Minggu, 07 Oktober 2012

FF - So Give Me A Smile


Aku memang merasa berdosa. Namun bagaimanapun orang-orang tak akan tahu apa yang sebenarnya telah kami lakukan. Aku dan Choi Siwon, sang penyanyi solo idola kaum hawa Seoul, telah membohongi publik selama 4 bulan. Kami, atau lebih pantasnya dia telah mengumumkan pada publik bahwa kami mempunyai hubungan spesial dan akan menikah dalam kurun waktu setengah tahun. Itu artinya, menurut cerita karangan Siwon, kami akan menikah 2 bulan lagi.
“Eunhye ah… kau bisa menemaniku hari ini?” kata Siwon di seberang sana ketika dia menelfonku pagi ini.
“Untuk apa?” tanyaku.
“Anak kecil itu kembali membuat ulah.” Jawabnya singkat yang langsung aku mengerti maksudnya.
Itulah alasan Siwon membohongi publik. Dia melakukannya karena ulah anak kecil ini. Sebenarnya anak kecil ini lebih pantas disebut remaja 14 tahun yang begitu mengagumi sosok sang idola, Choi Siwon. Anak ini adalah seorang sasaeng fans yang entah bagaimana caranya, ia berhasil membuat gosip bahwa Siwon telah menikah dengannya. Jika saja Siwon tidak takut imagenya akan turun karena gosip bahwa ia telah menikahi gadis di bawah umur, mungkin aku tidak akan serepot ini sekarang. Aku masih ingat sekali ketika ia memohon padaku untuk menjadi pacar “khayalan”nya. Saat itu aku sedang sibuk menjalani kerja part-timeku sebagai pelayan salah satu restoran di Gangnam. Tiba-tiba Siwon menlfonku dan menanyakan keberadaanku. Setelah aku jawab pertanyaannya itu, ia langsung menutup telefonnya dan 30 menit kemudian ia sudah berada di hadapanku lengkap dengan penutup mulup dan tudung jaket yang hampir menutupi setengah dari wajahnya. Waktu itu ia berkata, “Aku sedang ada dalam masalah.”
“Artis besar memang selalu punya masalah, bukan?” jawabku ketus.
“Eunhye-ah, aku serius. Aku ingin kau jadi pacarku.” katanya.
“Apa?”
“Tentu saja tidak pacar dalam arti sebenarnya. Aku hanya ingin menghindar dari sesuatu.” Jelasnya lagi.
“Sesuatu apa?” tanyaku.
Kemudian ia menjelaskan tentang anak kecil itu. Sang sasaeng fans yang begitu menakutkan baginya.
“Ayolah, kau sahabatku. Kau tahu kan, dari dulu aku selalu bergantung padamu? Aku mohon, sekali ini saja. Sebagai gantinya, kau bisa tinggal di apartemen baruku. Aku hanya tak ingin kau tinggal di rumahmu yang sekarang. Apalagi kau sendirian. Kau mau, kan?” pintanya.
Aku mengerutkan dahiku. Aku berpikir keras mengenai tawarannya ini. Begitu lama aku berpikir hingga Siwon akhirnya memelas lagi, “Eunhye-ah… Jebaaal…”
“Keurae!” jawabku yang disambut dengan raut bahagia di wajah Siwon. “Tapi aku tak perlu tinggal di apartemen barumu. Aku akan tetap tinggal di rumahku sekarang.”
“Apa kau yakin?” tanyanya.
“Ya. Kau hanya perlu aku untuk berperan menjadi pacarmu dan itu tak perlu dibuktikan dengan kita tinggal bersama, bukan?”
“Baiklah..” katanya menyerah.
Sejak saat itulah, kami mempunyai status berpacaran. Publikpun mempercayainya begitu saja. Setiap kali para reporter sedang mewawancarai kami, Siwon selalu mengingatkanku untuk selalu tersenyum padanya sebagai tanda bahwa aku begitu mencintainya. Siwon melakukannya karena ia tahu bahwa aku sebenarnya tak ingin melakukan kebohongan ini. Ia tahu bahwa aku akan memasang wajah masamku setiap aku bersamanya. Jadi ia tak akan lupa untuk selalu mengingatkanku akan senyuman itu.
Dan hari ini, aku kembali harus meminta izin pada sang pemilik restoran untuk menemani Siwon mengadakan konferensi pers. Tepat pukul 4 sore ia menjemputku. Dan selama konferensi pers itu, selalu dia berbisik di telingaku, “senyumlah padaku… senyumlah padaku…”
Dalam hati aku berkata, “aku akan selalu mencoba tersenyum padamu karena aku memang benar-benar menyukaimu bukan karena aku harus berakting dihadapan mereka.”
Keesokan harinya aku harus pergi ke kampus jauh lebih pagi karena aku harus menemui dosen pembibingku. Pagi itu kampus masih sepi. Namun aku melihat sosok yang tak asing bagiku. Seorang laki-laki muda yang tengah membaca buku sambil mendengarkan music dengan earphonenya.
“Eunhye ah!” panggilnya ketika ia melihatku.
Ia adalah Eunhyuk. Teman kampusku yang orang bilang adalah kembaranku karena nama kami yang hampir sama. Hanya marga kami saja yang berbeda.
“Mengapa kau datang sepaagi ini?” tanyanya.
“Aku ada janji dengan professor Shin. Dan kau? Apa yang kau lakukan sepagi ini di kampus?” tanyaku.
“Aku hanya bosan terlalu lama di rumah. Oh ya, bolehkah aku menemanimu bertemu professor Shin?” pintanya.
“Keurae. Tentu saja kau boleh menemaniku. Aku akan senang sekali.”
Kemudian ia tersenyum padaku. Seharian itu aku selalu bersama Eunhyuk. Bahkan ia berniat mengantarkanku pulang sebelum Siwon menelfonku dan memintaku untuk menemuinya.
“Apakah itu Siwon pacarmu itu?” tanya Eunhyuk setelah aku selesai berbicara dengan Siwon di telefon.
“Ah, iya. Aku harus ke rumahnya malam ini. Dia perlu sedikit bantuanku.” Jawabku.
“Baiklah, jika aku tidak bisa mengantarmu pulang, maka aku akan mengantarmu sampai depan rumahnya.” Kata Eunhyuk.
“Eunhyuk ah, kau tidak perlu repot seperti itu. Kau sudah menemaniku seharian ini. Dan aku sangat berterimakasih akan hal itu. Jika kau repot-repot mengantarku lagi, aku tak tahu harus bagaimana berterimakasih padamu.”
“Dengan menemaniku ke HDS besok.” Jawab Eunhyuk singkat.
Aku tesenyum, namun dia langsung membawaku masuk ke dalam bis yang sudah kami tunggu sedari tadi. Eunhyuk benar-benar mengantarku sampai tepat di depan apartemen Siwon. Hingga Siwon pun bertanya padaku setelah Eunhyuk berlalu meninggalkan kami.
“Siapa dia?” tanyanya.
“Oh itu, dia teman kampusku. Namanya Eunhyuk.” Jawabku.
“Apakah dia pacarmu?” tanya Siwon lagi.
“Tentu saja bukan. Semua orang percaya bahwa aku pacarmu termasuk Eunhyuk. Jadi mana mungkin aku bisa berpacaran dengan orang lain!” jawabku.
“Baguslah…Hey, mana senyummu untukku? Ayo, tersenyumlah… ” katanya menggodaku.
“Sudahlah, disini tidak ada reporter. Ada apa kau memintaku kesini?” tanyaku.
“Buatkan aku makanan.” Pintanya sambil menepukkan telapak tangannya dihadapanku.
“Apa? Aku bukan pembantumu!” kataku kesal.
“Eunhye ah… jeongmal jebalyo… aku belum makan dari pagi tadi.” Kata Siwon.
“Bukankah kau bisa memesan makanan siap antar?” tanyaku.
“Ani… aku hanya ingin memakan masakah rumah hari ini.” Jawabnya.
Aku menghela nafasku menahan kesal. Lalu aku berkata, “baiklah… baiklah… kau punya apa?”
“Ah, aku punya kimchi, beberapa potong daging dan sedikit nasi. Oh ya, di kulkas juga ada beberapa telur.” Jawab Siwon.
“Baiklah…” kataku.
“Kau akan masak apa?” tanya Siwon.
“Kimchi bokeumbap.” Jawabku singkat.
Malam itu aku ikut makan malam bersama Siwon. Ia terlihat begitu menikmati masakanku. Setelah kami selesai dengan makan malam kami, Siwon segera mengantarku untuk pulang ke rumah.
“Baiklah, aku masuk dulu.” Kataku ketka kami sampai di depan rumahku.
“Eunhye ah, tunggu…” kata Siwon.
Kemudian dia mengecup keningku singkat. Aku yang kaget membelalakkan mataku dan tak mampu berkata apapun. Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya aku berkata, “untuk apa itu?”
“Kau kan pacarku.” Kata Siwon dengan senyum nakalnya.
“Bukan! Aku bukan pacarmu!” sanggahku.
“Eunhye ah… jangan marah. Baiklah, aku bercanda. Itu sebagai tanda terima kasihku karena kau sudah mau memasakkan makanan untukku.” Kata Siwon.
“Baiklah. Aku masuk dulu.” Kataku meninggalkannya.
“Ne… jaljjayo…”
-------------------------------
Pagi itu seseorang mengetuk pintu rumahku. Ini rasanya begitu pagi karena hari ini hari liburku hingga rasanya aku malas sekali untuk beranjak membukakan pintu untuk orang ini. Setelah beberapa lama ia berhenti mengetuk ketika aku berkata, “tunggu sebentar.”
Ketika aku membuka pintu rumahku, orang itu langsung berkata, “ayo pergi!”
Aku tak menyangka Eunhyuk akan datang sepagi ini. Bahkan sebelum aku mandi dan membersihkan rumahku. Setelah aku selesai dengan semua itu, segera saja dia membawaku ke HDS untuk sekadar menemaninya.
“Apa yang kau cari?” tanyaku pada Eunhyuk ketika kami sudah berada di sana.
“Aku hanya mencari apakah Choi Siwon ada disini.” Jawabnya tertawa.
Departement Store ini memang milik keluarga Choi. Dan Siwonlah pewaris utama dan satu-satunya jaringan mall terbesar di Korea ini.
“Kau bercanda.” Kataku pada Eunhyuk.
“Memang. Ani… aku hanya ingin mencari sesuatu untuk ibuku. Baiklah, lupakan hal itu dulu. Ayo kita cari food courtnya. Aku lapar sekali. Kau juga kan?” kata Eunhyuk sambil melirik ke arahku yang kemudian aku sambut dengan anggukan kecil.
“Oke, eunhye gongjunim, kau mau makan apa?” tanyanya.
“Gongjunim? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu.” Kataku.
“Ani… akulah yang merepotkanmu, jadi aku yang harus menawarkan itu padamu.” Kata Eunhyuk.
“Tidak. Eunhyuk wangjanim, kau mau makan apa?” tanyaku kemudian.
“Sudahlah, kau lucu sekali.” Kata Eunhyuk sambil mengusap kepalaku.
Aku selalu berpikir, mengapa aku tidak menyukai Eunhyuk saja. Dia baik sekali padaku Walaupun pada kenyataannya hati dan mataku hanya terfokus pada Choi Siwon. Orang yang sudah aku kenal sejak kami masih duduk di bangku SMA. Dan aku masih saja menyukainya sampai sekarang. Bahkan setelah ada Eunhyuk, yang begitu baik padaku.
“Hey, bukankah itu Choi Siwon?” tanya Eunhyuk padaku saat kami keluar dari food court.
Aku segera mengalihkan pandanganku. Dan benar saja, Siwon tengah duduk di depan sebuah outlet handphone yang setauku dia menjadi brand ambassador untuk salah satu produk mereka. Sejauh yang kulihat, outlet ini membuka promosi local sekaligus fans sign untuk para fans Siwon di sekitar Gangnam dan Seoul.
Seketika Siwon menangkapku dalam pandangannya. Segera saja dia berteriak, “chagiya!”
Sebenarnya aku ingin sekali menggandeng tangan Eunhyuk dan membawanya pergi bersamaku dari tempat itu. Namun terlambat, Siwon lebih dulu membawaku kehadapan fansnya tanpa mempertimbangkan keberadaan Eunhyuk disampingku. Lalu ia mulai memperkenalkaku pada fansnya panjang lebar. Dan lagi, Siwon berbisik di telingaku, “senyumlah padaku…” dan kemudian tentu saja aku lakukan.
Aku masih saja mengalihkan pandanganku pada Eunhyuk yang masih berdiri menungguku. Namun tak lama kemudian, ia menghilang dari pandanganku.
Setelah acara di HDS itu selesai, aku segera meninggalkan Siwon untuk mencari Eunhyuk yang telah menghilang begitu saja.
“Eunhye ah, kau mau kemana?” tanya Siwon.
“Aku akan mencari Eunhyuk.” Jawabku.
“Kau tak mau ku antar?” tanyanya lagi.
“Tak perlu.” Jawabku singkat.
Segera saja aku keluar dari HDS. Tanganku sibuk mencari kontak Eunhyuk sambil terus berlari kecil di jalanan Seoul. Setelah aku menemukan kontak itu, segera aku menekan tombol hijau untuk menelfonnya.
“Yeoboseo?” kata Eunhyuk disana.
“Mianhaeyo… jeongmal mianhae… “ kataku sambil terengah.
“Eunhye ah, kau baik-baik saja? Mengapa nafasmu seperti itu? Dimana kau sekarang?” tanyanya khawatir.
“Aku tak apa-apa. Aku hanya sedang mencarimu.” Kataku lagi.
“Baiklah. Temui aku di restoran tempatmu bekerja. Aku akan menunggumu disana.” Kata Eunhyuk.
“Baiklah, aku akan ke tempat itu sekarang.”
Aku menutup telfonku dan segera berjalan menuju halte untuk menaiki bis yang akan membawaku ke Gangnam. Setelah aku sampai di restoran, aku lihat Eunhyuk tengah duduk di samping jendela besar.
“Apa aku terlambat?” tanyaku padanya.
“Tidak sama sekali. Duduklah.” Kata Eunhyuk.
Laki-laki ini memang baik sekali. Bahkan ia telah memesankan satu Americano untukku.
“Eunhye ah, ada yang ingin aku katakana padamu.” Katanya.
“Apa itu?”
“Namun jika aku mengatakan ini, apakah kau akan tetap menjadi temanku?” tanyanya cemas.
“Tentu saja.” Jawabku mantap.
“Kim EunHye, aku menyukaimu.”
------------------------------------------------

Malam ini aku menghabiskan waktuku seorang diri. Aku merasa bebas karena tidak harus menemani sang artis tenar itu. Namun tiba-tiba saja seseorang mengirimiku pesan dan itu dari sang artis tenar, Choi Siwon. Dia menulis di pesannya, “Aku tak suka jika kau bersamanya.”
Aku membalas, “Siapa yang kau maksud?”
Namun dia tidak membalasnya kembali. Keesokan harinya ia menelfonku.
“Eunhye ah, kau tidak kuliah kan hari ini?” tanya Siwon.
“Tidak. Ada apa?” tanyaku ketus. Ini karena aku masih marah atas kelakuannya di HDS kemarin.
“Aku ingin kau dan Eunhyuk ke apartemenku hari ini.”
“Apa? Kau merancanakan apa lagi?” tanyaku.
“Ani… aku hanya ingin mengadakan pesta.” Jawab Siwon.
“Pesta apa?”
“Umm… pesta peresmian 4 bulan kita pacaran.”
“Pesta macam apa itu?”
“Sudahlah, datang saja! Jangan lupa ajak Eunhyuk, ne?!”
Lalu dia menutup telefon itu.
Aku benar-benar mengajak Eunhyuk untuk memenuhi undangan Siwon. Untung saja Eunhyuk dengan senang hati mau ikut bersamaku. Siwon menyambut kami di ambang pintu apartemen besarnya ketika kami datang.
“Kau hanya mengundang kami?” tanyaku pada Siwon ketika aku melihat seisi apartemen yang sepi.
“Tentu saja.” Katanya. “Ayo duduklah. Eunhye ah, bisakah kau menyiapkan makanannya?”
“Apa? Kau tak mempersiapkan apapun?” tanyaku.
“Kata siapa? Aku sudah membeli wine, beberapa buah dan kue.” Kata Siwon.
“Kau selalu saja seperti ini!” keluhku.
Kemudian aku segera ke dapur miliknya untuk memasak beberapa makanan untuk kami. Dapur ini merupakan dapur terbuka, jadi siapa saja yang sedang duduk menunggumu memasak dia bisa melihat semua gerak-gerikmu. Termasuk Eunhyuk dan Siwon yang sedang duduk di meja makan sambil meminum wine mereka sedikit demi sedikit. Ketika aku memotong-motong beberapa bawang Bombay untuk saus spaghetti yang kubuat, tiba-tiba saja Siwon berdiri di belakangku dan melingkarkan tangannya dipinggangku. Kemudian dia berkata di pundaku, “chagi, apa yang kau buat?”
“Apa yang kau lakukan!” kataku sambil menyingkirkan tangan Siwon dari pinggangku. Aku malu karena Eunhyuk melihat kami. Mengingat juga kemarin ia telah mengungkapkan perasaannya padaku.
“Ah, mianhae… aku akan melihatmu dari jauh saja.” Kata Siwon sembari menjauh dariku.
Siang itu kami makan dalam diam. Tak satupun dari kami mencoba memulai pembicaraan. Hingga akhirnya sesi makan siang itu selesai dan aku memilih duduk bersama Eunhyuk  di depan plasma TV besar milik Siwon. Sedangkan Siwon sedang sibuk merapikan dapurnya yang berantakan.
“Eunhyuk ssi, aku ingin mengatakan sesuatu.” Kataku agak canggung.
Eunhyuk tersenyum kemudian berkata, “Sejak kapan kau menggunakan bahasa sopan padaku? Katakan saja seperti biasanya.”
“Baiklah.” Kataku. “Eunhyuk ah, aku ingin meminta maaf. Untuk hal yang kemarin kau katakan…”
“Aku pasti menerima keputusanmu.” Kata Eunhyuk memotong kalimatku.
“Mianhae, namun aku menyukai Siwon. Aku mencintainya. Aku harus bersamanya. Aku benar-benar minta maaf” Kataku.
Seandainya kau mengerti apa yang kurasakan, Eunhyuk ah. Aku memang benar-benar tulus mencintainya. Dan aku harus bersamanya walaupun dia menganggap hal ini hanya permainan semata.
“Aku mengerti Eunhye ah.” Katanya sambil memegang tanganku.
“Sungguh kau tidak apa-apa?” tanyaku meyakinkannya.
Eunhyuk kembali tersenyum, “iya, aku baik-baik saja.” Katanya yang kini ia sambut dengan usapan hangat di pipiku.
“YA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!” teriak Siwon.
Aku dan Eunhyuk seketika terdiam. Kami hanya memandang Siwon yang menampakkan raut kemarahannya.
Kemudian Siwon berkata, “Eunhyuk ssi, bisakah kau pulang sekarang juga?”
“Siwon ah, ada apa denganmu?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin Eunhyuk pulang karena aku akan membereskan rumahku.” Kata Siwon mencoba mengalihkan pembicaraan.
Kemudian aku bangkit dari tempat dudukku dan mengajak Eunhyuk berjalan ke pintu keluar apartemen Siwon. Aku berkata, “baiklah, kami pergi sekarang.”
“Ani… kau tetap disini.” Kata Siwon sambil menarik kembali tanganku.
“Aku datang bersamanya dan aku harus pulang bersamanya.” Kataku tegas.
“Tapi kau ini pacarku. Apakah kau mau dituduh berselingkuh dari Choi Siwon dan public tahu tentang hal itu?” kata Siwon.
Aku kembali berpikir. Perkataan Siwon benar juga. Aku memang harus menjaga image Siwon dan imageku sendiri dalam waktu 6 bulan ini. Kemudian aku mengurungkan niatku untuk pulang bersama Eunhyuk. Aku tetap berada di apartemen Siwon sementara Eunhyuk telah pulang lebih dulu.
“Choi Siwon ssi, kau ini sebenarnya kenapa?” tanyaku pada Siwon setelah kepulangan Eunhyuk.
“Memang ada apa?” tanyanya.
“Kau aneh sekali hari ini. Dan ingat, kau dua kali mempermalukanku di depan Eunhyuk. Kau selalu saja bertindak seenaknya!” kataku marah.
“Dua kali?”
“Ya. Pertama kali ketika kami bertemu denganmu di HDS dan yang kedua malam ini!”
“Oh, lalu mengapa kau mempermasalahkan hal itu? Lagipula aku tak suka melihatmu terus-terusan bersamanya!” tegas Siwon.
“Mengapa? Dia baik padaku!”
“Eunhye ah, kau ini pacarku!”
“Bukan. Aku bukan pacarmu. Lagipula sasaeng fans itu sudah jarang menggangggumu. Aku tak perlu berlebihan menunjukkan diriku sebagai pacar Choi Siwon.  Dua bulan lagi, dua bulan lagi aku tak akan muncul dihadapanmu. Tunggulah dua bulan lagi maka kau tak perlu merasa terganggu dengan apa yang kulakukan.” Kataku.
Kami pun terdiam sesaat. Aku melihat raut kaget di wajah Siwon. Mungkin ia tak percaya bahwa aku bisa semarah ini.
“Sudahlah, aku pergi. Pasti Eunhyuk sudah jauh dari tempat ini kan?” kataku agak kesal sambil berlalu meninggalkan Siwon.
Tapi dia menarik tubuhku kemudian membawaku dalam pelukannya. Aku segera terdiam karena begitu kaget. Namun aku tak bisa melihat wajahnya karena ia memelukku dari belakang. Dia berkata, “Jangan pergi. Aku mohon.”
Aku tak sanggup berkata apapun. Siwon kini berubah layaknya anak kecil yang benar-benar takut kehilangan ibunya.
“Aku mohon jangan pergi. Bahkan aku belum melihat senyummu hari ini. Kau tahu, aku sangat membutuhkannya.” Katanya lagi.
Sungguh, sebenarnya aku begitu kasihan padanya. Aku tahu dia harus hidup mandiri karena didikan keras orang tuanya. Benar-benar mandiri tanpa orang tua, saudara ataupun teman. Aku selalu ingin menemaninya. Namun tidak kali ini. Dia telah membuatku kecewa.
“Siwon ah… “ kataku pelan.
“Aku mengerti. Aku memang bersalah. Maafkan aku.” Katanya.
“Ani… kau tak mengerti. Maaf.” Kataku. Kemudian aku segera melepas pelukannya dan pergi keluar dari apartemen besar itu.
Maaf, kau tak mengerti, Choi Siwon. Kau tak mengerti bahwa aku takut akan semakin mencintaimu jika kau melakukan hal tadi. Aku takut aku tak akan mampu meninggalkanmu nantinya.
--------------------------------------
Hari ini aku datang ke SBS untuk menemani Siwon recording single barunya di Inkigayo. Aku sengaja datang lebih awal untuk menghindari fans Siwon yang telah menunggunya di luar gedung. Namun setelah aku menunggu selama satu jam, aku tak kunjung melihat kedatangan Siwon.
“Nona Kim, bisakah kau menghubungi Choi Siwon? Recordingnya akan dimulai 15menit lagi.” kata PDnim.
“Ah, baiklah. Aku akan menghubunginya.” Kataku.
Aku sudah mencoba berkali-kali untuk menghubunginya. Namun sepertinya dia tidak mengaktifkan handphonenya. Sebenarnya ada apa dengan anak ini?
Semenit kemudian handphoneku bordering. Aku harap itu telefon dari Siwon.
“Yeoboseo?” kataku.
“Nona Kim. Bisakah kau ke apartemen Siwon sekarang juga?” pinta orang diseberang sana.
“Tunggu, kau siapa?” tanyaku.
“Aku manager Siwon. Kau kemarilah, biar aku yang mengatasi masalah di recording. Siwon begitu mengkhawatirkan.” Katanya.
Aku menutup telefon itu dan segera berlari keluar gedung. Sungguh, aku berlari hingga halte bis yang jaraknya tidak dekat. Aku segera menaiki bis yang membawaku ke apartemen Siwon. Aku masih terus berlari bahkan ketika aku sudah berada dekat dari apartemen. Aku mengetuk pintu apartemen itu keras-keras. Kemudian seorang laki-laki membukakan pintu untukku.
“Ah, nona Kim. Akhirnya kau disini.” Kata laki-laki yang aku yakin dia adalah manager Siwon.
“Ada apa dengan Siwon? Dimana dia?” tanyaku sambil terengah.
“Dia ada dikamarnya. Semalaman hingga pagi ia menghabiskan waktunya dengan mabuk. Dia sudah muntah beberapa kali. Namun dia masih saja belum sadar dari mabuknya.” Jelasnya.
“Aku akan mengurusnya dan recording?” tanyaku agak bingung.
“Aku akan kesana sekarang. Jagalah Siwon.” Pintanya.
“Ne. Gomapseumnida ahjussi.” Kataku.
Aku segera menuju kamar Siwon. Aku menemukannya tergeletak lemas di tempat tidur. Bau alkohol begitu menyengat dari tubuhnya. Aku segera mengganti pakaian yang menempel di tubuh kekarnya. Begitu sulit memang untuk menggantikan pakaian orang yang bertubuh besar seperti Siwon. Apalagi aku harus menahan bau alkohol ini.
Setelah aku selesai menggantikan pakaiannya. Aku segera membuat ramuan air hangat yang aku campurkan dengan perasan jeruk dan sedikit madu. Aku yakin ini akan sedikit membantu Siwon pulih dari mabuk beratnya.
“Siwon ah, bangunlah.” Kataku sambil menepuk bahunya.
“Hei, cepatlah bangun.” Kataku agak keras. Kini ia mulai bangun dari tempat tidurnya. Ia duduk di kasurnya dengan lemas.
“Ada apa kau kesini?” tanyanya tak jelas.
“Minumlah… “ kataku sambil menyodorkan gelas itu ke mulutnya.
“Apa ini?” tanyanya lagi.
“Sudahlah, minum saja!”
Kemudian ia segera meminum habis minuman yang kubuat itu. Aku tahu sekali ia masih belum mampu untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar duduk. Jadi aku memintanya untuk kembali tidur kali ini.
“Tidurlah lagi. Kau akan benar-benar sadar dari mabukmu setelah kau bangun lagi nanti.” Kataku.
“SHIREO!!!” teriaknya.
“Aishh… kau ini. Cepatlah tidur!” kataku lebih keras.
“SUDAH KUBILANG AKU TAK MAU TIDUR!” teriaknya lagi.
“Siwon ah, apakah kau benar-benar tak mau sadar dari mabukmu?” tanyaku meledek.
Namun aneh sekali ketika kemudian Siwon menangis keras setelah aku bertanya seperti itu. Ia benar-benar menangis layaknya anak kecil. Sungguh, dia menangis dalam mabuknya.
“Ani…” katanya terisak. “Aku hanya… aku hanya… aku hanya takut kau pergi lagi jika aku tidur.”
Kemudian ia menangis lebih keras lagi dan berkata, “Eunhye ah, aku takut sekali… aku tak mau kau pergi lagi dengan Eunhyuk… aku mohon, jangan pergi…”
Laki-laki tegar yang aku kenal selama ini kini benar-benar menampakkan wajah aslinya. Wajah dimana ia mengungkapkan kesepian dan kesedihannya.
“Sudahlah, berhenti menangis.” Kataku sambil mengusap air matanya.
“Berjanjilah kau tak akan pergi dariku.” Pintanya.
“Aku tak akan pergi.” Jawabku.
Lalu tak lama kemudian ia berhasil tertidur pulas dengan menggenggam erat tangan kananku. Aku benar-benar tak bisa melakukan apapun selama Siwon tidur. Baru setelah tiga jam kemudian aku bisa bangkit dari tempat tidur itu karena rupanya Siwon benar-benar telah sadar dari mabuknya. Punggungku sakit sekali karena telah membungkuk selama 3 jam.
“Kau sudah bangun kan? Kalau begitu, aku pergi dulu.” Kataku.
“Hei, kata siapa kau boleh pergi? Buatkan aku makan siang!” katanya.
“Buatlah sendiri. Kau sudah cukup kuat untuk sekadar membuat ramyeon.” Kataku.
“Eunhye ah, aku ini sedang sakit. Aku perlu perawatan khusus dari pacarku.” Kata Siwon menggodaku.
“Kau itu mabuk. Bukan sakit!”
“Eunhye ah… jebaaal…” pintanya.
“Baiklah… baiklah… jika saja aku tak melihat tangisanmu tadi aku tak akan sebaik ini.” Kataku sambil tersenyum.
Kemudian Siwon tersenyum malu.
“Mandilah, aku akan buatkan makanan untukmu.” Kataku padanya.
Aku membuat sup daging yang aku campur dengan beberapa sayuran. Aku ingin Siwon benar-benar pulih. Jadi aku juga membuatkan bubur untuknya.
“Kau sudah selesai?” tanyaku ketika aku melihat Siwon telah memasuki dapur dengan tubuh wanginya.
Siwon menjaawabnya dengan anggukan. Kemudian aku meletakkan beberapa masakanku ke meja makan dan meminta Siwon untuk duduk bersamaku.
“Makanlah.” Kataku.
“Kau makanlah bersamaku.” Katanya.
“Aku sudah makan. Makanlah yang banyak.” Kataku yang disambut dengan anggukannya. “Lalu… apakah aku sudah bisa pergi?”
“ANI!!! Tunggu sampai aku selesai makan.” Katanya.
Aku menurut saja padanya. Walaupun ia berkata bahwa aku bisa pergi setelah ia selesai makan, namun pada kenyataannya ia tak pernah membiarkanku pergi hingga sore hari.
“Eunhye ah, mianhae…” katanya tiba-tiba sore itu ketika kami duduk di depan plasma TV.
“Untuk apa?” tanyaku.
“Untuk segala kelakuanku. Maaf, aku terlalu kekanak-kanakan. Oh ya, sampaikan maafku pada Eunhyuk juga. Kau boleh melakukan apapun dengannya mulai sekarang. Bahkan kau boleh berpacaran dengannya jika kau mau.” Kata Siwon pelan.
“Apa? Kau bercanda. Lagipula aku ini pacarmu kan? Mana mungkin aku bisa berpacaran dengan orang lain?” Kataku.
“Aku akan merahasiakannya.” Kata Siwon.
“Ani… aku tidak mau melakukannya. Aku begitu mencintai Choi Siwon. Aku tak akan bisa berpacaran dengan orang lain.” Kataku.
“Eunhye ah, sudahlah, kau tak perlu berakting. Lagipula tak ada reporter disini.” Kata Siwon
“Aku serius. Aku tidak sedang berakting. Aku memang sangat mencintai Choi Siwon. Kau boleh tidak mempercayainya, Choi Siwon ssi.” Kataku sambil tersenyum. “Baiklah, aku pergi dulu. Sudah terlalu lama aku disini.”
“Tunggu…” katanya.
Kemudian ia menarik tanganku hingga kami berhadapan. Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dan sedetik kemudian bibir kami bertemu. Dia menciumku!
“Sudah aku bilang, jangan pergi…” katanya pelan setelah menciumku. “Nado saranghae eunhye ah…”
Seketika itu juga aku tersenyum bahagia. Lalu Siwon berkata, “terima kasih kau mau tersenyum tanpa aku menyuruhmu. Aku sangat membutuhkan senyumanmu karena itulah satu-satunya kekuatanku selama ini.”
“Selama ini?” tanyaku.
“Ya, selama aku menyukaimu. Sejak aku masih melihatmu sebagai siswa SMA sampai sekarang.” Kata Siwon.
“Apa? Jadi kau… “ belum sempat aku melanjutkan kalimatku, ia sudah kembali menciumku cukup lama hingga aku lupa mau berkata apa lagi.
Dua bulan kemudian Siwon melamarku sesuai dengan apa yang sudah dijanjikannya pada publik. Namun ini benar-benar nyata. Maksudku kami sudah tidak lagi membohongi publik. Lagipula si sasaeng fans itu menghilang secara tiba-tiba. Jadi kami tidak perlu mengarang cerita lagi.
Aku berkali-kali tersenyum pada Siwon ketika ia mengadakan konferensi pers mengenai rencana pernikahan kami. Lalu dia berkata padaku, “Kau kini benar-benar mengerti untuk selalu tersenyum padaku tanpa aku harus berbisik di telingamu. Neomu saranghae, chagi…”
Kemudian dia mencium keningku pelan. “Nado saranghae….“

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar