Senin, 19 November 2012

FF - It's been A While (Chapter 2)


<chapter 1 preview>

Terdengar bel tanda pintu café terbuka.
“Annyeonghaseyo… Selamat datang di kona beans.” Ucapku tanpa menatap pelanggan itu karena aku terlalu sebuk dengan latte dan kopi yang ada di tanganku.
“Annnyeong… Ehmm, apakah kau bisa menawarkan beberapa menu disini dan tidak berkutat dengan bubuk-bubuk itu?”
Suara ini…
Ya Tuhan… Suara ini… Aku mengenalnya…
Aku segera menatap pelanggan itu.
DEG!
“Minnie noona?”

IT'S BEEN A WHILE

Chapter 2


“Bagaimana kau bisa tahu nama kecilku?” katanya.
Oh, apakah dia benar-benar Minnie noona? Apakah Tuhan sedang berbaik hati dan mengembalikan yeoja ini padaku? Sungguh, dia benar-benar mirip Minnie noonaku.
“Hei, kau baik-baik saja?” katanya sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku tersadar dari lamunanku. Ah, tidak, yang benar aku tersadar dari buai wajah manisnya.
“Eh, iya. Mianhae. Kau ingin pesan apa Minnie noona?”
Aish… bodoh! Mengapa aku masih memanggilnya seperti itu?!
“Kau lucu sekali.” Katanya sambil tertawa. Manis. Sungguh, tawa ini benar-benar aku rindukan. Mengapa dia benar-benar sama dengan Minnie noonaku?
“Sementara ini panggil aku Sungmin saja, Cho…Kyu…hyun-ssi.” Katanya sambil mengeja nametagku.
Aku harus menguasai diriku. Harus!
Ku beranikan diriku untuk bertanya namanya. “Nama lengkapmu siapa?”
“Ah, iya. Perkenalkan, Lee Sungmin imnida.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku.
Tuhan… Bahkan namanya persis sama!
“Aku…”
“Cho Kyuhyun. Aku sudah tahu dari tadi.” Katanya sambil menjabat tanganku.
“Baiklah, kau ingin pesan apa, Sungmin-ssi?” tanyaku kemudian setelah bisa menguasai diriku.
“Entahlah. Aku tak tahu harus memesan apa. Apakah kau bisa menawarkan sesuatu?” tanyanya.
“Kurasa vanilla latte cocok untukmu.”
“Baiklah.”
“Silakan duduk. Aku akan segera mengantarkannya padamu.”
Kemudian ia tersenyum ramah padaku dan pergi ke mejanya. Oh God, senyumnya pun sama persis dengan Minnie noonaku.
.
.
“Silakan, ini vanilla latte anda, Sungmin-ssi.” Kataku ketika aku mengantarkan pesanannya.
“Terimakasih, Kyuhyun-ssi.”
Aku segera pergi dari tempat itu sebelum pipiku bersemu merah.
‘Ah, oraenmaniya, Minnie noona…’
Kyuhyun’s pov end

Normal pov

Kyuhyun segera mengambil handphone miliknya dan mengirim pesan pada hyungnya.
From : Evil Dongsaeng
Dia ada disini hyung! Minnie noonaku ada disini! Di tempat yang sama denganku!~~
Donghae yang sedari tengah sibuk dengan laporan di kantornya harus menghentikan sementara pekerjaannya karena pesan dari dongsaengnya itu.
From : Donghae Hyung
Aku tahu kau gila, Kyu. Tapi aku tak tahu jika kau segila itu hingga kau bisa berfatamorgana!
‘Ish… Orang ini…’ kesal Kyuhyun dalam hati.
From : Evil dongsaeng
Jinjaro! Aku serius hyung! Datang saja ke caféku sekarang. Maka kau akan lihat keajaiban itu!
Pesan terakhir dari dongsaengnya benar-benar menyita perhatian Donghae. Segera saja ia meninggalkan tempat kerjanya dan pergi menuju café tempat adik sepupunya bekerja.
.
.
“Disana hyung.” Kata Kyuhyun sambil menunjukkan Sungmin yang sedang duduk sambil menyesapi vanilla lattenya.
“Ya Tuhan… Sungmin…”
Mata Donghae segera terbelalak lebar saat melihat yeoja imut itu. Yeoja itu persis dengan sahabatnya yang telah meninggal 3 tahun lalu. Sahabatnya yang dicintai oleh adiknya sampai sekarang. Lebih tepatnya adik sepupunya.
“Ah, aku ada ide Kyu!” kata Donghae.
“Apa?” Tanya Kyuhyun polos.
“Berikan aku secangkir kopi. Aku akan mencoba mengajaknya mengobrol.”
Kyuhyun menghela nafas kesal entah karena apa. “Baiklah…”
Tak lama setelah itu, Kyuhyun memberikan secangkir kopi kental pada hyungnya. Donghae segera mendekati yeoja yang menjadi target utama dia dan adiknya hari itu.
“Annyeong… boleh aku duduk disini? Aku ingin sekali duduk di dekat jendela.” Kata Donghae sambil tersenyum ramah.
“Ah, tentu saja.” Jawab Sungmin yang kini mulai sibuk dengan kertas desainnya.
“Hei, kau mahasiswa seni?” Tanya Donghae.
Sungmin mengalihkan pandangannya pada Donghae. “Bagaimana kau tahu?”
“Beberapa lembar kertas desain itu kukira bisa menjelaskannya.” Ucap Donghae sambil menyeruput kopi hitamnya.
Sungmin terkekeh pelan. “Ya, aku mahasiswa desain grafis.”
“Hebat! Dimana?”
“Fakultas Seni dan Olahraga, Inha University.” Jelas Sungmin agak panjang.
Donghae terkejut. Ternyata yeoja ini berkuliah ditempat yang sama dengan Kyuhyun. Ia tersenyum pelan seakan ia menemukan harapan baru untuk adik semata sepupunya itu.
“Kau tahu, banyak yang menginginkan masuk Inha. Aku masih saja merasa beruntung bisa berkuliah disana meskipun ini sudah tahun ketigaku. Yah, walaupun aku sempat berhenti setahun.”
‘Ah, yeoja ini banyak bicara juga ternyata’ batin Donghae. Tapi tunggu, tahun ketiga? Berhenti satu tahun? Satu tahun itu waktu kuliah Kyuhyun yang dulu ia sia-siakan. Dan tahun ini pun tahun ketiga Kyuhyun berkuliah untuk kedua kalinya. Itu artinya dia seumuran dengan Kyuhyun! ‘Kau beruntung sekali dongsaeng evil!’ batin Donghae.
“Haha… kau memang beruntung sekali. Ah, aku lupa belum berkenalan denganmu, Lee Donghae imnida.” Ucap Donghae sambil mengulurkan tangannya ke arah Sungmin.
“Lee Sungmin imnida.” Balas Sungmin seraya menyambut tangan Donghae.
Kyuhyun benar. Sama persis. Bahkan namanya pun sama. Hanya saja…
“DIA SEUMURAN DENGANKU?!” teriak Kyuhyun saat ia duduk di depan café bersama Donghae malam harinya.
“Begitulah… Namun hal yang lain sama dengan Sungmin kita dulu. Bahkan aku merasa Sungmin kembali di tengah kita.” Kata Donghae.
Kalimat itu sungguh membuat hati Kyuhyun semakin pilu. Bagaimana tidak? Yeoja yang dicintainnya yang ia yakini sudah meninggal seperti datang kembali. Tuhan kini seakan mempermainkannya. ‘Apakah ini balasan karena kesalahanku dulu? Apakah Tuhan ingin mengujiku?’ rutuknya dalam hati.
“Kau percaya hukum Tuhan, Kyu?” Tanya Donghae tiba-tiba.
“Ani. Mwoya?” jawab Kyuhyun singkat.
Donghae menghela nafasnya sebelum mulai berbicara.
“Di dunia ini banyak orang yang mengharapkan cintanya dibalas oleh orang yang mereka cintai. Mereka bahkan rela berada disampingnya walau hanya sakit yang mereka terima. Mereka hanya tak ingin melihat orang yang mereka cintai terpuruk dan sedih. Lama sekali hal itu terjadi hingga akhirnya orang yang mereka cintai itu sadar bahwa ia sangat membutuhkan orang yang selama ini menemaninya. Namun orang-orang itu terlambat. Karena orang yang mereka butuhkan telah pergi jauh.”
“Layaknya diriku. Itu kan maksudmu, hyung?” celetuk Kyuhyun.
“Tepat! Dan apakah kau tahu, Tuhan ingin menghukum dan mengujimu sekali lagi?” Tanya Donghae.
“Maksudmu?”
Donghae tersenyum. “Percayalah, Tuhan pasti tengah mengatur semua ini. Dia ingin menghukum dan mengujimu lagi dengan mengembalikan Sungmin. Ia memberimu kesempatan untuk bertemu dengan cintamu kembali namun dengan syarat ia tak mengenal sejengkalpun dari dirimu.”
Kyuhyun mengernyit tak mengerti. Sungmin yang ditemuinya tadi siang memang tak mengenal dirinya. Namun apa iya dia Minnie noonaku yang diturunkan kembali oleh Tuhan? Entahlah.
“Ah, hyung. Dari mana kau tahu dia seumuran denganku?” Tanya Kyuhyun.
“Ini tahun ketiganya sebagai mahasiswa. Dia berhenti satu tahun sebelum kuliah. Sekarang juga tahun ketigamu dan kau juga sempat gagal satu tahun di jurusan teknikmu dulu. Berarti kalian sama, bukan?” tutur Donghae panjang lebar.
Kyuhyun mengangguk mantap. Kemudian dia bertanya lagi pada hyungnya itu, “Hyung, apakah Tuhan mengirimnya kembali agar aku bisa lebih bersyukur dan memberiku kesempatan untuk mencintainya lagi?”
“Mungkin saja.”


Cham oraenmaniran mallo
Useumyo insa haneun neo
Choeum neol mannal ttaecheorom
Nae gaseumi cheoreobsi tto ttwieo
Kkog haengbokharaneun mallo
Ulmyeonseo bonaejwonneunde
Geu mari musaekhal mankeum
Neo wae ireoke manhi yawiesso


Kyuhyun’s pov

Aku kembali menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa performing arts Inha university. Setiap paginya aku harus berangkat kuliah dan di siang hari aku mulai kerjaa part timeku. Dan disinilah aku sekarang, menemani dosenku untuk pertemuan dosen dan guru besar. Bosan, itulah yang kurasakan. Bahkan pendapatku pun tak akan menjadi bahan pertimbangan untuk mereka. Aku masih saja heran, mengapa mereka repot-repot membawa mahasiswa mereka hanya untuk pertemuan bodoh ini.
Kemudian aku memutuskan untuk keluar saja dari aula pertemuan. Entah ke toilet atau kemana sajalah asal aku tak bosan lagi. Namun baru beberapa langkah aku keluar dari ruangan itu, seseorang telah memanggilku.
“Kyuhyu-ssi?” sapa gadis itu.
“Minnie noona? Ah, maaf, Sungmin-ssi?” ucapku sedikit terbata.
Ah, mengapa dia disini?
“Kau mahasiswa Inha juga?” tanyanya.
“Ne. Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi disini. Lalu apa yang kau lakukan disini?” tanyaku mulai menginterogasinya.
“Kebetulan aku sedang menemani dosenku di pertemuan guru besar Inha.” Ucapnya.
“Wah, kita sama!”
Aku begitu senang hingga tak sadar teriakanku itu begitu keras. Orang-orang pun mengalihkan pandangannya pada kami berdua. Sungmin hanya bisa membungkuk dan meminta maaf pada mereka. Refleks aku melakukan hal yang sama.
“Kyunhyun-ssi, pelankan suaramu!” bisiknya padaku.
Aku hanya bisa menunduk malu. Aku benar-benar tak menyangka jika aku berkuliah di tempat yang sama dengan takdirku. Ah, maaf, mungkin aku terlalu berlebihan menganggap Sungmin ini takdirku. Namun begitu kan kenyataannya? Tuhan mengembalikannya lagi padaku.
Tiba-tiba saja ide brilian mampir ke otak jeniusku.
“Sungmin-ssi, apa kau bosan?” tanyaku.
“Yah, aku memang sedikit tak suka dengan pertemuan bodoh ini. Mereka sama sekali tak mendengar pendapatku, lagi pula…”
“Kalau begitu datanglah ke café. Aku akan membuatkan sesuatu yang bisa melepas bosanmu.” Kataku memotong kalimatnya.
“Jeongmal? Ah, kau baik sekali, Kyuhyun-ssi. Padahal kita baru kenal kemarin.”
Ah, aku lupa. Aku masih saja menganggap dia ini Minnie noonaku sehingga aku bersikap layaknya orang yang sudah lama mengenalnya.
“Ah, mianhae. Jika kau tak suka, kau boleh tidak datang.” Kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Kau ini bercanda! Tentu saja aku akan datang!”
.
.
Benar saja. Sungmin benar-benar datang ke café tepat pukul 2 siang. Aku baru saja akan mengolah kopiku saat ia datang.
“Annyeonghaseyo… Selamat datang di… Sungmin-ssi?!” kataku kaget melihat kedatangannya yang begitu cepat.
“Senang bisa datang lagi kemari.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Cepat sekali kau datang?”
“Kuliahku dihentikan sebelum waktunya karena dosenku ada urusan.”
Aku hanya ber-oh-ria menanggapi jawabannya.
“Jadi… Kau ingin membuatkanku apa?”
“Ah, tunggu sebentar. Silakan tunggu di meja saja.” Saranku padanya.
“Ani. Aku ingin disini saja. Aku ingin melihatmu membuatnya.”
Eh? Aneh sekali. Jarang ada pengunjung yang ingin melihatku membuat latte ataupun kopi. Ini mungkin karena mereka memang jarang melihatku yang selalu sibuk dengan bubuk putih dan hitam itu. Mereka hanya melihat Yesung hyung yang akan menyambut dan menawarkan beberapa menu pada mereka.
“Kyuhyun-ssi, sejak kapan kau bekerja disini?” tanyanya ketika aku sibuk membuatkan minuman special untuknya.
“Sejak dua tahun lalu.” Jawabku singkat.
“Ah, kau hebat sekali. Kau kuliah, tapi kau juga bekerja. Aku benar-benar iri padamu.”
Aku terkekeh pelan mendengar statementnya. Kau kagum padaku, Sungmin-ssi?
Tak lama setelah itu aku telah selesai dengan karyaku untuknya. Segera saja kuberikan gelas itu pada Sungmin.
“Voila! Affogato just for Lee Sungmin. Double shot ristretto ditambah dengan es krim vanilla dan beberapa bubuk kokoa diatasnya. Bahan utama sebenarnya adalah espresso, hanya saja aku menggantinya dengan ristretto agar tak terlalu berat untukmu.” Kataku menjelaskan.
“Wah…” Sungmin terkagum untuk beberapa saat. “Kau hebat sekali Kyuhyun-ssi. Indah dan ehmm… wangi kopinya membuatku sayang untuk meminumnya!”
Haha… Sungmin yang satu ini sungguh lucu. Mana ada pelanggan yang enggan meminum sesuatu telah dibuatkan pelayan untuknya. Dia memang agak berbeda dengan Minnie noonaku. Dia lebih ceria dari Minnie noona.
“Emmm… jinja mashita!” ucapnya setelah menyeruput beberapa sendok affogato buatanku. Dia melakukannya dengan wajah supet imutnya.
Dan…
Blushh…
Apa ini? Mengapa wajahku terasa begitu panas ketika melihat tingkah aegyonya? Ah, aku yakin sekali pipiku tengah bersemu merah saat ini. Apakah aku bisa menyukainya secepat itu?
Oh, ayolah Cho Kyuhyun… Dia bukan Minnie noonamu! Kau tidak bisa menyukainya begitu saja!
.
Besoknya Sungmin kembali berkunjung ke café setelah ia menyelesaikan kuliahnya. Namun kali ini berbeda. Ia terlihat sedikit… err… kusut?
“Sungmin-ssi, gwanchanayo?” Tanyaku padanya ketika duduk di kursi bar menghadap padaku.
“Ani… Hah, dosenku begitu menyebalkan!” katanya sambil meletakkan dagunya di meja bar.
Ish… yeoja ini sungguh manis ketika ia kusut sekalipun. Ah, ayolah Cho Kyuhyun, jangan terlena seperti ini!
Aku segera saja memberikan satu sajian kopi padanya.
“Short Macchiato. Single Shot espresso dengan uap susu diatasnya. Kuharap kau menyukainya.” Kataku sambil memberinya secangkir macchiato.
“Ah, gomawo…”
“Sekarang ceritakanlah. Apa masalahmu?”
Setelah itu Sungmin segera menceritakan masalahnya panjang lebar padaku. Tentng kuliahnya yang membosankan, tentang hasil kerjanya yang tak diterima dosennya, tentang tuduhan plagiasi karya. Banyak hal yang ia ceritakan padaku. Hingga ia menghabiskan waktu satu jam untuk menyelesaikannya.
“Aahh… sungguh menyebalkan!” itulah kalimat yang mengakhiri ceritanya.
Aku masih saja sibuk membuatkan beberapa espresso dan caffe latte untuk pengunjung lainnya. Namun bukan berarti aku tak mendengar cerita darinya. Seluruhnya aku mengerti dan aku hanya bisa tersenyum setelah mendengarnya.
“Mengapa kau tersenyum, Kyuhyun-ssi?” tanyanya.
“Tak ada. Hanya saja kau manis sekali ketika kau bercerita dengan emosimu tadi.”
Eh? Kau bilang apa Cho Kyuhyun? Tak sopan sekali dirimu?! Aku mengutuk diriku sendiri.
Kulihat kini Sungmin tengah menunduk malu karena perkataanku.
“Lalu… apakah kau akan menyerah Sungmin-ssi? Apakah kau akan diam saja?” tanyaku.
“Tentu saja tidak! Aku tak akan menyerah. Aku tak mau berlama-lama terpuruk! Aku yakin aku bisa lebih baik dari pada ini.” Ucapnya berapi-api.
Persis! Dia sama persis dengan Minnie noona! Sifat pantang menyerah yang melekat pada dirinya.
Aku tersenyum samar. “Lalu mengapa kau masih saja murung seperti itu? Tersenyumlah, kalau perlu tertawalah jika kau memang benar-benar yakin dengan dirimu. Aku pun yakin kau pasti bisa melalui semuanya. Lagipula kau akan terlihat lebih cantik jika kau tersenyum.”
Ah, kau melakukannya lagi Cho Kyuhyun! Kau, dengan tidak sopan, memujinya secara terang-terangan! Namun apa peduliku? Sungmin pun kini tengah tersenyum menuruti perkataaanku.
“Nah, begitu lebih baik, Sungmin-ssi.” Kataku.
“Gomawo. Oh ya, jangan panggil aku dengan sebutan formal itu lagi. Kau bisa memanggilku Sungmin saja atau Minnie.” Pintanya.
“Begitupun sebaliknya. Panggil aku Kyuhyun atau Kyu saja.”





TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar