Selasa, 09 Oktober 2012

FF - You're my love

Langit tak begitu cerah hari ini. Sangat bertolak belakang dengan suasana hatiku. Entah mengapa hatiku begitu cerah hari ini.
“Ya! Kau sedang apa tersenyum sendiri seperti itu?” teriak seseorang di belakangku sambil memukul kepalaku pelan.
Aku mengerutkan bibirku, “Ya Lee hyukjae,tak bisakah kau sopan sedikit pada wanita?”
“Memangnya kau wanita?” katanya sambil tertawa evil.
Yah, begitulah Lee Hyukjae. Seseorang yang sudah aku kenal selama lebih dari 8 tahun. Aku tak pernah melewatkan satu hari pun tanpa melihat sahabatku yang satu ini. Bahkan dia yang tinggal bersama kakeknya, memiliki rumah yang bersebelahan dengan rumahku.
“Kau masih saja menyukainya?” tanya Hyukjae tiba-tiba sambil memandang seseorang di depannya.
Aku segera saja mengikuti arah pandangannya. Dan pandangan itu tertuju pada Choi Siwon. Seseorang yang memang sudah kusukai sejak dulu.
“Ya. Aku masih menyukainya. Walaupun rasa sukaku tak sekuat dulu.”

-Flashback-
Sepulang dari sekolah aku segera saja mengambil sepedaku dan mengayuhnya. Ibuku sudah menelfonku sedari tadi. Dia berkata bahwa ayahku sakit. Tak hanya ibuku, bahkan Hyukjae juga menyuruhku untuk cepat pulang ke rumah. Aku begitu terburu-buru hingga akhirnya aku terjatuh tidak jauh dari gerbang sekolah.
“Gwaenchanayo?” tanya seseorang.
Dia menolongku berdiri. Tapi, ah… kakiku begitu sakit. Kupikir untuk berjalan pun aku mungkin tak bisa.
“Kakimu terkilir? Boleh aku lihat?” tanyanya lagi.
Kemudian dia mulai memijat-mijat kakiku. Namun rasa sakit itu malah semakin terasa. Aku merintih pelan di depannya.
“Ah, mianhae… pasti sakit sekali. Kakimu terkilir. Biar aku antar kau pulang.”
Tanpa meminta persetujuanku, dia langsung saja menaiki sepedaku dan menyuruhku duduk di belakangnya.
“Oh ya, namaku Siwon. Choi Siwon. Namamu siapa?” katanya ketika kami diatas sepeda.
“Ah, namaku Hyekyung. Shin Hyekyung. Kau ini, kakak angkatanku kan?“
“Ya, benar sekali. Aku setahun lebih tua darimu. Jadi, panggil aku oppa!” katanya sambil tertawa.
Aku pun tertawa bersamanya. Pertemuan singkat itu benar-benar menjadi pengalaman manis bagiku. Kami tidak canggung satu sama lain walaupun itu adalah saat pertama kami berkenalan.
Sejak saat itu pula aku mulai menyukainya. Aku selalu saja meluangkan waktuku hanya untuk melihatnya bermain basket di sore hari. Hal ini aku lakukan selama lebih dari 6 bulan. Aku tidak berani menyatakan perasaanku padanya.
Namun pada suatu sore, aku melihat pemandangan yang berbeda, Setelah siwon selesai bermain basket, dia segera mendekati seorang gadis yang sepertinya sudah menunggunya sejak tadi. Kemudian dia menggandeng tangan gadis itu lalu pergi meninggalkan lapangan basket bersama.
Seminggu kemudian baru aku tahu bahwa Siwon telah memiliki kekasih. Siwon sendirilah yang memperkenalkannya padaku. Sejauh yang kulihat, cinta mereka begitu kuat. Bahkan dua tahun kemudian mereka juga masuk universitas yang sama denganku dan Hyukjae.
-Flashback END-

“Sudahlah, ayo kita pulang!” ajak Hyukjae.
Aku menurut saja apa katanya. Sebelum sampai rumah, dia sempat mengajakku untuk sekedar bermain di taman kota. Malam itu taman tak dikunjungi banyak orang. Sehingga aku dan Hyukjae dapat memilih tempat duduk sesuka kami.
“Mengapa kau mengajakku ke tempat ini?” tanyaku padanya.
“Aku hanya ingin menikmati suasana malam saja… ” ujarnya.
“Mengapa harus denganku? Kau bisa menikmati suasana malam sendiri ” aku meulai protes.
“Ada yang ingin aku bicarakan… ”
“Apa itu?”
Setelah itu dia segera mengoceh lagi. “emm… kau masih saja melihat Siwon. Itu berarti rasa suka itu masih ada walau sedikit.”
“Ya,kau benar” celetukku.
Kemudian dia melanjutkan ucapannya “Kau terus melihatnya dan aku akan terus melihatmu. Hyekyung ah, aku menyukaimu…”

-------------------
“Aku berangkat!” kataku saat aku meninggalkan rumah untuk berangkat kuliah.
Aku benar-benar kaget dengan pengakuan Hyukjae semalam. Aku pikir dia bercanda. Aku bahkan sempat mengatakan, “kau ini sahabatku, bagaimana bisa kau menyukaiku?”. Namun karena ucapanku itu dia kini tak mau lagi berbicara denganku. Pagi ini pun dia tidak berangkat kuliah bersamaku. Dan setelah aku pikir lagi, sepertinya Hyukjae sama sekali tidak bercanda ketika dia mengatakan itu padaku.
“Hyekyung ah, mana Hyukjae?”  tanya Gura.
“Ya Han Gura, memang aku ibunya Hyukjae?”
Hari ini pun aku tak melihatnya kuliah.  Entah mengapa aku jadi merindukannya. Rasanya aneh sekali jika dalam sehari aku tidak bisa melihatnya.
Sepulang dari kuliah, aku tidak pulang ke rumahku, namun aku segera ke rumah Hyukjae.
“kakek… kakek…” panggilku cepat.
“Iya, iya, kakek disini! Mengapa kau memanggil kakek seperti itu? Ada apa ? » kata kakek Hyukjae.
“Kakek, Hyukjae dimana?”
“Apa Hyukjae tidak berpamitan padamu?” tanya kakek.
“Ani. Memang dia kemana kek?”
“Dia berangkat ke Amerika pagi tadi.” Kata kakek.
“Mwo?!”
Hyukjae pergi ke Amerika?! Teriakku dalam hati.
Aku yang masih setengah terkejut mencoba bertanya. “Untuk apa dia kesana? Mengapa dia tidak berpamitan padaku kek? Dia selalu berpamitan padaku bahkan jika dia hanya pergi ke Seoul.”
“kakek juga tidak tahu. Apa kalian ada masalah?”
“Ani”
Ah… atau jangan-jangan karena kejadian semalam?
“Kapan dia pulang kek?” tanyaku lagi.
“Kakek juga belum tahu. Dia bilang dia ingin tinggal bersama kakaknya disana untuk beberapa minggu.”
“Lalu kuliahnya?”
“Dia sudah mengurus semuanya.”
Jadi dia sudah merencanakan hal ini sejak dulu? Jauh sebelum dia menyatakan perasaannnya padaku? Berani sekali dia, pergi begitu saja bahkan sebelum aku bisa menjawab pengakuannya semalam! Ocehku dalam hati.
“YA LEE HYUKJAE!” teriakku ketika aku sudah bisa menelfonnya beberapa jam kemudian.
“Hey, suaramu terlalu keras! Pelanlah sedikit!” bentaknya di seberang sana.
Rasanya senang sekali ketika aku bisa mendengar suaranya.
“Berani sekali kau meninggalkanku seperti itu? Bahkan kau tidak berpamitan padaku!”
“Baiklah, aku akan berpamitan sekarang.” katanya pelan.
“Sudahlah, lupakan saja! Kapan kau akan pulang?”
“Aku tak akan pulang”
“Jangan bercanda. Itu tidak lucu!”
“Aku tidak sedang bercanda. Aku serius. Aku tak akan pulang. Aku akan kuliah disini. Ini permintaan kakakku. Aku tak akan pulang Hyekyung ah…”
Seketika itu pula aku tak sanggup untuk mengucapkan sepatah kata lagi.

------------------

Tangisanku tak kunjung berhenti walaupun malam sudah larut. Aku tak menyangka Hyukjae akan meninggalkanku dengan cara seperti ini. Sejak berbicara di telefon, aku jadi enggan untuk menghubunginya. Dia begitu tega padaku. Apakah ini yang disebut sahabat? Tanyaku dalam hati. Lalu aku kembali menangis malam itu.
Satu bulan setelah perginya Hyukjae ke Amerika, tak ada hal istimewa yang terjadi dalam hidupku. Semua biasa saja. Bahkan ketika Gura memberitahuku bahwa Siwon sudah putus dengan pacarnya, aku tetap bergeming.
“Ya Shin Hyekyung, kau ini kenapa?” tanyanya. “Aku jarang sekali melihat kau tertawa belakangan ini.”
Aku menghela nafasku, “entahlah… tak ada yang menarik disini. Gura ah, boleh aku bertanya?”
“Tentu saja”
“Apakah Amerika lebih menarik daripada Korea ? Apakah disana seperti surga?”
“Kau merindukan Hyukjae?”
“Tentu saja. Dia sahabatku. Dia selalu ada bersamaku. Kini dia jauh di Amerika. Tentu saja aku merindukannya.” Ocehku.
“Sahabat? Aku tak percaya rasa sayangmu pada hyukjae hanya sebatas persahabatan.”
“Wae? Mengapa kau bilang seperti itu?”
Lalu dia meulai mengintrogasiku. “Siapa yang lebih kau rindukan kehadirannya, Siwon atau Hyukjae?”
“Hyukjae.”
“Siapa yang lebih bisa membuatmu tertawa, Siwon atau Hyukjae?”
“Hyukjae.”
“Lalu menurutmu,kau  lebih membutuhkan siapa, Siwon atau Hyukjae?”
“Sudahlah, kau pasti tahu jawabanku. Semua jawaban pasti Hyukjae. Karena memang itu kan maumu?”
“Ani. Aku hanya ingin menebak perasaanmu.”
“Perasaan apa?”
“Apakah kau tidak sadar, sebenarnya yang kau cintai itu Hyukjae?”
“Mwo?! Tidak mungkin, Hyukjae itu sahabatku.”
“Ya sudah, berarti aku boleh mendekatinya. Lalu aku akan menghubunginya dan aku akan bilang bahwa aku menyukainya” Kata Gura menggodaku.
Namun spontan aku berteriak, “ANDWAE!”
“Nah, sekarang semakin terlihat bahwa kau benar-benar mencintainya. Akuilah itu Hyekyung…”
Perkataan Gura terus saja berputar di kepalaku. Apakah benar aku mencintai Hyukjae? Atau apakah hanya karena Gura menginginkan aku untuk jadian dengan Hyukjae?
Sejauh yang aku tahu, Gura begitu bersemangat menjodohkanku dengan Hyukjae. Bahkan beberapa bulan setelah dia menyuruhku mengakui perasaanku dia sempat berkata, “Jangan sampai kau menyesal. Krena itulah yang terjadi padaku.” Katanya sambil menunjukkan foto mantan kekasihnya, Kim Heechul.
Gura dan Heechul putus karena rasa gengsi Gura yang terlalu besar. Hingga pada akhirnya Gura sendirilah yang menyesal ketika Heechul memutuskan hubungan mereka.
“Aku tak mau kau merasa kehilangan dia. Kau tahu, hal itu begitu menyiksa.” Ujar Gura.
Namun Gura juga benar. Aku memang begitu takut kehilangan Hyukjae. Perasaan ini jauh berbeda dari perasaanku untuk Siwon. Aku tak akan protes jika Siwon mempunyai kekasih atau dia dekat dengan seorang gadis. Namun hatiku akan terasa sakit jika Hyukjae dekat dengan gadis lain selain aku.

------------
Sudah beberapa bulan aku melewatkan hari-hariku tanpa kehadiran Hyukjae. Dia juga tak pernah menelfonku atau menanyakan kabarku. Dia sungguh keterlaluan. Apa dia tidak mengerti kalau aku begitu merindukannya?
“Cepatlah telefon dia,” pinta Gura. Hampir setiap hari dia menyuruhku menghubungi Hyukjae.
“Untuk apa? Lagipula dia tidak pernah menelfonku bahkan untuk sekedar menanyakan kabarku.” protesku.
“Sampai kapan kau akan mempertahankan keegoisanmu itu?”
Aku tak menjawabnya. Namun setelah aku di rumah aku kembali berpikir untuk menghubunginya. Aku sudah menyimpan nomor ponsel Hyukjae yang baru yang aku dapat dari kakeknya beberapa bulan yang lalu. Aku hanya memandangi nomor itu berjam-jam. Namun akhirnya, sebelum aku tertidur aku hanya berani mengirim sms yang berisi, “HYUKJAE-SSHI, SARANGHAE…”


Keesokan harinya aku tak menemukan sms balasan darinya. Aku pikir dia sudah enggan mengenalku lagi. Namun beberapa hari kemudian dia menjawab smsku. Dia tidak membalasnya dengan sms. Namun dia menelfonku.
“Hey, bagaimana kabarmu?” tanyanya. Suara ini benar-benar aku rindukan.
“Aku baik-baik saja. Tak ada yang berubah. Bagaimana denganmu? Apakah kau makan dengan baik disana?”
“Tidak. Sangat sulit mendapatkan naengmyeon disini. Aku merindukan makanan korea.” katanya sambil tertawa.
“Kau hanya merindukan makanan korea ? kau tidak merindukanku?” balasku.
“Sedikit.” Katanya sambil tertawa lagi. “Lalu, smsmu itu, apakah aku harus menjawabnya sekarang?”
Dia mengajakku membicarakan hal yang lebih serius.
“Ani…. Itu… terserah kau saja.” jawabku setengah terbata.
“Hyekyung ah, aku harus jujur… mianhae, aku sudah mencintai seseorang.”
Aku terdiam. Terlambat… aku benar-benar sudah terlambat…
“Aku sangat mencintai gadis itu. Aku tak bisa mencintai gadis lain lagi. Jeongmal mianhae…”
Kumohon, hentikan ocehanmu Hyukjae… Gura benar, rasanya benar-benar menyiksa.
Dan aku pun mulai menangis. Dengan menahan tangisku, aku mencoba berkata, “chukkae …”
Namun Hyukaje tak mengerti. Dia terus saja bercerita hingga akhirnya aku tak sanggup lagi mendengarnya. Aku segera saja berteriak, “HENTIKAN ITU LEE HYUKJAE! katakan padaku, siapa dia?”
“Aku sedang menelfonnya sekarang.” jawabnya.
“Mwo?!”
“Ya, aku sedang menelfon gadis itu sekarang.”
Aku? Dia sedang menelfonku. Itu AKU!
Entah mengapa, tangisanku malah semakin keras. Hyukjae yang khawatir langsung bertanya, “Hyekyung ah, gwaenchanayo?”
Aku tahu tangisanku ini bukan karena aku sakit hati lagi. Namun karena rasa sakit itu tiba-tiba berubah menjadi rasa bahagia.
“Aissh…baboya… Tunggu aku. Oke?” katanya.
Aku tak menjawabnya. Aku masih sibuk dengan isakan tangisku.
Akhirnya dia mengucapkan kalimat terakhir dari percakapan di telefon itu. “Hyekyung ah, saranghae… “

-------------------
(Setahun kemudian)
Pagi ini ibuku menyuruhku ke taman kota untuk menemani teman satu perusahaannya yang baru saja pindah dari Seoul. Namun sudah lebih dari satu jam aku menunggu orang itu dan dia tak kunjung datang. Aku sudah cukup bosan menungggu di tempat ini. Namun tiba-tiba saja seseorang berteriak di belakangku sambil memukul kepalaku, “Ya Shin Hyekyung, sedang apa kau duduk sendirian di tempat ini?”
Aku hampir tak percaya. Orang ini… orang yang sangat ingin kulihat. Orang yang aku rindukan setiap hari. Orang yang sangat ingin kutemui. Dan aku tak menyangka dia berdiri di depanku saat ini.
“Ya Lee Hyukjae ! Tak bisakah kau lebih sopan sedikit pada wanita?”
“Sudahlah, apakah kau tak ingin memelukku?”
“Untuk apa aku memeluk orang yang sudah meninggalkanku bahkan tanpa berpamitan padaku?! Dan untuk apa tiba-tiba saja kau pulang padahal kau sudah mengatakan bahwa kau tak akan pulang?!” aku mulai mengoceh untuk menghilangkan rasa kagetku.
“Baiklah, aku akan pergi lagi kalau begitu.” celotehnya sambil berpura-pura akan pergi dari hadapanku.
“ANDWAE!” teriakku begitu keras.
Setelah itu Hyukjae segera menarik tanganku dan membawaku ke dalam pelukannya. “Aku sangat merindukamu”.
Aku hanya bisa menangis dalam pelukannya. Kemudian dia menghela napasnya dan berkata, “Aku harus berterimakasih pada ibumu yang sudah membohongimu hingga akhirnya kau berada disini sekarang.”
Aku langsung saja memukul bahunya dan melepaskan pelukannya. “jadi kau…”
“Sudahlah, lupakan saja…” katanya sambil kembali memelukku tanpa memberiku kesempatan untuk melanjutkan kalimatku tadi.
Setelah pelukan itu selesai, kami duduk di tempat dimana dulu Hyukjae pernah menyatakan perasaannya padaku. Kini dia bersimpuh di depanku, membuka sebuah kotak kecil dan berkata, “would you marry me?”
Beberapa menit kemudian, aku yang sudah bisa mengontrol rasa kagetku segera saja menjawabnya dengan menganggukkan kepalaku.

_END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar