Hari
itu Sungmin benar-benar merasa menjadi dirinya yang dulu. Menjadi dirinya yang
bernama Chuu. Apalagi ditambah ia menghabiskan waktunya sehari penuh di taman
bermain bersama Kyuhyun. Benar-benar seperti dulu. Hanya saja Kyuhyun tak
mengenalinya saat ini. Tapi biarlah, yang terpenting hari ini ia bahagia.
Walaupun ia harus menyiakan waktu kuliahnya.
Kyuhyun
pun tampak ceria sekali. Keduanya bahkan lupa bahwa hari ini mereka harus
kuliah penerapan filsafat. Ah, lupakan hal itu. Kuliah bahkan tak lebih
menyenangkan dari pada bermain seperti ini.
“Minnie-ah,
kau mau es krim?” tanya Kyuhyun pada Sungmin ketika keduanya berjalan-jalan di
Myeongdong malam harinya.
“Keurae!
Joha!” jawab Sungmin masih dengan senyum cerianya.
Setelah
itu Kyuhyun segera membawa Sungmin ke kedai es krim tak jauh dari tempatnya
berdiri. Bukan rahasia lagi bahwa Sungmin sangat menyukai segala hal yang
berbau manis. Sama seperti dirinya.
“Kyu,
belikan satu rasa vanilla untukku!” ucap Sungmin semangat.
“Aku
belum menawarkan padamu, agashi… ck, dasar!” kata kyuhyun setengah tertawa
melihat tingkah teman kencannya hari itu.
Sungmin
hanya bisa menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya lucu. Dan hal itu
kembali membuat jantung Kyuhyun berdegup lebih kencang. Yah, dan seperti
biasanya pula, ia segera menggelengkan kepalanya agar perasaan gugup yang
‘aneh’ itu hilang. Lalu ia memesan dua es krim pada pelayan dan menunggu hingga
es krim pesanan mereka datang.
“Kau
suka vanilla?” Tanya Kyuhyun kemudian.
Sungmin
mengangguk mantap. “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
Seketika
Kyuhyun agak mengernyitkan dahinya. Ia memandang Sungmin dalam-dalam. Ia merasa
ada sesuatu yang berbeda pada diri yeoja itu. Tapi apa?
“Cheogiyo…
Ini es krim anda tuan…” ucap pelayan membuyarkan lamunan Kyuhyun.
“Ah,
ne… gamsahamnida. Ini untukmu!” kata namja itu sambil memberikan satu cone
vanilla ice cream pada Sungmin.
Sungmin
tersenyum senang layaknya anak kecil yang baru mendapatkan es krim sebagai kado
terindahnya. Kemudian keduanya keluar kedai dan melanjutkan jalan-jalan mereka.
“Kyu,
apa kau tidak lelah?” Tanya Sungmin tiba-tiba.
“Ani.
Kau lelah?” Kyuhyun balik bertanya.
“Tidak
juga. Asal kau memberiku es krim vanilla terus, aku tak akan lelah.” ucap
Sungmin dengan tawa nakalnya.
“Ish…
kau ini…”
“SUNGMIN-SSI!”
panggil seorang namja tiba-tiba dari belakang mereka.
Sungmin
segera membalikkan tubuhnya. Kemudian ia tersenyum ketika ia melihat namja itu.
Menyadari siapa yang memanggilnya, ia pun segera menyapa namja di depannya.
“Ah
Siwon-ssi, kebetulan sekali.” sapanya.
Dan
apa yang dilakukan Kyuhyun disana? Ia hanya mendengus. Ia pun tak mengerti
mengapa ia begitu kesal ketika melihat Sungmin begitu akrab dengan namja
bertubuh kekar itu.
“Ah
kau bersama Kyuhyun-ssi rupanya? Annyeonghaseyo Kyuhyun-ssi…” sapa Siwon pada
namja yang masih mendengus kesal karenanya itu.
Kyuhyun
hanya tersenyum sinis tanpa menjawab sapaan Siwon. Sedangkan Siwon sendiri
bingung dengan tingkah Kyuhyun yang ‘aneh’ itu. Sungmin yang menyadari tabiat
Kyuhyun segera mengalihkan perhatian keduanya agar tidak canggung.
“Kau
sendirian, Siwon-ssi?” Tanya Sungmin kemudian.
“Ne…
Kebetulan aku ingin ke Myeongdong.”
“Keurae?
Bagaimana jika kau ikut bersama kami saja?”
Kyuhyun
terkejut dengan keputusan sepihak Sungmin yang menurutnya semena-mena. Ia
segera menarik sweeter Sungmin. Namun tak ada respon. Kemudian ia menyenggol
lengan yeoja itu yang akhirnya hanya dijawab dengan kata “wae?” olehnya.
Kyuhyun
berharap agar ekspresinya mampu ditangkap oleh Sungmin bahwa dirinya tak ingin
Siwon ikut bersama mereka. Tapi terlambat, kini Siwon sudah mengiyakan ajakan
yeoja disampingnya.
“Kajja!”
ajak Sungmin pada kedua namja itu sambil berjalan mantap. Ia tak menyadari
bahwa salah satu dari dua namja itu ingin sekali memakannya.
Jadilah
malam itu mereka berjalan-jalan bertiga. Jika bisa dikatakan, ini adalah kencan
segitiga. Tapi tidak. Ini tak seperti cinta segitiga. Karena tak ada hubungan
yang special diantara ketiganya.
Akhirnya
setelah dua jam lebih, mereka memutuskan untuk menghentikan aksi kencan
segitiga mereka. Tubuh mereka lelah. Malam juga semakin larut. Kyuhyun
mengantarkan Sungmin pulang ke apartemennya. Sedangkan Siwon kembali ke
kediamannya seorang diri.
.
.
Beberapa
hari setelahnya, Sungmin menjadi bertembah dekat dengan Siwon. Itu hal yang
wajar bagi Sungmin. Tapi tidak bagi Kyuhyun. Baginya itu hal yang menyebalkan.
Bagaimana tidak, Siwon seperti mengambil sahabatnya begitu saja. Sekarang pun
Sungmin lebih senang menghabiskan waktunya bersama Siwon di atap gedung kuliah.
Bukan apa-apa, Sungmin hanya ingin menenangkan dirinya disana. Menguatkan
dirinya untuk tetap bisa menjadi Lee Sungmin di depan seorang Cho Kyuhun, orang
yang ia cintai. Dan apa pula salahnya jika Siwon mau menjadi seseorang yang
menamaninya dan menjadi orang yang bisa menenangkannya?
“Kau
ke atap lagi?” tanya Kyuhyun kesal setelah mendapati Sungmin yang baru saja
masuk ke kelas mereka.
Sungmin
hanya mengangguk dengan wajah polosnya untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun.
Sedangkan Kyuhyun hanya bisa menghela napasnya.
“Apa
sih yang kalian lakukan? Berjemur?” tukas Kyuhyun kesal.
Kembali
Sungmin tak menjawabnya. Ia hanya mengangkat bahunya sebentar.
‘Ish…
ada apa sih dengan yeoja ini?’ batin
Kyuhyun. Namun ia tak putus asa. Ia kembali mengajak Sungmin bicara.
“Minnie-ah,
sepulang kuliah, ikut aku! Ada berita bagus!”
Sungmin
menoleh semangat. Matanya kini tampang berbinar-binar memandang mata orbs namja
di depannya. Ah, sepertinya Kyuhyun berhasil mengubah mood yeoja itu seketika.
“Jinja?
Berita apa?” tanya Sungmin semangat.
“Kau
akan tahu nanti.” ucap Kyuhyun membuat Sungmin penasaran.
Sungmin
kembali mempoutkan bibirnya. Untung saja Kyuhyun tak melihatnya. Kalau saja ia
melihatnya, pasti jantungnya akan meronta-ronta lagi. Sementara Sungmin ingin
sekali mendengar berita yang Kyuhyun bilang ‘bagus’ itu sekarang juga. Dan ia
pun mulai merengek.
“Ayolah
kyu… ceritakan sekarang saja.” pintanya sambil meraih lengan panjang Kyuhyun.
Kyuhyun
hanya mengalihkan pandangannya dari Sungmin. Kyuhyun pun tersenyum licik karena
berhasil membuat yeoja itu semakin penasaran.
“Aish…Kyunnie…
Ayo ceritakan!”
DEG!
‘Kyunnie?
Panggilan itu…’ batin Kyuhyun kini mulai bergejolak. Ia teringat seseorang.
Seseorang yang selalu memanggilnya dengan panggilan itu dulu. Hanya orang itu
yang akan memanggilnya seperti itu. Hanya dia. Dia yang ia rindukan selama ini.
“Kau
memanggilku apa?” tanya Kyuhyun memastikan. Dadanya kini bergemuruh menuggu
jawaban Sungmin.
“A-apa?”
Sungmin
tahu betul ia baru saja membuat kesalahan kecil. Ia memanggil Kyuhyun dengan
nama kecilnya. Ia sadar, seharusnya ia tidak melakukannya. Ia menyesal karena
kini dirinya bak diinterogasi oleh Kyuhyun. Kyuhyun kini menatapnya tajam.
“Tadi…
Kau memanggilku apa?” Kyuhyun mengulangi pertanyaannya.
Sebisa
mungkin Sungmin mengontrol detak jantungnya. Ia harus tetap terlihat biasa
saja. Ia tak boleh gugup walaupun sebenarnya hatinya ingin berteriak.
“Oh
itu… Kyuhyunnie. Wae?”
Kyuhyun
mengernyitkan dahinya. Ia ragu dengan jawaban Sungmin. Ia yakin sekali, ia tadi
mendengar yeoja itu memanggilnya “kyunnie”. Atau ia saja yang salah dengar?
“Waeyo
Kyu?” tanya Sungmin lagi.
“Ah,
ani. Lupakan saja!”
.
Keduanya
memilih halaman belakang gedung kuliah sebagai tempat dimana Kyuhyun akan
menceritakan ‘berita bagus’nya sepulang kuliah.
“Lihat
ini!” kata Kyuhyun sambil menunjukkan sebuah foto yang ada di handphonenya.
Sungmin
memandang foto itu lekat-lekat. Foto seorang yeoja berambut cokelat dan mata
besarnya yang indah. ‘hmmm… cantik juga.’
“Nugunde?
Teman kencanmu selanjutnya?” tanya Sungmin ketus.
Kyuhyun
menghela napasnya. Ia tak habis pikir mengapa yeoja ini selalu berpikiran yang
sama ketikaia mengenalkan yeoja lain padanya.
“Ish…
dia ini mahasiswa ilmu sastra. Namanya Victoria. Victoria Song. Ia terkenal
sekali. Banyak namja yang menyukainya!” Kyuhyun mulai membanggakan yeoja yang
ada di foto itu.
“Dan
kau juga menyukainya.” sahut Sungmin kesal.
“Emm…
bagaimana aku mengatakannya? Dia tipe semua namja. Akan terasa aneh jika namja
normal sepertiku tidak menyukainya!” ucap Kyuhyun sambil tertawa.
Oh,
baiklah. Mungkin itu hal yang lucu bagi Kyuhyun. Tapi bagi Sungmin, itu hal
yang memuakkan. Bagaimana tidak, Kyuhyun baru saja mengaku bahwa ia menyukai
yeoja lain di depan dirinya. Sungmin yang salah paham, begitu membenci hal itu.
Ia tak mengerti arti sebenarnya dari kalimat yang baru saja Kyuhyun ucapkan.
“Lalu
apa berita bagusnya?” tanya Sungmin sedikit emosi.
Kyuhyun
tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu. “Eomma memintaku untuk mengencaninya.
“
Sungmin
menoleh menatap wajah Kyuhyun. Kentara sekali ia terkejut sekali akan hal itu.
Biasanya Kyuhyun sendiri yang menentukan siapa orang yang akan dikencaninya.
Tapi kini ibunya ikut andil. Ada apa ini?
Kyuhyun
melanjutkan ceritanya tanpa peduli pada Sungmin yang kini tampak semakin muak.
“Eomma
memintaku untuk mengenalinya lebih dekat. Orangtuaku memang mengenal baik
keluarga Song. Mereka ingin aku bisa menikah dengannya setelah aku selesai
kuliah nanti.”
DEG!
Sesak.
Itu yang Sungmin rasakan di dadanya saat ini. Ia tak mampu untuk mengeluarkan
kata sedikitpun. Hatinya terlalu sakit untuk melakukan sesuatu. Pikirannya pun
mulai tidak fokus.
“Kuharap
aku akan senang menjalaninya. Lagi pula sepertinya Victoria gadis yang dewasa.”
‘CUKUP
CHO KYUHYUN!’ teriak Sungmin dalam hati. Ia benar-benar tak bisa menahan sakit
hatinya saat ini. Tanpa terasa, air matanya lolos dari pelupuk matanya begitu
saja. Begitu banyak hingga Sungmin sulit untuk menyembunyikannya. Padahal ia
harus tetap terlihat biasa saja di depan Kyuhyun. Ah, tapi mungkin tidak untuk
saat ini. Ia tak bisa menahannya lagi. Akhirnya ia berdiri dan berjalan agak
cepat meninggalkan Kyuhyun. Namun baru tiga langkah, Kyuhyun memanggilnya.
“Minnie
ah, kau mau ke mana? Gwaenchanha?” tanyanya.
Sungmin
kembali menata hatinya sebelum menjawab.
“Hmmm…
gwaenchanha. Seseorang mengimiku pesan. Aku harus segera menemuinya.” Jawab
Sungmin bohong tanpa membalikkan tubuhnya. Ia tak berani menatap Kyuhyun. Ia
takut tangisannya akan semakin keras. Bahkan ia tak menjawab ketika Kyuhyun bertanya,
“Siapa?”. Ia terlalu sibuk merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya.
Setelah
itu ia segera berlari meninggalkan namja yang membuatnya tersiksa itu. Ia tak
peduli apa yang akan orang-orang pikirkan karena melihatnya berlari sambil
menangis. Ia hanya ingin menjauh dari Kyuhyun saat ini. Ia terus saja berlari
hingga akhirnya…
Brukk!
Ia
menabrak seseorang. Seseorang yang ia yakini bergender namja dan jauh lebih
tinggi darinya itu adalah namja yang ia kenali sebagai Choi Siwon. Siwon yang
menyadari yeoja itu adalah Sungmin segera menengadahkan wajahnya. Siwon pun
kini tampak khawatir karena Sungmin yang menangis dan terisak tanpa henti.
“Sungmin-ssi,
gwaenchanayo?” Siwon mencoba bertanya pada yeoja yang terus terisak itu.
“Hiks…
hiks…”
Sungmin
tak menjawabnya. Hanya isakan yang keluar dari mulutnya. Ditambah lagi lelehan
air mata yang tak hentinya keuar dari mata foxynya.
“Aish
jinja… Ikut aku…”
Siwon
menggandeng yeoja itu untuk segera pergi dari kampus mereka sekarang juga.
Keduanya terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri hingga tak menyadari
seseorang yang tengah memandang mereka yang semakin menjauh.
“Oh,
jadi orang itu adalah Siwon, Minnie ah?” lirih Kyuhyun.
.
“Sudah
lebih baik?” tanya Siwon pada Sungmin ketika keduanya telah berada di salah
satu kedai kopi.
“Hmmm”
jawab Sungmin singkat sambil menyesap pelan capuchinonya.
Sungmin
harus berterimakasih pada Siwon karena namja ini berhasil membuatnya lebih
tenang. Selalu seperti itu. Selalu ada Siwon yang siap untuk menjadi tempatnya bergantung.
Siwon memang tak pernah tahu Sungmin menangis karena apa atau siapa. Sungmin tak
pernah memberitahunya barang sedikit pun mengenai dirinya dan Kyuhyun. Selalu
saja Siwon sendiri yang akan bercerita ketika mereka menghabiskan waktu mereka
di atap gedung kuliah. Namun untuk Sungmin, ia akan mencoba segala hal agar
yeoja itu tak menangis. Walaupun hanya dengan menemaninya seperti ini. Karena
hanya dengan cara inilah ia bisa lebih dekat dengan Sungmin yang tak pernah
memberitahukan masalahnya.
Sungmin
bisa kembali tenang setelah beberapa menit. Namun ketenangan itu hilang
seketika saat seseorang menelfon Sungmin ketika ia sedang mengobrol dengan
Siwon. Pada ID call di handphonenya tertera nama Cho Kyuhyun. Mau tak mau
Sungmin harus mengangkat telefon itu. Ia tak mau terlihat sedih karena apa yang
dikatakan Kyuhyun tadi.
“Yeoboseo?”
sapanya.
“Hei
yeoja pink! Kau dimana?” tanya Kyuhyun tanpa basa-basi.
“Memangnya
ada apa?” Sungmin kini balik bertanya. Ia berusaha setenang mungkin untuk
menjawab pertanyaan Kyuhyun.
“Jawab
saja!” sahut Kyuhyun kesal.
“Aku
di kedai kopi di dekat kampus.”
“Tunggu
disana! Aku akan menjemputmu!”
Dan
benar saja. Tak lebih dari lima menit Kyuhyun sudah datang untuk menjemputnya. Ia
segera mengambil tas milik Sungmin dan mengajaknya pergi.
“Kajja!”
ajaknya sambil menarik tangan kiri Sungmin.
“Kemana?”
“Ke
rumahku. Ke kediaman Cho.”
“Mwo?”
Sungmin terkejut dengan ajakan Kyuhyun yang mendadak itu.
Kyuhyun
tak menjawab keterkejutannya. Ia membiarkan Sungmin yang masih terkejut
sekaligus bingung dengan sikapnya. Ia kini malah menoleh pada Siwon sekedar
untuk meminta maaf pada orang itu.
“Jwiseonghaeyo
Siwon-ssi, sepertinya aku harus menunda obrolan kalian dulu.” ucap Kyuhyun pada
Siwon yang masih memandang bingung keduanya.
Setelah
itu mereka langsung keluar dari kedai dan melaju dengan mobil Kyuhyun. Sungmin
tak dapat berkutik. Apa yang akan terjadi padanya jika ia menolak? Bisa jadi
Kyuhyun akan mengulitinya hidup-hidup.
Tak
sampai 10 menit, mobil itu sudah mencapai kediaman Cho. Tak terlalu megah hanya
luas dan indah. Itu pendapat Sungmin ketika melihat rumah Kyuhyun yang berbeda
dari tiga belas tahun yang lalu. Ini bukanlah rumahnya yang dulu. Pasti mereka
telah meninggalkan rumah mereka yang sebelumnya.
“Kajja!”
ajak Kyuhyun sambil membawa yeoja di sebelahnya masuk ke kediaman yang-menurut
Sungmin-nyaman itu.
Hati
Sungmin sebenarnya masih bergejolak sejak pengakuan menyakitkan Kyuhyun
beberapa jam yang lalu. Namun dia kini tak punya pilihan lain selain mengikuti
semua kemauan Kyuhyun. Entah apa yang ada di otaknya. Jelas-jelas hatinya telah
tersakiti. Tapi ia masih saja ingin berada disisi namja itu. Dan kini ia bahkan
harus ikut ke rumahnya. Sungguh perasaan yang rumit.
Normal
POV
Sungmin
POV
Kyuhyun
masih setia menggandeng tangan kananku. Dan seperti biasa, jantungku berdetak
kencang saat ini. Melupakan sakit hati yang sebenarnya masih sangat terasa.
Dada ini masih sesak. Bahkan aku belum bisa banyak bicara. Ah, tapi sudahlah.
Lupakan hal itu sejenak. Saat ini aku harus menjadi Lee Sungmin yang baik. Lee
Sungmin yang akan selalu mendukung Kyuhyun, sahabatnya. Lagi pula saat ini
Kyuhyun tengah sibuk memanggil ibunya yang entah ada dimana. Aku tahu, aku
harus bersikap biasa saja. Dan jangan menampakan kesedihan sedikitpun.
“Eomma!
Eodiseoyo?!” teriak Kyuhyun untuk kesekian kalinya. Namun sepertinya itu
teriakan terkhirnya karena kulihat seorang yeoja paruh baya kini tengah
mendekati kami berdua.
Oh
tidak, air mataku sepertinya ingin meluncur lagi. Bukan. Bukan karena aku
merasakan sakit hati itu lagi. Ini lain. Ini air mata rindu. Ya, aku merindukan
ahjumma ini. Hanna ahjumma.
“Ne,
jangan berteriak, adeul!” ucap Hanna ahjumma pada Kyuhyun.
Sedangkan
aku? Aku masih memandangnya tak percaya. Oh Tuhan, aku bersumpah, aku ingin
memeluknya seperti dulu. Aku ingin berada di pangkuannya seperti tiga belas
tahun yang lalu saat aku merasa ia juga ibuku. Aku tak dapat melakukan apapun
ketika matanya bertemu dengan mataku. Tubuhku menegang. Kemudian air mata itu akhirnya lolos juga. Begitu lama
dan aku masih memandanginya dengan tangisanku.
“Eh?
Agashi, kau menangis? Kyuhyun ah, apa yang kau lakukan padanya?” tanyanya kini
pada anak laki-lakinya.
“Mwoya?
Aku diam saja!” protes Kyuhyun.
Aku
segera saja menghapus air mataku. Aku tak ingin baik Kyuhyun ataupun Hanna
ahjumma berpikiran yang tidak-tidak tentangku. Aku segera tersenyum pada Hanna
ahjumma dan membungkukkan badan.
“Annyeonghaseyo,
nan Sungmin imnida.” sapaku kemudian.
Aku
tahu, Hanna ahjumma tak akan mengenaliku. Ia juga hanya mengenalku sebagai Chuu
13tahun yang lalu. Sama seperti Kyuhyun. Sedangkan sekarang, aku adalah Lee
Sungmin yang sedang mencoba untuk menyembunyikan sosok Chuu dalam diriku.
Lalu
Hanna ahjumma menepuk pundakku pelan dan tersenyum tulus padaku. Kemudian…
Grepp!
Oh?
Ahjumma memelukku. Ada apa ini?
“Gwaenchanha…
Tak apa jika kau mau menangis. Menangis saja, Sungmin-ssi…” ucapnya di
pundakku.
Hangat.
Sama seperti dulu. Dan tak terelakkan lagi, aku kembali menangis. Aku tak peduli
Hanna ahjumma tak mengenali diriku yang sekarang. Yang penting saat ini aku
bahagia bisa merasakan pelukannya lagi. Aku merindukannya. Sungguh, pelukan,
kasih sayang, dan semua yang ada pada dirinya. Dan aku yakin kini Kyuhyun
tengah memandang kami berdua. Sekali lagi, aku tak peduli. Aku tak peduli
apapun yang ada di pikirannya.
.
Hari
itu aku memutuskan untuk membantu Hanna ahjumma mempersiapkan makan malam untuk
keluarganya. Masih terlalu dini sebenarnya untuk sekedar menyiapkan makan
malam. Bahkan Yeung Hwan ahjussi belum kembali dari pekerjaannya. Sedangkan
Kyuhyun? Ah, sepertinya ia sedang asik bermain game di kamarnya. Biarkan saja
namja evil satu itu tak mengganggu waktuku dengan Hanna ahjumma.
“Aku
senang kau disini, Sungmin-ssi.” ucap Hanna ahjumma ketika kami berdua berada
di dapur untuk mempersiapkan makan malam.
Aku
hanya tersenyum untuk menjawab pernyataan yang membuatku senang itu.
“Maafkan
Kyu jika dia sering merepotkanmu.” lanjutnya.
“Ani
ahjumma. Bagiku, Kyuhyun adalah sahabat yang baik.” jawabku asal.
Kini
Hanna ahjumma mulai mencibir anak laki-lakinya itu. Sungguh, wajahnya lucu
sekali.
“Ish…
aku tak menyangka anak itu bisa berteman dengan anak baik sepertimu
Sungmin-ssi. Padahal dia sulit sekali untuk menghargai orang.” kata Hanna ahjumma.
Aku
hanya bisa tertawa saat pernyataan konyol itu terlontar. Hemm, memang benar.
“Ah,
aku akan menyiapkan kopi untukku dan suamiku. Bagaimana pendapatmu
Sungmin-ssi?” Hanna ahjumma kembali bertanya.
Menurut
pengalamanku, kopi yang terlalu pekat tak baik untuk orang tua. Begitu juga
dengan Yeung Hwan ahjussi dan Hanna ahjumma. Lagi pula dari dulu mereka tak
akan bisa minum kopi yang terlalu pekat.
“Emm…
Itu bagus, ahjumma. Hanya saja jangan buat yang terlalu pekat. Ahjumma tahu
kan, itu tak baik untuk ahjussi dan ahjumma sendiri.” Saranku sambil tersenyum
tulus ke arahnya.
Kini
Hanna ahjumma memandangku lekat-lekat. Seolah aku mahluk asing yang baru saja
datang ke bumi. Ah, ada apa ini? Mengapa ahjumma jadi seperti ini?
“Ahjumma?”
“Sungmin-ssi,
apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?”
DEG!
Jangan.
Ahjumma tak boleh tahu siapa diriku sebelum Kyuhyun mengetahuinya. Ini tak
baik. Aku harus segera menghentikan lamunan ahjumma dari kenyataan itu.
“Ne
ahjumma, kita berkenalan tadi.” ucapku bohong. Mianhae ahjumma.
“Ani.
Bukan tadi. Kau ini seperti…”
“Ah,
ahjumma. Mungkin hanya perasaan saja.” ucapku segera memotong kalimatnya.
Jeongmal
mianhae ahjumma. Aku tak ingin semua ini berubah begitu saja. Biarlah semua
mengalir apa adanya. Kami berdua terdiam. Kulihat ahjumma masih belum percaya
dengan jawabanku. Namun ia menunduk. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Kami
berdua sama-sama canggung saat ini.
“Ah, geundae...
Kudengar ahjumma ingin Kyuhyun menikah dengan Victoria-ssi, apa itu benar?”
sahutku mengalihkan perhatiannya dan memecah keheningan diantara kami berdua.
Aku
memang bodoh. Aku ingin mengalihkan semua pembicaraan ini dengan cara membuka lukaku
yang masih belum kering. Ya, aku kembali menyakiti hatiku dengan mengingat
pengakuan Kyuhyun. Namun hal itu berhasil. Hanna ahjumma kini seperti melupakan
pembicaraan yang baru saja kami lakukan tadi.
“Ne,
aku dan Suamiku mengenal baik keluarga Song. Mereka rekan bisnis kami.” jawabnya
kemudian.
Aku
hanya ber’oh-ria menanggapi semua yang dikatakannya. Aah, seandainya saja aku
sebaik dan sekaya Victoria, pasti ahjumma akan memilihku.
…
Aish,
apa sih yang kupikirkan. Lupakan semuanya, Lee Sungmin! Jangan berharap terlalu
jauh!
“Sungmin-ssi,
aku ingin kau menemani Kyuhyun pada makan malamnya besok bersama Victoria.”
“Ne?”
Apa aku
tidak salah dengar? Ahjumma memintaku untuk…
“Ani…
Sejujurnya aku masih ragu dengn pilihanku dan suamiku. Ini semua sebenarnya hanyalah
ikatan bisnis. Sungmin-ssi, aku hanya ingin dirimu memastikan apakah pilihanku
memang tepat. Kau sahabat Kyuhyun. Kau pasti tahu yang terbaik untuknya.
Sungmin-ssi, kau mau kan?”
Kuulangi
lagi, Hanna ahjumma ingin aku menemani Kyuhyun? Yang benar saja. Oh ahjumma,
tak tahukah Kau bahwa itu akan menyakitiku? Apa yang harus kulakukan?
“Tapi
ahjumma…”
“Kalau
kau mau, Sungmin-ssi boleh mengajak teman.” Hanna ahjumma segera memotong
penolakanku.
Jelas
sekali ia tak ingin mendengar penolakan dariku. Aku tahu, ia hanya ingin yang
terbaik untuk putranya. Lalu aku? Apakah aku harus sakit hati sekali lagi?
Haruskah?
Nemun aku
tak tega menolak permintaan Hanna ahjumma. Apalagi kini ia memegang kedua
lenganku seakan sedang memohon padaku. Haah, harus bagaimana lagi.
“Ne ahjumma.
Aku akan menemaninya.”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar