Aku
memang merasa berdosa. Namun bagaimanapun orang-orang tak akan tahu apa yang
sebenarnya telah kami lakukan. Aku dan Choi Siwon, sang penyanyi solo idola
kaum hawa Seoul, telah membohongi publik selama 4 bulan. Kami, atau lebih
pantasnya dia telah mengumumkan pada publik bahwa kami mempunyai hubungan
spesial dan akan menikah dalam kurun waktu setengah tahun. Itu artinya, menurut
cerita karangan Siwon, kami akan menikah 2 bulan lagi.
“Eunhye
ah… kau bisa menemaniku hari ini?” kata Siwon di seberang sana ketika dia
menelfonku pagi ini.
“Untuk
apa?” tanyaku.
“Anak
kecil itu kembali membuat ulah.” Jawabnya singkat yang langsung aku mengerti
maksudnya.
Itulah
alasan Siwon membohongi publik. Dia melakukannya karena ulah anak kecil ini.
Sebenarnya anak kecil ini lebih pantas disebut remaja 14 tahun yang begitu
mengagumi sosok sang idola, Choi Siwon. Anak ini adalah seorang sasaeng fans
yang entah bagaimana caranya, ia berhasil membuat gosip bahwa Siwon telah menikah
dengannya. Jika saja Siwon tidak takut imagenya akan turun karena gosip bahwa
ia telah menikahi gadis di bawah umur, mungkin aku tidak akan serepot ini
sekarang. Aku masih ingat sekali ketika ia memohon padaku untuk menjadi pacar
“khayalan”nya. Saat itu aku sedang sibuk menjalani kerja part-timeku sebagai
pelayan salah satu restoran di Gangnam. Tiba-tiba Siwon menlfonku dan
menanyakan keberadaanku. Setelah aku jawab pertanyaannya itu, ia langsung
menutup telefonnya dan 30 menit kemudian ia sudah berada di hadapanku lengkap
dengan penutup mulup dan tudung jaket yang hampir menutupi setengah dari
wajahnya. Waktu itu ia berkata, “Aku sedang ada dalam masalah.”
“Artis
besar memang selalu punya masalah, bukan?” jawabku ketus.
“Eunhye-ah,
aku serius. Aku ingin kau jadi pacarku.” katanya.
“Apa?”
“Tentu saja tidak pacar dalam arti
sebenarnya. Aku hanya ingin menghindar dari sesuatu.” Jelasnya lagi.
“Sesuatu apa?” tanyaku.
Kemudian ia menjelaskan tentang anak kecil
itu. Sang sasaeng fans yang begitu menakutkan baginya.
“Ayolah, kau sahabatku. Kau tahu kan, dari
dulu aku selalu bergantung padamu? Aku mohon, sekali ini saja. Sebagai
gantinya, kau bisa tinggal di apartemen baruku. Aku hanya tak ingin kau
tinggal di rumahmu yang sekarang. Apalagi
kau sendirian. Kau mau, kan?” pintanya.
Aku mengerutkan dahiku. Aku berpikir keras
mengenai tawarannya ini. Begitu lama aku berpikir hingga Siwon akhirnya memelas
lagi, “Eunhye-ah… Jebaaal…”
“Keurae!”
jawabku yang disambut dengan raut bahagia di wajah Siwon. “Tapi aku tak perlu tinggal
di apartemen barumu. Aku akan tetap tinggal di rumahku sekarang.”
“Apa
kau yakin?” tanyanya.
“Ya.
Kau hanya perlu aku untuk berperan menjadi pacarmu dan itu tak perlu dibuktikan
dengan kita tinggal bersama, bukan?”
“Baiklah..”
katanya menyerah.
Sejak
saat itulah, kami mempunyai status berpacaran. Publikpun mempercayainya begitu
saja. Setiap kali para reporter sedang mewawancarai kami, Siwon selalu
mengingatkanku untuk selalu tersenyum padanya sebagai tanda bahwa aku begitu
mencintainya. Siwon melakukannya karena ia tahu bahwa aku sebenarnya tak ingin
melakukan kebohongan ini. Ia tahu bahwa aku akan memasang wajah masamku setiap
aku bersamanya. Jadi ia tak akan lupa untuk selalu mengingatkanku akan senyuman
itu.
Dan
hari ini, aku kembali harus meminta izin pada sang pemilik restoran untuk
menemani Siwon mengadakan konferensi pers. Tepat pukul 4 sore ia menjemputku.
Dan selama konferensi pers itu, selalu dia berbisik di telingaku, “senyumlah
padaku… senyumlah padaku…”
Dalam
hati aku berkata, “aku akan selalu mencoba tersenyum padamu karena aku memang
benar-benar menyukaimu bukan karena aku harus berakting dihadapan mereka.”
Keesokan
harinya aku harus pergi ke kampus jauh lebih pagi karena aku harus menemui
dosen pembibingku. Pagi itu kampus masih sepi. Namun aku melihat sosok yang tak
asing bagiku. Seorang laki-laki muda yang tengah membaca buku sambil
mendengarkan music dengan earphonenya.
“Eunhye
ah!” panggilnya ketika ia melihatku.
Ia
adalah Eunhyuk. Teman kampusku yang orang bilang adalah kembaranku karena nama
kami yang hampir sama. Hanya marga kami saja yang berbeda.
“Mengapa
kau datang sepaagi ini?” tanyanya.
“Aku
ada janji dengan professor Shin. Dan
kau? Apa yang kau lakukan sepagi ini di kampus?” tanyaku.
“Aku hanya bosan terlalu lama di rumah. Oh
ya, bolehkah aku menemanimu bertemu professor Shin?” pintanya.
“Keurae. Tentu saja kau boleh menemaniku. Aku
akan senang sekali.”
Kemudian
ia tersenyum padaku. Seharian itu aku selalu bersama Eunhyuk. Bahkan ia berniat
mengantarkanku pulang sebelum Siwon menelfonku dan memintaku untuk menemuinya.
“Apakah
itu Siwon pacarmu itu?” tanya Eunhyuk setelah aku selesai berbicara dengan
Siwon di telefon.
“Ah,
iya. Aku harus ke rumahnya malam ini. Dia perlu sedikit bantuanku.” Jawabku.
“Baiklah,
jika aku tidak bisa mengantarmu pulang, maka aku akan mengantarmu sampai depan
rumahnya.” Kata Eunhyuk.
“Eunhyuk
ah, kau tidak perlu repot seperti itu. Kau sudah menemaniku seharian ini. Dan
aku sangat berterimakasih akan hal itu. Jika kau repot-repot mengantarku lagi,
aku tak tahu harus bagaimana berterimakasih padamu.”
“Dengan
menemaniku ke HDS besok.” Jawab Eunhyuk singkat.
Aku
tesenyum, namun dia langsung membawaku masuk ke dalam bis yang sudah kami
tunggu sedari tadi. Eunhyuk benar-benar mengantarku sampai tepat di depan apartemen
Siwon. Hingga Siwon pun bertanya padaku setelah Eunhyuk berlalu meninggalkan
kami.
“Siapa
dia?” tanyanya.
“Oh
itu, dia teman kampusku. Namanya Eunhyuk.” Jawabku.
“Apakah
dia pacarmu?” tanya Siwon lagi.
“Tentu
saja bukan. Semua orang percaya bahwa aku pacarmu termasuk Eunhyuk. Jadi mana mungkin aku bisa berpacaran
dengan orang lain!” jawabku.
“Baguslah…Hey,
mana senyummu untukku? Ayo, tersenyumlah… ” katanya menggodaku.
“Sudahlah,
disini tidak ada reporter. Ada apa kau memintaku kesini?” tanyaku.
“Buatkan
aku makanan.” Pintanya sambil menepukkan telapak tangannya dihadapanku.
“Apa?
Aku bukan pembantumu!” kataku kesal.
“Eunhye
ah… jeongmal jebalyo… aku belum makan dari pagi tadi.” Kata Siwon.
“Bukankah
kau bisa memesan makanan siap antar?” tanyaku.
“Ani…
aku hanya ingin memakan masakah rumah hari ini.” Jawabnya.
Aku
menghela nafasku menahan kesal. Lalu aku berkata, “baiklah… baiklah… kau punya
apa?”
“Ah,
aku punya kimchi, beberapa potong daging dan sedikit nasi. Oh ya, di kulkas juga ada beberapa telur.” Jawab
Siwon.
“Baiklah…”
kataku.
“Kau
akan masak apa?” tanya Siwon.
“Kimchi
bokeumbap.” Jawabku singkat.
Malam
itu aku ikut makan malam bersama Siwon. Ia terlihat begitu menikmati masakanku.
Setelah kami selesai dengan makan malam kami, Siwon segera mengantarku untuk
pulang ke rumah.
“Baiklah,
aku masuk dulu.” Kataku ketka kami sampai di depan rumahku.
“Eunhye
ah, tunggu…” kata Siwon.
Kemudian
dia mengecup keningku singkat. Aku yang kaget membelalakkan mataku dan tak
mampu berkata apapun. Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya aku berkata,
“untuk apa itu?”
“Kau
kan pacarku.” Kata Siwon dengan senyum nakalnya.
“Bukan!
Aku bukan pacarmu!” sanggahku.
“Eunhye
ah… jangan marah. Baiklah, aku bercanda. Itu sebagai tanda terima kasihku
karena kau sudah mau memasakkan makanan untukku.” Kata Siwon.
“Baiklah.
Aku masuk dulu.” Kataku meninggalkannya.
“Ne… jaljjayo…”
-------------------------------
Pagi itu seseorang mengetuk pintu rumahku.
Ini rasanya begitu pagi karena hari ini hari liburku hingga rasanya aku malas
sekali untuk beranjak membukakan pintu untuk orang ini. Setelah beberapa lama
ia berhenti mengetuk ketika aku berkata, “tunggu sebentar.”
Ketika aku membuka pintu rumahku, orang
itu langsung berkata, “ayo pergi!”
Aku tak menyangka Eunhyuk akan datang sepagi
ini. Bahkan sebelum aku mandi dan membersihkan rumahku. Setelah aku
selesai dengan semua itu, segera saja dia membawaku ke HDS untuk sekadar
menemaninya.
“Apa
yang kau cari?” tanyaku pada Eunhyuk ketika kami sudah berada di sana.
“Aku hanya mencari apakah Choi Siwon ada
disini.” Jawabnya tertawa.
Departement Store ini memang milik
keluarga Choi. Dan Siwonlah pewaris utama dan satu-satunya jaringan mall terbesar
di Korea ini.
“Kau bercanda.” Kataku pada Eunhyuk.
“Memang. Ani… aku hanya ingin mencari
sesuatu untuk ibuku. Baiklah, lupakan hal itu dulu. Ayo kita cari food
courtnya. Aku lapar sekali. Kau juga kan?” kata Eunhyuk sambil melirik ke
arahku yang kemudian aku sambut dengan anggukan kecil.
“Oke,
eunhye gongjunim, kau mau makan apa?” tanyanya.
“Gongjunim?
Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu.” Kataku.
“Ani…
akulah yang merepotkanmu, jadi aku yang harus menawarkan itu padamu.” Kata
Eunhyuk.
“Tidak.
Eunhyuk wangjanim, kau mau makan apa?” tanyaku kemudian.
“Sudahlah,
kau lucu sekali.” Kata Eunhyuk sambil mengusap kepalaku.
Aku
selalu berpikir, mengapa aku tidak menyukai Eunhyuk saja. Dia baik sekali
padaku Walaupun pada kenyataannya hati dan mataku hanya terfokus pada Choi
Siwon. Orang yang sudah aku kenal sejak kami masih duduk di bangku SMA. Dan aku
masih saja menyukainya sampai sekarang. Bahkan setelah ada Eunhyuk, yang begitu
baik padaku.
“Hey,
bukankah itu Choi Siwon?” tanya Eunhyuk padaku saat kami keluar dari food
court.
Aku
segera mengalihkan pandanganku. Dan benar saja, Siwon tengah duduk di depan
sebuah outlet handphone yang setauku dia menjadi brand ambassador untuk salah
satu produk mereka. Sejauh yang kulihat, outlet ini membuka promosi local
sekaligus fans sign untuk para fans Siwon di sekitar Gangnam dan Seoul.
Seketika
Siwon menangkapku dalam pandangannya. Segera saja dia berteriak, “chagiya!”
Sebenarnya
aku ingin sekali menggandeng tangan Eunhyuk dan membawanya pergi bersamaku dari
tempat itu. Namun terlambat, Siwon lebih dulu membawaku kehadapan fansnya tanpa
mempertimbangkan keberadaan Eunhyuk disampingku. Lalu ia mulai memperkenalkaku
pada fansnya panjang lebar. Dan lagi, Siwon berbisik di telingaku, “senyumlah
padaku…” dan kemudian tentu saja aku lakukan.
Aku
masih saja mengalihkan pandanganku pada Eunhyuk yang masih berdiri menungguku.
Namun tak lama kemudian, ia menghilang dari pandanganku.
Setelah
acara di HDS itu selesai, aku segera meninggalkan Siwon untuk mencari Eunhyuk
yang telah menghilang begitu saja.
“Eunhye
ah, kau mau kemana?” tanya Siwon.
“Aku
akan mencari Eunhyuk.” Jawabku.
“Kau
tak mau ku antar?” tanyanya lagi.
“Tak
perlu.” Jawabku singkat.
Segera
saja aku keluar dari HDS. Tanganku sibuk mencari kontak Eunhyuk sambil terus
berlari kecil di jalanan Seoul. Setelah aku menemukan kontak itu, segera aku
menekan tombol hijau untuk menelfonnya.
“Yeoboseo?”
kata Eunhyuk disana.
“Mianhaeyo…
jeongmal mianhae… “ kataku sambil terengah.
“Eunhye
ah, kau baik-baik saja? Mengapa nafasmu seperti itu? Dimana kau sekarang?”
tanyanya khawatir.
“Aku tak apa-apa. Aku hanya sedang
mencarimu.” Kataku lagi.
“Baiklah. Temui aku di restoran tempatmu
bekerja. Aku akan menunggumu disana.” Kata Eunhyuk.
“Baiklah, aku akan ke tempat itu
sekarang.”
Aku menutup telfonku dan segera berjalan
menuju halte untuk menaiki bis yang akan membawaku ke Gangnam. Setelah aku
sampai di restoran, aku lihat Eunhyuk tengah duduk di samping jendela besar.
“Apa aku terlambat?” tanyaku padanya.
“Tidak sama sekali. Duduklah.” Kata
Eunhyuk.
Laki-laki ini memang baik sekali. Bahkan
ia telah memesankan satu Americano untukku.
“Eunhye
ah, ada yang ingin aku katakana padamu.” Katanya.
“Apa
itu?”
“Namun
jika aku mengatakan ini, apakah kau akan tetap menjadi temanku?” tanyanya cemas.
“Tentu saja.” Jawabku mantap.
“Kim EunHye, aku menyukaimu.”
------------------------------------------------
Malam ini aku menghabiskan waktuku seorang
diri. Aku merasa bebas karena tidak harus menemani sang artis tenar itu. Namun
tiba-tiba saja seseorang mengirimiku pesan dan itu dari sang artis tenar, Choi
Siwon. Dia menulis di pesannya, “Aku tak suka jika kau bersamanya.”
Aku membalas, “Siapa yang kau maksud?”
Namun
dia tidak membalasnya kembali. Keesokan harinya ia menelfonku.
“Eunhye
ah, kau tidak kuliah kan hari ini?” tanya Siwon.
“Tidak.
Ada apa?” tanyaku ketus. Ini karena aku masih marah atas kelakuannya di HDS
kemarin.
“Aku ingin kau dan Eunhyuk ke apartemenku
hari ini.”
“Apa? Kau merancanakan apa lagi?” tanyaku.
“Ani…
aku hanya ingin mengadakan pesta.” Jawab Siwon.
“Pesta
apa?”
“Umm…
pesta peresmian 4 bulan kita pacaran.”
“Pesta
macam apa itu?”
“Sudahlah,
datang saja! Jangan lupa ajak Eunhyuk, ne?!”
Lalu
dia menutup telefon itu.
Aku
benar-benar mengajak Eunhyuk untuk memenuhi undangan Siwon. Untung saja Eunhyuk
dengan senang hati mau ikut bersamaku. Siwon menyambut kami di ambang pintu
apartemen besarnya ketika kami datang.
“Kau
hanya mengundang kami?” tanyaku pada Siwon ketika aku melihat seisi apartemen
yang sepi.
“Tentu
saja.” Katanya. “Ayo duduklah. Eunhye ah, bisakah kau menyiapkan makanannya?”
“Apa?
Kau tak mempersiapkan apapun?” tanyaku.
“Kata
siapa? Aku sudah membeli wine, beberapa buah dan kue.” Kata Siwon.
“Kau selalu saja seperti ini!” keluhku.
Kemudian
aku segera ke dapur miliknya untuk memasak beberapa makanan untuk kami. Dapur
ini merupakan dapur terbuka, jadi siapa saja yang sedang duduk menunggumu
memasak dia bisa melihat semua gerak-gerikmu. Termasuk Eunhyuk dan Siwon yang
sedang duduk di meja makan sambil meminum wine mereka sedikit demi sedikit.
Ketika aku memotong-motong beberapa bawang Bombay untuk saus spaghetti yang
kubuat, tiba-tiba saja Siwon berdiri di belakangku dan melingkarkan tangannya
dipinggangku. Kemudian dia berkata
di pundaku, “chagi, apa yang kau buat?”
“Apa yang kau lakukan!” kataku sambil
menyingkirkan tangan Siwon dari pinggangku. Aku malu karena Eunhyuk melihat
kami. Mengingat juga kemarin ia telah mengungkapkan perasaannya padaku.
“Ah, mianhae… aku akan melihatmu dari jauh
saja.” Kata Siwon sembari menjauh dariku.
Siang
itu kami makan dalam diam. Tak
satupun dari kami mencoba memulai pembicaraan. Hingga akhirnya sesi makan siang
itu selesai dan aku memilih duduk bersama Eunhyuk di depan plasma TV besar milik Siwon.
Sedangkan Siwon sedang sibuk merapikan dapurnya yang berantakan.
“Eunhyuk ssi, aku ingin mengatakan
sesuatu.” Kataku agak canggung.
Eunhyuk tersenyum kemudian berkata, “Sejak
kapan kau menggunakan bahasa sopan padaku? Katakan saja seperti biasanya.”
“Baiklah.” Kataku. “Eunhyuk ah, aku ingin
meminta maaf. Untuk hal yang kemarin kau katakan…”
“Aku
pasti menerima keputusanmu.” Kata Eunhyuk memotong kalimatku.
“Mianhae,
namun aku menyukai Siwon. Aku mencintainya. Aku harus bersamanya. Aku
benar-benar minta maaf” Kataku.
Seandainya
kau mengerti apa yang kurasakan, Eunhyuk ah. Aku memang benar-benar tulus
mencintainya. Dan aku harus bersamanya walaupun dia menganggap hal ini hanya
permainan semata.
“Aku
mengerti Eunhye ah.” Katanya sambil memegang tanganku.
“Sungguh
kau tidak apa-apa?” tanyaku meyakinkannya.
Eunhyuk
kembali tersenyum, “iya, aku baik-baik saja.” Katanya yang kini ia sambut
dengan usapan hangat di pipiku.
“YA!
APA YANG KALIAN LAKUKAN?!” teriak Siwon.
Aku
dan Eunhyuk seketika terdiam. Kami hanya memandang Siwon yang menampakkan raut
kemarahannya.
Kemudian
Siwon berkata, “Eunhyuk ssi, bisakah kau pulang sekarang juga?”
“Siwon
ah, ada apa denganmu?” tanyaku.
“Tidak
ada apa-apa. Aku hanya ingin Eunhyuk pulang karena aku akan membereskan
rumahku.” Kata Siwon mencoba mengalihkan pembicaraan.
Kemudian
aku bangkit dari tempat dudukku dan mengajak Eunhyuk berjalan ke pintu keluar
apartemen Siwon. Aku berkata, “baiklah, kami pergi sekarang.”
“Ani…
kau tetap disini.” Kata Siwon sambil
menarik kembali tanganku.
“Aku
datang bersamanya dan aku harus pulang bersamanya.” Kataku tegas.
“Tapi
kau ini pacarku. Apakah kau mau dituduh berselingkuh dari Choi Siwon dan public
tahu tentang hal itu?” kata Siwon.
Aku
kembali berpikir. Perkataan Siwon benar juga. Aku memang harus menjaga image
Siwon dan imageku sendiri dalam waktu 6 bulan ini. Kemudian aku mengurungkan
niatku untuk pulang bersama Eunhyuk. Aku tetap berada di apartemen Siwon
sementara Eunhyuk telah pulang lebih dulu.
“Choi
Siwon ssi, kau ini sebenarnya kenapa?” tanyaku pada Siwon setelah kepulangan
Eunhyuk.
“Memang
ada apa?” tanyanya.
“Kau
aneh sekali hari ini. Dan ingat, kau dua kali mempermalukanku di depan Eunhyuk.
Kau selalu saja bertindak seenaknya!” kataku marah.
“Dua
kali?”
“Ya.
Pertama kali ketika kami bertemu denganmu di HDS dan yang kedua malam ini!”
“Oh,
lalu mengapa kau mempermasalahkan hal itu? Lagipula aku tak suka melihatmu
terus-terusan bersamanya!” tegas Siwon.
“Mengapa? Dia baik padaku!”
“Eunhye ah, kau ini pacarku!”
“Bukan. Aku bukan pacarmu. Lagipula
sasaeng fans itu sudah jarang menggangggumu. Aku tak perlu berlebihan
menunjukkan diriku sebagai pacar Choi Siwon.
Dua bulan lagi, dua bulan lagi aku tak akan muncul dihadapanmu.
Tunggulah dua bulan lagi maka kau tak perlu merasa terganggu dengan apa yang
kulakukan.” Kataku.
Kami pun terdiam sesaat. Aku melihat raut
kaget di wajah Siwon. Mungkin ia tak percaya bahwa aku bisa semarah ini.
“Sudahlah, aku pergi. Pasti Eunhyuk sudah
jauh dari tempat ini kan?” kataku agak kesal sambil berlalu meninggalkan Siwon.
Tapi dia menarik tubuhku kemudian
membawaku dalam pelukannya. Aku segera terdiam karena begitu kaget. Namun aku
tak bisa melihat wajahnya karena ia memelukku dari belakang. Dia berkata,
“Jangan pergi. Aku mohon.”
Aku tak sanggup berkata apapun. Siwon kini
berubah layaknya anak kecil yang benar-benar takut kehilangan ibunya.
“Aku mohon jangan pergi. Bahkan aku belum
melihat senyummu hari ini. Kau tahu, aku sangat membutuhkannya.” Katanya lagi.
Sungguh, sebenarnya aku begitu kasihan
padanya. Aku tahu dia harus hidup mandiri karena didikan keras orang tuanya.
Benar-benar mandiri tanpa orang tua, saudara ataupun teman. Aku selalu ingin
menemaninya. Namun tidak kali ini. Dia telah membuatku kecewa.
“Siwon ah… “ kataku pelan.
“Aku mengerti. Aku memang bersalah.
Maafkan aku.” Katanya.
“Ani… kau tak mengerti. Maaf.” Kataku.
Kemudian aku segera melepas pelukannya dan pergi keluar dari apartemen besar
itu.
Maaf, kau tak mengerti, Choi Siwon. Kau
tak mengerti bahwa aku takut akan semakin mencintaimu jika kau melakukan hal
tadi. Aku takut aku tak akan mampu meninggalkanmu nantinya.
--------------------------------------
Hari
ini aku datang ke SBS untuk menemani Siwon recording single barunya di
Inkigayo. Aku sengaja datang lebih awal untuk menghindari fans Siwon yang telah
menunggunya di luar gedung. Namun setelah aku menunggu selama satu jam, aku tak
kunjung melihat kedatangan Siwon.
“Nona Kim, bisakah kau menghubungi Choi
Siwon? Recordingnya akan dimulai 15menit lagi.” kata PDnim.
“Ah, baiklah. Aku akan menghubunginya.”
Kataku.
Aku sudah mencoba berkali-kali untuk
menghubunginya. Namun sepertinya dia tidak mengaktifkan handphonenya.
Sebenarnya ada apa dengan anak ini?
Semenit
kemudian handphoneku bordering. Aku
harap itu telefon dari Siwon.
“Yeoboseo?”
kataku.
“Nona
Kim. Bisakah kau ke apartemen Siwon sekarang juga?” pinta orang diseberang
sana.
“Tunggu, kau siapa?” tanyaku.
“Aku manager Siwon. Kau kemarilah,
biar aku yang mengatasi masalah di recording. Siwon begitu mengkhawatirkan.”
Katanya.
Aku
menutup telefon itu dan segera berlari keluar gedung. Sungguh, aku berlari
hingga halte bis yang jaraknya tidak dekat. Aku segera menaiki bis yang
membawaku ke apartemen Siwon. Aku masih terus berlari bahkan ketika aku sudah
berada dekat dari apartemen. Aku mengetuk pintu apartemen itu keras-keras.
Kemudian seorang laki-laki membukakan pintu untukku.
“Ah,
nona Kim. Akhirnya kau disini.” Kata laki-laki yang aku yakin dia adalah
manager Siwon.
“Ada
apa dengan Siwon? Dimana dia?” tanyaku sambil terengah.
“Dia
ada dikamarnya. Semalaman hingga pagi ia menghabiskan waktunya dengan mabuk.
Dia sudah muntah beberapa kali. Namun dia masih saja belum sadar dari
mabuknya.” Jelasnya.
“Aku
akan mengurusnya dan recording?” tanyaku agak bingung.
“Aku
akan kesana sekarang. Jagalah Siwon.” Pintanya.
“Ne.
Gomapseumnida ahjussi.” Kataku.
Aku
segera menuju kamar Siwon. Aku menemukannya tergeletak lemas di tempat tidur.
Bau alkohol begitu menyengat dari tubuhnya. Aku segera mengganti pakaian yang
menempel di tubuh kekarnya. Begitu sulit memang untuk menggantikan pakaian
orang yang bertubuh besar seperti Siwon. Apalagi aku harus menahan bau alkohol
ini.
Setelah
aku selesai menggantikan pakaiannya. Aku segera membuat ramuan air hangat yang
aku campurkan dengan perasan jeruk dan sedikit madu. Aku yakin ini akan sedikit
membantu Siwon pulih dari mabuk beratnya.
“Siwon
ah, bangunlah.” Kataku sambil menepuk bahunya.
“Hei,
cepatlah bangun.” Kataku agak keras.
Kini ia mulai bangun dari tempat tidurnya. Ia duduk di kasurnya dengan lemas.
“Ada apa kau kesini?” tanyanya tak jelas.
“Minumlah… “ kataku sambil menyodorkan
gelas itu ke mulutnya.
“Apa ini?” tanyanya lagi.
“Sudahlah, minum saja!”
Kemudian ia segera meminum habis minuman
yang kubuat itu. Aku tahu sekali ia masih belum mampu untuk melakukan sesuatu
yang lebih dari sekadar duduk. Jadi aku memintanya untuk kembali tidur kali ini.
“Tidurlah lagi. Kau akan benar-benar sadar
dari mabukmu setelah kau bangun lagi nanti.” Kataku.
“SHIREO!!!”
teriaknya.
“Aishh…
kau ini. Cepatlah tidur!” kataku lebih keras.
“SUDAH KUBILANG AKU TAK MAU TIDUR!”
teriaknya lagi.
“Siwon ah, apakah kau benar-benar tak mau
sadar dari mabukmu?” tanyaku meledek.
Namun aneh sekali ketika kemudian Siwon
menangis keras setelah aku bertanya seperti itu. Ia benar-benar menangis
layaknya anak kecil. Sungguh, dia menangis dalam mabuknya.
“Ani…”
katanya terisak. “Aku hanya… aku hanya… aku hanya takut kau pergi lagi jika aku
tidur.”
Kemudian
ia menangis lebih keras lagi dan berkata, “Eunhye ah, aku takut sekali… aku tak
mau kau pergi lagi dengan Eunhyuk… aku mohon, jangan pergi…”
Laki-laki
tegar yang aku kenal selama ini kini benar-benar menampakkan wajah aslinya.
Wajah dimana ia mengungkapkan kesepian dan kesedihannya.
“Sudahlah,
berhenti menangis.” Kataku sambil mengusap air matanya.
“Berjanjilah
kau tak akan pergi dariku.” Pintanya.
“Aku
tak akan pergi.” Jawabku.
Lalu
tak lama kemudian ia berhasil tertidur pulas dengan menggenggam erat tangan
kananku. Aku benar-benar tak bisa melakukan apapun selama Siwon tidur. Baru
setelah tiga jam kemudian aku bisa bangkit dari tempat tidur itu karena rupanya
Siwon benar-benar telah sadar dari mabuknya. Punggungku sakit sekali karena
telah membungkuk selama 3 jam.
“Kau
sudah bangun kan? Kalau begitu, aku
pergi dulu.” Kataku.
“Hei, kata siapa kau boleh pergi? Buatkan
aku makan siang!” katanya.
“Buatlah
sendiri. Kau sudah cukup kuat untuk sekadar membuat ramyeon.” Kataku.
“Eunhye
ah, aku ini sedang sakit. Aku perlu perawatan khusus dari pacarku.” Kata Siwon
menggodaku.
“Kau
itu mabuk. Bukan sakit!”
“Eunhye
ah… jebaaal…” pintanya.
“Baiklah…
baiklah… jika saja aku tak melihat tangisanmu tadi aku tak akan sebaik ini.”
Kataku sambil tersenyum.
Kemudian
Siwon tersenyum malu.
“Mandilah,
aku akan buatkan makanan untukmu.” Kataku padanya.
Aku
membuat sup daging yang aku campur dengan beberapa sayuran. Aku ingin Siwon
benar-benar pulih. Jadi aku juga membuatkan bubur untuknya.
“Kau
sudah selesai?” tanyaku ketika aku melihat Siwon telah memasuki dapur dengan
tubuh wanginya.
Siwon
menjaawabnya dengan anggukan. Kemudian aku meletakkan beberapa masakanku ke
meja makan dan meminta Siwon untuk duduk bersamaku.
“Makanlah.”
Kataku.
“Kau
makanlah bersamaku.” Katanya.
“Aku
sudah makan. Makanlah yang banyak.” Kataku yang disambut dengan anggukannya.
“Lalu… apakah aku sudah bisa pergi?”
“ANI!!!
Tunggu sampai aku selesai makan.” Katanya.
Aku menurut saja padanya. Walaupun ia
berkata bahwa aku bisa pergi setelah ia selesai makan, namun pada kenyataannya
ia tak pernah membiarkanku pergi hingga sore hari.
“Eunhye
ah, mianhae…” katanya tiba-tiba sore itu ketika kami duduk di depan plasma TV.
“Untuk
apa?” tanyaku.
“Untuk
segala kelakuanku. Maaf, aku terlalu kekanak-kanakan. Oh ya, sampaikan maafku
pada Eunhyuk juga. Kau boleh melakukan apapun dengannya mulai sekarang. Bahkan
kau boleh berpacaran dengannya jika kau mau.” Kata Siwon pelan.
“Apa? Kau bercanda. Lagipula aku ini
pacarmu kan? Mana mungkin aku bisa berpacaran dengan orang lain?” Kataku.
“Aku akan merahasiakannya.” Kata Siwon.
“Ani… aku tidak mau melakukannya. Aku
begitu mencintai Choi Siwon. Aku tak akan bisa berpacaran dengan orang lain.”
Kataku.
“Eunhye ah, sudahlah, kau tak perlu
berakting. Lagipula tak ada reporter disini.” Kata Siwon
“Aku
serius. Aku tidak sedang berakting. Aku memang sangat mencintai Choi Siwon. Kau boleh tidak mempercayainya,
Choi Siwon ssi.” Kataku sambil tersenyum. “Baiklah, aku pergi dulu. Sudah
terlalu lama aku disini.”
“Tunggu…” katanya.
Kemudian ia menarik tanganku hingga kami
berhadapan. Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dan sedetik kemudian
bibir kami bertemu. Dia menciumku!
“Sudah aku bilang, jangan pergi…” katanya
pelan setelah menciumku. “Nado saranghae eunhye ah…”
Seketika itu juga aku tersenyum bahagia.
Lalu Siwon berkata, “terima kasih kau mau tersenyum tanpa aku menyuruhmu. Aku
sangat membutuhkan senyumanmu karena itulah satu-satunya kekuatanku selama
ini.”
“Selama ini?” tanyaku.
“Ya, selama aku menyukaimu. Sejak aku
masih melihatmu sebagai siswa SMA sampai sekarang.” Kata Siwon.
“Apa?
Jadi kau… “ belum sempat aku melanjutkan kalimatku, ia sudah kembali menciumku
cukup lama hingga aku lupa mau berkata apa lagi.
Dua
bulan kemudian Siwon melamarku sesuai dengan apa yang sudah dijanjikannya pada
publik. Namun ini benar-benar nyata. Maksudku kami sudah tidak lagi membohongi
publik. Lagipula si sasaeng fans itu menghilang secara tiba-tiba. Jadi kami
tidak perlu mengarang cerita lagi.
Aku
berkali-kali tersenyum pada Siwon ketika ia mengadakan konferensi pers mengenai
rencana pernikahan kami. Lalu dia berkata padaku, “Kau kini benar-benar
mengerti untuk selalu tersenyum padaku tanpa aku harus berbisik di telingamu.
Neomu saranghae, chagi…”
Kemudian
dia mencium keningku pelan. “Nado saranghae….“
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar