<chapter 1 preview>
Terdengar
bel tanda pintu café terbuka.
“Annyeonghaseyo…
Selamat datang di kona beans.” Ucapku tanpa menatap pelanggan itu karena aku
terlalu sebuk dengan latte dan kopi yang ada di tanganku.
“Annnyeong…
Ehmm, apakah kau bisa menawarkan beberapa menu disini dan tidak berkutat dengan
bubuk-bubuk itu?”
Suara
ini…
Ya
Tuhan… Suara ini… Aku mengenalnya…
Aku
segera menatap pelanggan itu.
DEG!
“Minnie
noona?”
IT'S BEEN A WHILE
Chapter 2
“Bagaimana
kau bisa tahu nama kecilku?” katanya.
Oh,
apakah dia benar-benar Minnie noona? Apakah Tuhan sedang berbaik hati dan
mengembalikan yeoja ini padaku? Sungguh, dia benar-benar mirip Minnie noonaku.
“Hei,
kau baik-baik saja?” katanya sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku
tersadar dari lamunanku. Ah, tidak, yang benar aku tersadar dari buai wajah
manisnya.
“Eh,
iya. Mianhae. Kau ingin pesan apa Minnie noona?”
Aish…
bodoh! Mengapa aku masih memanggilnya seperti itu?!
“Kau
lucu sekali.” Katanya sambil tertawa. Manis. Sungguh, tawa ini benar-benar aku
rindukan. Mengapa dia benar-benar sama dengan Minnie noonaku?
“Sementara
ini panggil aku Sungmin saja, Cho…Kyu…hyun-ssi.” Katanya sambil mengeja
nametagku.
Aku
harus menguasai diriku. Harus!
Ku
beranikan diriku untuk bertanya namanya. “Nama lengkapmu siapa?”
“Ah,
iya. Perkenalkan, Lee Sungmin imnida.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya
padaku.
Tuhan…
Bahkan namanya persis sama!
“Aku…”
“Cho
Kyuhyun. Aku sudah tahu dari tadi.” Katanya sambil menjabat tanganku.
“Baiklah,
kau ingin pesan apa, Sungmin-ssi?” tanyaku kemudian setelah bisa menguasai
diriku.
“Entahlah.
Aku tak tahu harus memesan apa. Apakah kau bisa menawarkan sesuatu?” tanyanya.
“Kurasa
vanilla latte cocok untukmu.”
“Baiklah.”
“Silakan
duduk. Aku akan segera mengantarkannya padamu.”
Kemudian
ia tersenyum ramah padaku dan pergi ke mejanya. Oh God, senyumnya pun sama
persis dengan Minnie noonaku.
.
.
“Silakan,
ini vanilla latte anda, Sungmin-ssi.” Kataku ketika aku mengantarkan
pesanannya.
“Terimakasih,
Kyuhyun-ssi.”
Aku
segera pergi dari tempat itu sebelum pipiku bersemu merah.
‘Ah,
oraenmaniya, Minnie noona…’
Kyuhyun’s
pov end
Normal
pov
Kyuhyun
segera mengambil handphone miliknya dan mengirim pesan pada hyungnya.
From
: Evil Dongsaeng
Dia
ada disini hyung! Minnie noonaku ada disini! Di tempat yang sama denganku!~~
Donghae
yang sedari tengah sibuk dengan laporan di kantornya harus menghentikan
sementara pekerjaannya karena pesan dari dongsaengnya itu.
From
: Donghae Hyung
Aku
tahu kau gila, Kyu. Tapi aku tak tahu jika kau segila itu hingga kau bisa
berfatamorgana!
‘Ish…
Orang ini…’ kesal Kyuhyun dalam hati.
From
: Evil dongsaeng
Jinjaro!
Aku serius hyung! Datang saja ke caféku sekarang. Maka kau akan lihat keajaiban
itu!
Pesan
terakhir dari dongsaengnya benar-benar menyita perhatian Donghae. Segera saja
ia meninggalkan tempat kerjanya dan pergi menuju café tempat adik sepupunya
bekerja.
.
.
“Disana
hyung.” Kata Kyuhyun sambil menunjukkan Sungmin yang sedang duduk sambil
menyesapi vanilla lattenya.
“Ya
Tuhan… Sungmin…”
Mata
Donghae segera terbelalak lebar saat melihat yeoja imut itu. Yeoja itu persis
dengan sahabatnya yang telah meninggal 3 tahun lalu. Sahabatnya yang dicintai
oleh adiknya sampai sekarang. Lebih tepatnya adik sepupunya.
“Ah,
aku ada ide Kyu!” kata Donghae.
“Apa?”
Tanya Kyuhyun polos.
“Berikan
aku secangkir kopi. Aku akan mencoba mengajaknya mengobrol.”
Kyuhyun
menghela nafas kesal entah karena apa. “Baiklah…”
Tak
lama setelah itu, Kyuhyun memberikan secangkir kopi kental pada hyungnya. Donghae
segera mendekati yeoja yang menjadi target utama dia dan adiknya hari itu.
“Annyeong…
boleh aku duduk disini? Aku ingin sekali duduk di dekat jendela.” Kata Donghae
sambil tersenyum ramah.
“Ah,
tentu saja.” Jawab Sungmin yang kini mulai sibuk dengan kertas desainnya.
“Hei,
kau mahasiswa seni?” Tanya Donghae.
Sungmin
mengalihkan pandangannya pada Donghae. “Bagaimana kau tahu?”
“Beberapa
lembar kertas desain itu kukira bisa menjelaskannya.” Ucap Donghae sambil
menyeruput kopi hitamnya.
Sungmin
terkekeh pelan. “Ya, aku mahasiswa desain grafis.”
“Hebat!
Dimana?”
“Fakultas
Seni dan Olahraga, Inha University.” Jelas Sungmin agak panjang.
Donghae
terkejut. Ternyata yeoja ini berkuliah ditempat yang sama dengan Kyuhyun. Ia
tersenyum pelan seakan ia menemukan harapan baru untuk adik semata sepupunya
itu.
“Kau
tahu, banyak yang menginginkan masuk Inha. Aku masih saja merasa beruntung bisa
berkuliah disana meskipun ini sudah tahun ketigaku. Yah, walaupun aku sempat
berhenti setahun.”
‘Ah,
yeoja ini banyak bicara juga ternyata’ batin Donghae. Tapi tunggu, tahun
ketiga? Berhenti satu tahun? Satu tahun itu waktu kuliah Kyuhyun yang dulu ia
sia-siakan. Dan tahun ini pun tahun ketiga Kyuhyun berkuliah untuk kedua
kalinya. Itu artinya dia seumuran dengan Kyuhyun! ‘Kau beruntung sekali
dongsaeng evil!’ batin Donghae.
“Haha…
kau memang beruntung sekali. Ah, aku lupa belum berkenalan denganmu, Lee
Donghae imnida.” Ucap Donghae sambil mengulurkan tangannya ke arah Sungmin.
“Lee
Sungmin imnida.” Balas Sungmin seraya menyambut tangan Donghae.
Kyuhyun
benar. Sama persis. Bahkan namanya pun sama. Hanya saja…
“DIA
SEUMURAN DENGANKU?!” teriak Kyuhyun saat ia duduk di depan café bersama Donghae
malam harinya.
“Begitulah…
Namun hal yang lain sama dengan Sungmin kita dulu. Bahkan aku merasa Sungmin
kembali di tengah kita.” Kata Donghae.
Kalimat
itu sungguh membuat hati Kyuhyun semakin pilu. Bagaimana tidak? Yeoja yang
dicintainnya yang ia yakini sudah meninggal seperti datang kembali. Tuhan kini seakan
mempermainkannya. ‘Apakah ini balasan karena kesalahanku dulu? Apakah Tuhan
ingin mengujiku?’ rutuknya dalam hati.
“Kau
percaya hukum Tuhan, Kyu?” Tanya Donghae tiba-tiba.
“Ani.
Mwoya?” jawab Kyuhyun singkat.
Donghae
menghela nafasnya sebelum mulai berbicara.
“Di
dunia ini banyak orang yang mengharapkan cintanya dibalas oleh orang yang
mereka cintai. Mereka bahkan rela berada disampingnya walau hanya sakit yang
mereka terima. Mereka hanya tak ingin melihat orang yang mereka cintai terpuruk
dan sedih. Lama sekali hal itu terjadi hingga akhirnya orang yang mereka cintai
itu sadar bahwa ia sangat membutuhkan orang yang selama ini menemaninya. Namun
orang-orang itu terlambat. Karena orang yang mereka butuhkan telah pergi jauh.”
“Layaknya
diriku. Itu kan maksudmu, hyung?” celetuk Kyuhyun.
“Tepat!
Dan apakah kau tahu, Tuhan ingin menghukum dan mengujimu sekali lagi?” Tanya
Donghae.
“Maksudmu?”
Donghae
tersenyum. “Percayalah, Tuhan pasti tengah mengatur semua ini. Dia ingin
menghukum dan mengujimu lagi dengan mengembalikan Sungmin. Ia memberimu kesempatan
untuk bertemu dengan cintamu kembali namun dengan syarat ia tak mengenal
sejengkalpun dari dirimu.”
Kyuhyun
mengernyit tak mengerti. Sungmin yang ditemuinya tadi siang memang tak mengenal
dirinya. Namun apa iya dia Minnie noonaku yang diturunkan kembali oleh Tuhan?
Entahlah.
“Ah,
hyung. Dari mana kau tahu dia seumuran denganku?” Tanya Kyuhyun.
“Ini
tahun ketiganya sebagai mahasiswa. Dia berhenti satu tahun sebelum kuliah.
Sekarang juga tahun ketigamu dan kau juga sempat gagal satu tahun di jurusan teknikmu
dulu. Berarti kalian sama, bukan?” tutur Donghae panjang lebar.
Kyuhyun
mengangguk mantap. Kemudian dia bertanya lagi pada hyungnya itu, “Hyung, apakah
Tuhan mengirimnya kembali agar aku bisa lebih bersyukur dan memberiku
kesempatan untuk mencintainya lagi?”
“Mungkin
saja.”
Cham
oraenmaniran mallo
Useumyo insa
haneun neo
Choeum neol
mannal ttaecheorom
Nae gaseumi
cheoreobsi tto ttwieo
Kkog
haengbokharaneun mallo
Ulmyeonseo
bonaejwonneunde
Geu mari
musaekhal mankeum
Neo wae ireoke
manhi yawiesso
Kyuhyun’s
pov
Aku
kembali menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa performing arts Inha
university. Setiap paginya aku harus berangkat kuliah dan di siang hari aku
mulai kerjaa part timeku. Dan disinilah aku sekarang, menemani dosenku untuk
pertemuan dosen dan guru besar. Bosan, itulah yang kurasakan. Bahkan pendapatku
pun tak akan menjadi bahan pertimbangan untuk mereka. Aku masih saja heran,
mengapa mereka repot-repot membawa mahasiswa mereka hanya untuk pertemuan bodoh
ini.
Kemudian
aku memutuskan untuk keluar saja dari aula pertemuan. Entah ke toilet atau
kemana sajalah asal aku tak bosan lagi. Namun baru beberapa langkah aku keluar
dari ruangan itu, seseorang telah memanggilku.
“Kyuhyu-ssi?”
sapa gadis itu.
“Minnie
noona? Ah, maaf, Sungmin-ssi?” ucapku sedikit terbata.
Ah,
mengapa dia disini?
“Kau
mahasiswa Inha juga?” tanyanya.
“Ne.
Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi disini. Lalu apa yang kau lakukan
disini?” tanyaku mulai menginterogasinya.
“Kebetulan
aku sedang menemani dosenku di pertemuan guru besar Inha.” Ucapnya.
“Wah,
kita sama!”
Aku
begitu senang hingga tak sadar teriakanku itu begitu keras. Orang-orang pun
mengalihkan pandangannya pada kami berdua. Sungmin hanya bisa membungkuk dan
meminta maaf pada mereka. Refleks aku melakukan hal yang sama.
“Kyunhyun-ssi,
pelankan suaramu!” bisiknya padaku.
Aku
hanya bisa menunduk malu. Aku benar-benar tak menyangka jika aku berkuliah di
tempat yang sama dengan takdirku. Ah, maaf, mungkin aku terlalu berlebihan
menganggap Sungmin ini takdirku. Namun begitu kan kenyataannya? Tuhan
mengembalikannya lagi padaku.
Tiba-tiba
saja ide brilian mampir ke otak jeniusku.
“Sungmin-ssi,
apa kau bosan?” tanyaku.
“Yah,
aku memang sedikit tak suka dengan pertemuan bodoh ini. Mereka sama sekali tak
mendengar pendapatku, lagi pula…”
“Kalau
begitu datanglah ke café. Aku akan membuatkan sesuatu yang bisa melepas
bosanmu.” Kataku memotong kalimatnya.
“Jeongmal?
Ah, kau baik sekali, Kyuhyun-ssi. Padahal kita baru kenal kemarin.”
Ah,
aku lupa. Aku masih saja menganggap dia ini Minnie noonaku sehingga aku
bersikap layaknya orang yang sudah lama mengenalnya.
“Ah,
mianhae. Jika kau tak suka, kau boleh tidak datang.” Kataku sambil menggaruk
kepalaku yang tidak gatal.
“Kau
ini bercanda! Tentu saja aku akan datang!”
.
.
Benar
saja. Sungmin benar-benar datang ke café tepat pukul 2 siang. Aku baru saja
akan mengolah kopiku saat ia datang.
“Annyeonghaseyo…
Selamat datang di… Sungmin-ssi?!” kataku kaget melihat kedatangannya yang
begitu cepat.
“Senang
bisa datang lagi kemari.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Cepat
sekali kau datang?”
“Kuliahku
dihentikan sebelum waktunya karena dosenku ada urusan.”
Aku
hanya ber-oh-ria menanggapi jawabannya.
“Jadi…
Kau ingin membuatkanku apa?”
“Ah,
tunggu sebentar. Silakan tunggu di meja saja.” Saranku padanya.
“Ani.
Aku ingin disini saja. Aku ingin melihatmu membuatnya.”
Eh?
Aneh sekali. Jarang ada pengunjung yang ingin melihatku membuat latte ataupun
kopi. Ini mungkin karena mereka memang jarang melihatku yang selalu sibuk
dengan bubuk putih dan hitam itu. Mereka hanya melihat Yesung hyung yang akan
menyambut dan menawarkan beberapa menu pada mereka.
“Kyuhyun-ssi,
sejak kapan kau bekerja disini?” tanyanya ketika aku sibuk membuatkan minuman
special untuknya.
“Sejak
dua tahun lalu.” Jawabku singkat.
“Ah,
kau hebat sekali. Kau kuliah, tapi kau juga bekerja. Aku benar-benar iri
padamu.”
Aku
terkekeh pelan mendengar statementnya. Kau kagum padaku, Sungmin-ssi?
Tak
lama setelah itu aku telah selesai dengan karyaku untuknya. Segera saja
kuberikan gelas itu pada Sungmin.
“Voila!
Affogato just for Lee Sungmin. Double shot ristretto ditambah dengan es krim
vanilla dan beberapa bubuk kokoa diatasnya. Bahan utama sebenarnya adalah
espresso, hanya saja aku menggantinya dengan ristretto agar tak terlalu berat
untukmu.” Kataku menjelaskan.
“Wah…”
Sungmin terkagum untuk beberapa saat. “Kau hebat sekali Kyuhyun-ssi. Indah dan
ehmm… wangi kopinya membuatku sayang untuk meminumnya!”
Haha…
Sungmin yang satu ini sungguh lucu. Mana ada pelanggan yang enggan meminum sesuatu
telah dibuatkan pelayan untuknya. Dia memang agak berbeda dengan Minnie
noonaku. Dia lebih ceria dari Minnie noona.
“Emmm…
jinja mashita!” ucapnya setelah menyeruput beberapa sendok affogato buatanku.
Dia melakukannya dengan wajah supet imutnya.
Dan…
Blushh…
Apa
ini? Mengapa wajahku terasa begitu panas ketika melihat tingkah aegyonya? Ah,
aku yakin sekali pipiku tengah bersemu merah saat ini. Apakah aku bisa
menyukainya secepat itu?
Oh,
ayolah Cho Kyuhyun… Dia bukan Minnie noonamu! Kau tidak bisa menyukainya begitu
saja!
.
Besoknya
Sungmin kembali berkunjung ke café setelah ia menyelesaikan kuliahnya. Namun
kali ini berbeda. Ia terlihat sedikit… err… kusut?
“Sungmin-ssi,
gwanchanayo?” Tanyaku padanya ketika duduk di kursi bar menghadap padaku.
“Ani…
Hah, dosenku begitu menyebalkan!” katanya sambil meletakkan dagunya di meja
bar.
Ish…
yeoja ini sungguh manis ketika ia kusut sekalipun. Ah, ayolah Cho Kyuhyun,
jangan terlena seperti ini!
Aku
segera saja memberikan satu sajian kopi padanya.
“Short
Macchiato. Single Shot espresso dengan uap susu diatasnya. Kuharap kau
menyukainya.” Kataku sambil memberinya secangkir macchiato.
“Ah,
gomawo…”
“Sekarang
ceritakanlah. Apa masalahmu?”
Setelah
itu Sungmin segera menceritakan masalahnya panjang lebar padaku. Tentng
kuliahnya yang membosankan, tentang hasil kerjanya yang tak diterima dosennya,
tentang tuduhan plagiasi karya. Banyak hal yang ia ceritakan padaku. Hingga ia
menghabiskan waktu satu jam untuk menyelesaikannya.
“Aahh…
sungguh menyebalkan!” itulah kalimat yang mengakhiri ceritanya.
Aku
masih saja sibuk membuatkan beberapa espresso dan caffe latte untuk pengunjung
lainnya. Namun bukan berarti aku tak mendengar cerita darinya. Seluruhnya aku
mengerti dan aku hanya bisa tersenyum setelah mendengarnya.
“Mengapa
kau tersenyum, Kyuhyun-ssi?” tanyanya.
“Tak
ada. Hanya saja kau manis sekali ketika kau bercerita dengan emosimu tadi.”
Eh?
Kau bilang apa Cho Kyuhyun? Tak sopan sekali dirimu?! Aku mengutuk diriku
sendiri.
Kulihat
kini Sungmin tengah menunduk malu karena perkataanku.
“Lalu…
apakah kau akan menyerah Sungmin-ssi? Apakah kau akan diam saja?” tanyaku.
“Tentu
saja tidak! Aku tak akan menyerah. Aku tak mau berlama-lama terpuruk! Aku yakin
aku bisa lebih baik dari pada ini.” Ucapnya berapi-api.
Persis!
Dia sama persis dengan Minnie noona! Sifat pantang menyerah yang melekat pada
dirinya.
Aku
tersenyum samar. “Lalu mengapa kau masih saja murung seperti itu? Tersenyumlah,
kalau perlu tertawalah jika kau memang benar-benar yakin dengan dirimu. Aku pun
yakin kau pasti bisa melalui semuanya. Lagipula kau akan terlihat lebih cantik
jika kau tersenyum.”
Ah,
kau melakukannya lagi Cho Kyuhyun! Kau, dengan tidak sopan, memujinya secara
terang-terangan! Namun apa peduliku? Sungmin pun kini tengah tersenyum menuruti
perkataaanku.
“Nah,
begitu lebih baik, Sungmin-ssi.” Kataku.
“Gomawo.
Oh ya, jangan panggil aku dengan sebutan formal itu lagi. Kau bisa memanggilku
Sungmin saja atau Minnie.” Pintanya.
“Begitupun
sebaliknya. Panggil aku Kyuhyun atau Kyu saja.”
TBC

Tidak ada komentar:
Posting Komentar