masih saja ingin berada disisi namja itu. Dan kini ia bahkan harus ikut ke rumahnya. Sungguh perasaan yang rumit.
Normal POV

Sungmin POV
Kyuhyun masih setia menggandeng tangan kananku. Dan seperti biasa, jantungku berdetak kencang saat ini. Melupakan sakit hati yang sebenarnya masih sangat terasa. Dada ini masih sesak. Bahkan aku belum bisa banyak bicara. Ah, tapi sudahlah. Lupakan hal itu sejenak. Saat ini aku harus menjadi Lee Sungmin yang baik. Lee Sungmin yang akan selalu mendukung Kyuhyun, sahabatnya. Lagi pula saat ini Kyuhyun tengah sibuk memanggil ibunya yang entah ada dimana. Aku tahu, aku harus bersikap biasa saja. Dan jangan menampakan kesedihan sedikitpun.
“Eomma! Eodiseoyo?!” teriak Kyuhyun untuk kesekian kalinya. Namun sepertinya itu teriakan terkhirnya karena kulihat seorang yeoja paruh baya kini tengah mendekati kami berdua.
Oh tidak, air mataku sepertinya ingin meluncur lagi. Bukan. Bukan karena aku merasakan sakit hati itu lagi. Ini lain. Ini air mata rindu. Ya, aku merindukan ahjumma ini. Hanna ahjumma.
“Ne, jangan berteriak, adeul!” ucap Hanna ahjumma pada Kyuhyun.
Sedangkan aku? Aku masih memandangnya tak percaya. Oh Tuhan, aku bersumpah, aku ingin memeluknya seperti dulu. Aku ingin berada di pangkuannya seperti tiga belas tahun yang lalu saat aku merasa ia juga ibuku. Aku tak dapat melakukan apapun ketika matanya bertemu dengan mataku. Tubuhku menegang. Kemudian  air mata itu akhirnya lolos juga. Begitu lama dan aku masih memandanginya dengan tangisanku.
“Eh? Agashi, kau menangis? Kyuhyun ah, apa yang kau lakukan padanya?” tanyanya kini pada anak laki-lakinya.
“Mwoya? Aku diam saja!” protes Kyuhyun.
Aku segera saja menghapus air mataku. Aku tak ingin baik Kyuhyun ataupun Hanna ahjumma berpikiran yang tidak-tidak tentangku. Aku segera tersenyum pada Hanna ahjumma dan membungkukkan badan.
“Annyeonghaseyo, nan Sungmin imnida.” sapaku kemudian.
Aku tahu, Hanna ahjumma tak akan mengenaliku. Ia juga hanya mengenalku sebagai Chuu 13tahun yang lalu. Sama seperti Kyuhyun. Sedangkan sekarang, aku adalah Lee Sungmin yang sedang mencoba untuk menyembunyikan sosok Chuu dalam diriku.
Lalu Hanna ahjumma menepuk pundakku pelan dan tersenyum tulus padaku. Kemudian…
Grepp!
Oh? Ahjumma memelukku. Ada apa ini?
“Gwaenchanha… Tak apa jika kau mau menangis. Menangis saja, Sungmin-ssi…” ucapnya di pundakku.
Hangat. Sama seperti dulu. Dan tak terelakkan lagi, aku kembali menangis. Aku tak peduli Hanna ahjumma tak mengenali diriku yang sekarang. Yang penting saat ini aku bahagia bisa merasakan pelukannya lagi. Aku merindukannya. Sungguh, pelukan, kasih sayang, dan semua yang ada pada dirinya. Dan aku yakin kini Kyuhyun tengah memandang kami berdua. Sekali lagi, aku tak peduli. Aku tak peduli apapun yang ada di pikirannya.
.
Hari itu aku memutuskan untuk membantu Hanna ahjumma mempersiapkan makan malam untuk keluarganya. Masih terlalu dini sebenarnya untuk sekedar menyiapkan makan malam. Bahkan Yeung Hwan ahjussi belum kembali dari pekerjaannya. Sedangkan Kyuhyun? Ah, sepertinya ia sedang asik bermain game di kamarnya. Biarkan saja namja evil satu itu tak mengganggu waktuku dengan Hanna ahjumma.
“Aku senang kau disini, Sungmin-ssi.” ucap Hanna ahjumma ketika kami berdua berada di dapur untuk mempersiapkan makan malam.
Aku hanya tersenyum untuk menjawab pernyataan yang membuatku senang itu.
“Maafkan Kyu jika dia sering merepotkanmu.” lanjutnya.
“Ani ahjumma. Bagiku, Kyuhyun adalah sahabat yang baik.” jawabku asal.
Kini Hanna ahjumma mulai mencibir anak laki-lakinya itu. Sungguh, wajahnya lucu sekali.
“Ish… aku tak menyangka anak itu bisa berteman dengan anak baik sepertimu Sungmin-ssi. Padahal dia sulit sekali untuk menghargai orang.” kata Hanna ahjumma.
Aku hanya bisa tertawa saat pernyataan konyol itu terlontar. Hemm, memang benar.
“Ah, aku akan menyiapkan kopi untukku dan suamiku. Bagaimana pendapatmu Sungmin-ssi?” Hanna ahjumma kembali bertanya.
Menurut pengalamanku, kopi yang terlalu pekat tak baik untuk orang tua. Begitu juga dengan Yeung Hwan ahjussi dan Hanna ahjumma. Lagi pula dari dulu mereka tak akan bisa minum kopi yang terlalu pekat.
“Emm… Itu bagus, ahjumma. Hanya saja jangan buat yang terlalu pekat. Ahjumma tahu kan, itu tak baik untuk ahjussi dan ahjumma sendiri.” Saranku sambil tersenyum tulus ke arahnya.
Kini Hanna ahjumma memandangku lekat-lekat. Seolah aku mahluk asing yang baru saja datang ke bumi. Ah, ada apa ini? Mengapa ahjumma jadi seperti ini?
“Ahjumma?”
“Sungmin-ssi, apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?”
DEG!
Jangan. Ahjumma tak boleh tahu siapa diriku sebelum Kyuhyun mengetahuinya. Ini tak baik. Aku harus segera menghentikan lamunan ahjumma dari kenyataan itu.
“Ne ahjumma, kita berkenalan tadi.” ucapku bohong. Mianhae ahjumma.
“Ani. Bukan tadi. Kau ini seperti…”
“Ah, ahjumma. Mungkin hanya perasaan saja.” ucapku segera memotong kalimatnya.
Jeongmal mianhae ahjumma. Aku tak ingin semua ini berubah begitu saja. Biarlah semua mengalir apa adanya. Kami berdua terdiam. Kulihat ahjumma masih belum percaya dengan jawabanku. Namun ia menunduk. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Kami berdua sama-sama canggung saat ini.
“Ah, geundae... Kudengar ahjumma ingin Kyuhyun menikah dengan Victoria-ssi, apa itu benar?” sahutku mengalihkan perhatiannya dan memecah keheningan diantara kami berdua.
Aku memang bodoh. Aku ingin mengalihkan semua pembicaraan ini dengan cara membuka lukaku yang masih belum kering. Ya, aku kembali menyakiti hatiku dengan mengingat pengakuan Kyuhyun. Namun hal itu berhasil. Hanna ahjumma kini seperti melupakan pembicaraan yang baru saja kami lakukan tadi.
“Ne, aku dan Suamiku mengenal baik keluarga Song. Mereka rekan bisnis kami.” jawabnya kemudian.
Aku hanya ber’oh-ria menanggapi semua yang dikatakannya. Aah, seandainya saja aku sebaik dan sekaya Victoria, pasti ahjumma akan memilihku.
Aish, apa sih yang kupikirkan. Lupakan semuanya, Lee Sungmin! Jangan berharap terlalu jauh!
“Sungmin-ssi, aku ingin kau menemani Kyuhyun pada makan malamnya besok bersama Victoria.”
“Ne?”
Apa aku tidak salah dengar? Ahjumma memintaku untuk…
“Ani… Sejujurnya aku masih ragu dengn pilihanku dan suamiku. Ini semua sebenarnya hanyalah ikatan bisnis. Sungmin-ssi, aku hanya ingin dirimu memastikan apakah pilihanku memang tepat. Kau sahabat Kyuhyun. Kau pasti tahu yang terbaik untuknya. Sungmin-ssi, kau mau kan?”
Kuulangi lagi, Hanna ahjumma ingin aku menemani Kyuhyun? Yang benar saja. Oh ahjumma, tak tahukah Kau bahwa itu akan menyakitiku? Apa yang harus kulakukan?
“Tapi ahjumma…”
“Kalau kau mau, Sungmin-ssi boleh mengajak teman.” Hanna ahjumma segera memotong penolakanku.
Jelas sekali ia tak ingin mendengar penolakan dariku. Aku tahu, ia hanya ingin yang terbaik untuk putranya. Lalu aku? Apakah aku harus sakit hati sekali lagi? Haruskah?
Nemun aku tak tega menolak permintaan Hanna ahjumma. Apalagi kini ia memegang kedua lenganku seakan sedang memohon padaku. Haah, harus bagaimana lagi.
“Ne ahjumma. Aku akan menemaninya.”

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar