“Mianhae,
tapi aku bukan Minnie noonamu. Tolong jangan mempermainkanku, Kyuhyun-ssi.”
Lirihnya sambil terisak.
Mwo?
Aku sama sekali tak pernah mempermainkannya!
“Terimakasih
telah menemaniku hari ini. Aku permisi.” Katanya mengakhiri pertemuan kami hari
itu karena setelah itu ia pergi meninggalkanku terduduk sendiri.
Inikah
kelemahanku? Bahkan aku tak sanggup untuk mengejarnya. Terkutuk kau Cho
Kyuhyun! Dasar namja bodoh!
IT'S BEEN A WHILE
Chapter 4 - END
Setelah
kejadian itu Sungmin tak pernah datang lagi ke café. Aku sungguh menyesal
dengan tindakan bodohku itu. Aku juga tak pernah melihat Sungmin ketika aku
kuliah. Dia benar-benar menghilang. Bahkan ini sudah minggu ketiganya tak
muncul dihadapanku. Sungguh, aku merindukannya.
“Sudah
kukatakan, mereka dua orang yang berbeda.” Ucap Donghae hyung ketika ia
berkunjung ke apartemenku.
“Tapi
aku tak mempermainkannya, hyung!” sanggahku.
“Jelas-jelas
kau mempermainkannya. Kau membawanya ke makam Sungmin, lalu kau cerita padanya
kalau kau mencintai Sungmin dan terakhir kau malah menciumnya. Jika aku jadi
dirinya mungkin aku akan membunuhmu bukan hanya menamparmu!” kata Dongahe hyung
pedas.
“Sejahat
itukah aku? Aku melakukannya begitu saja, hyung. Dan mungkin memang aku mulai
menyukai Minnie sehingga aku bisa menciumnya seperti itu.”
“Tidak.
Kau tidak akan menyukainya jika kau masih saja menganggap Sungmin yang sekarang
Minnie noonamu yang telah meninggal.”
“Maksudmu
hyung?”
“Cintailah
dia sebagai Lee Sungmin yang kau kenal sekarang. Bukan Lee Sungmin yang telah
pergi. Ia pun tak ingin hanya menjadi bayang-bayang Minnie noonamu. Dan
menurutku dengan perlakuannya padamu kemarin, sepertinya ia menyukaimu. Hanya
saja kau malah menyia-nyiakannya. Kau bertindak bodoh lagi, Cho Kyuhyun!”
Ah,
penjelasan Donghae hyung ini semakin membuatku pusing. Namun aku mengerti semua
salahku. Namja jenius sekaligus bodoh sepertiku memang telah berbuat dosa.
Membuat orang yang mulai kucintai menangis. Dan kini, ia malah menghilang dari
pandanganku.
Butjabeul geol
geuraetnabwa
Naega deo
saranghanda malhal geol
Gajin gae neomu
eobseo, jul gae neomu eobseo
Andwaeneun jul
arasseo
Gidaril geol
geuraetnabwa
Naega doraol
jul aratdamyeon
Honjaga anin
nara neol jabeul su eobseo
Babo gatjiman
mianhae
Na dasi neol bo
bonaelgae
Sungguh,
aku sungguh merindukannya. Jujur, memang aku mulai mencintainya. Dan kupastikan
ini bukan karena dia sama dengan Minnie noona. Sejak kesalahanku di taman
pemakaman itu, aku sadar bahwa aku tak boleh menganggapnya Minnie noonaku lagi.
Lalu semakin hari aku semakin merindukannya. Dan kini aku tersiksa karena aku
tak bisa untuk sekadar melihat senyum atau tawanya.
Hari
ini aku kembali bekerja di café seperti biasa. Aku kini lebih sering berkutat
di dapur café. Aku bahkan tak ingin bertatap muka langsung dengan pelanggan. Aku
takut mereka akan tersinggung dengan ekspresi wajahku yang begitu muram.
Kyuhyun’s
pov end
Normal
pov
Sementara
Kyuhyun masih berkutat dengan kopi, latte dan beberapa kue di dapur, Yesung
tetap menyambut pelanggan seperti biasa.
Klingg
Salah
satu pelanggan memasuki café itu. Seorang yeoja imut yang biasanya disambut
oleh Kyuhyun. Namun hari ini tidak. Melainkan Yesung yang ditemui yeoja itu.
Jelas hal itu membuatnya sedikit kecewa.
“Annyeonghaseyo…
Selamat datang di kona beans.” Sapa Yseung pada yeoja itu.
“Ah
maaf, Kyuhyun-ssi tidak bekerja hari ini?” Tanya yeoja itu yang diyakini
bernama Lee Sungmin.
“Dia
bekerja. Hanya saja dia di dapur. Bisa kupanggilkan…”
“Ah,
ani. Tolong sampaikan pesanku saja. Aku hanya ingin berpamitan padanya. Aku
akan berangkat ke Jepang jam 3 sore ini. Tolong sampaikan maafku juga padanya.”
Ucap Sungmin.
Yesung
memandang aneh dengan yeoja dihadapannya ini. “Kau yakin tak ingin menemuinya
saja?”
“Tidak
perlu. Tolong nanti kau sampaikan saja.” Jawab Sungmin singkat.
“Baiklah.
Lalu aku harus menyampaikan pesan dari nona siapa?” Tanya yesung.
“Ah,
berikan saja ini padanya.”
Sungmin
memberikan segulung kertas sketsa pada Yesung. Walaupun tak mengerti, Yesung
tetap mengambil kertas itu dan menyimpannya.
“Keurae.
Aku akan menyampaikannya.”
“Gamsahamnida.
Aku permisi.”
.
.
Kyuhyun’s
pov
Siang
itu Donghae hyung datang ke café. Hal itu membuatku mau tak mau harus keluar
dari dapur dan menemaninya di meja bar. Walaupun sebenarnya aku enggan sekali
melakukan hal itu.
“Mengapa
kau datang saat jam kerja, hyung?” tanyaku padanya.
“Semua
laporanku telah selesai dan tak ada pilihan lain lagi selain datang ke café ini
dan menamani adikku yang tengah depresi.” Ucapnya sambil tertawa.
“Ya!
Sepertinya kau senang sekali melihatku seperti ini!” bentakku.
“Kyuhyun
ah.” Panggil Yesung hyung padaku.
“Ne?”
“Tadi
seorang yeoja meminta tolong padaku untuk menyampaikan beberapa pesan padamu.”
Kata Yesung hyung sambil merapikan beberapa gelas dan cangkir di meja bar.
Seorang
yeoja? Pesan?
“Pesan
apa hyung?”
“Katanya
dia hanya ingin berpamitan padamu karena dia akan berangkat ke Jepang jam 3
sore ini. Dia juga ingin meminta maaf padamu entah karena apa.”
Tunggu…
jangan-jangan…
“Ah,
iya. Dia juga memintaku untuk menyerahkan ini padamu.” Lanjut Yesung hyung.
Kemudian
ia memberiku segulung kertas sketsa yang diambilnya dari nakas penyimpanan.
Sungguh, perasaanku mengatakan ini bukan hal yang baik.
“Gyeongbokgung?”
kataku tiba-tiba saat membuka gulungan kertas sketsa itu.
Ya
Tuhan! Minnie!
Donghae
hyung yang sepertinya mengerti keadaanku langsung saja berkata, “Kejarlah, kau
tak ingin terlambat untuk yang kedua kalinya kan?”
“Hyung,
ini jam berapa?” tanyaku gugup pada kedua hyungdeul yang ada di depanku.
“Jam
2.45.” jawab Yesung hyung.
Sial!
Aku hanya punya waktu 15 menit untuk mengejarnya. Kumohon Minnie, jangan pergi.
“Hyung,
boleh aku pinjam mobilmu?” pintaku pada Donghae hyung.
“Tentu
saja.” Katanya sambil meletakkan sebuah kunci mobil di atas meja bar.
Tanpa
pikir panjang aku segera mengambil kunci mobil dan keluar dari café. Aku tak
peduli apa yang dipikirkan orang lain tentang cara mengemudiku. Mungkin mereka
menganggap diriku ini pengemudi yang gila. Memang aku gila. Aku gila karenaa
terlalu takut kehilangan cintaku untuk kedua kalinya.
Aku
memarkir mobil itu tak jelas di depan pintu masuk bandara Incheon. Tak peduli
dengan keadaan mobil atau petugas bandara yang meneriakiku karena parker tak
beraturan. Masa bodoh dengan semua itu. Kini aku hanya akan mengejar minnieku.
Ya, inilah nasibku. Aku kembali harus mengejar cintaku sebelum dia pergi jauh
dariku.
Aku
berlarian mengelilingi bandara super besar itu. Sesekali aku melirik jam
tanganku. Sial! Jam 3.05. Aku benar-benar terlambat. Jantungku berdetak tak
beraturan. Sungguh, aku benar-benar takut kehilangannya. Jadi kuputuskan untuk
mencari sumber informasinya. Tiba-tiba saja ide jenius itu muncul di otakku.
Setelah aku menemukan tempat itu, segera saja aku meminta ijin petugas disana.
Tak mudah bagiku untuk meyakinkan petugas disana. Dan akhirnya…
Kyuhyun’s
pov end
Sungmin’s
pov
“LEE
SUNGMIN, JEONGMAL MIANHAEYO! SARANGHANDA!”
Suara
ini…
Aku
baru saja keluar dari kamar mandi bandara Incheon ketika aku mendengar suaranya
yang menggelegar di seluruh bandara. Apa-apaan ini?
Tak
lama setelah itu aku melihat seorang namja berlari kearahku. Namja yang begitu
kukenal. Namja yang begitu kurindukan.
“Kyuhyun?”
Dia
berhenti beberapa meter di depanku dan menatapku dalam. Kulihat kesedihan
sekaligus kelegaan diwajahnya. Lalu ia berjalan kearahku dan segera membawaku dalam
pelukan hangatnya.
“Kau
bukan Minnie noonaku. Dan aku tetap mencintaimu. Jeongmal saranghae, Minnie
ah.”
Wajahku
terasa sangat panas. Tanpa kukomando, air mataku jatuh begitu saja. Bahagia.
Ya, itu air mata bahagia. Dan aku menangis dalam pelukannya.
Ia
melepas pelukan itu, meraih kedua pipiku dengan telapak tangannya dan menatapku
lekat-lekat. “Katakan nado, jebal!”
Aku
pun mengangguk sambil masih terisak. “Nado. Nado saranghae, Kyuhyun ah.”
Selanjutnya
ia mendekatkan wajahnya padaku danmembawaku pada ciuman panjangnya. Dengan
senang hati kubalas ciuman itu. Sesekali ia melumat bibirku lembut. Aku hanya
bisa menurut padanya. Kini aku sungguh bahagia.
.
.
Jepang,
pukul 10.00 p.m.
Ddrrt…ddrrt…
Handphoneku
berbunyi lagi untuk keempat kalinya sejak kutinggal mandi tadi. Segera saja
kuambil benda pink itu dan membuka empat pesan yang belum terbaca olehku.
From
: Kyuhyunnie
Minnie,
kau sudah sampai di Jepang?
From
: Kyuhyunnie
Chagi,
kau baik-baik saja? Mengapa kau tidak membalas pesanku? Kau sudah makan?
From
: Kyuhyunnie
Minnie
Chagi, kau kemana saja?!
From
: Kyuhyunnie
Ya!
Cepat balas pesanku! Kau membuatku gila!
Aku
tersenyum membaca semua pesan darinya. Lucu sekali. Jika saja dia ada di
hadapanku sekarang mungkin aku sudah mencubit pipi tembemnya berkali-kali.
To
: Kyuhyunnie
Mianhae,
aku baru saja mandi. Aku tak tahu kalau kau mengirimiku pesan sebanyak itu. Aku
sudah makan. Kuharap kau juga makan dengan baik disitu.
Send.
Baiklah.
Kita tunggu apa balasan darinya. Tak butuh waktu lama untuk menunggu karena
semenit kemudian ia telah membalas pesan itu.
From
: Kyuhyunnie
Tentu
saja aku makan dengan baik. Aku tak ingin berubah kurus ketika kau pulang
nanti. Dan kau jahat sekali!
To
: Kyuhyunnie
Jahat?
Jahat bagaimana?
From
: Kyuhyunnie
Kau
meninggalkanku! Tega sekali kau meninggalkan namja tampan yang sangat
mencintaimu ini.
Ish…
Namja ini manja sekali. Tapi aku menyukainya!
To
: Kyuhyunnie
Jeongmal
mianhae. Aku harus menerima beasiswa itu. Tunggu aku pulang ne?
From
: Kyuhyunnie
Keurae.
Kau jangan tertarik namja lain disana!
Jadilah
malam itu kami saling berkirim pesan hingga akhirnya aku tertidur entah pukul
berapa.
Sungmin’s
pov end
Mollabol geol
geuraetnabwa
Neol darmeun
saramiji geuraesso
Ne ape inneun
neoreul, aesseo utneun neoreul
Ana jul sudo
eomneunde
Seuchyeogal
geol geuratnabwa
Gogae dollijil
mal geol geuraesseo
Meoreojyeo
ganeun neorul nan jabeulsu eobseo
Dasi hanbeon
deo butakhae
Naboda deo
haengbokhae
1
Tahun Kemudian
Kyuhyun’s
pov
Disinilah
aku sekarang. Setelah menunggu lama, aku kembali lagi ke tempat dimana aku
mengejar Sungmin satu tahun yang lalu. Dan beberapa menit lagi, aku akan
melihatnya. Melihat senyumnya, melihat tawanya kembali.
Setelah
itu, aku melihat seorang yeoja keluar dari gate 3 bandara Incheon yang menandakan
semua penumpang itu baru saja dari Jepang. Yeoja manis itu terlihat mencari
seseorang. Dan aku tahu pasti siapa orang yang dicarinya. Segera saja aku
mendekatinya sambil membawa buket bunga mawar yang sudah kubeli sebelum sampai
di bandara. Aku berdiri di belakang yeoja itu dan menyerahkan bunga mawar tepat
di wajahnya.
“Selamat
datang kembali di Korea, chagi.”
“Kyuhyun
ah?” Ia segera mengahmbur ke pelukanku. “Jeongmal bogoshipeoyo!”
“Nado,
chagiya.” Lirihku.
.
.
“Kyuhyun
ah, bisakah kita ke suatu tempat sebelum kita pulang?” tanyanya ketika kami
sedang berada di mobil Donghae hyung yang kupinjam hari ini.
Aneh
sekali yeoja satu ini. Apa dia tak lelah setelah menempuh perjalanan sejauh
itu?
“Kau mau kemana?”
“Aku ingin bertemu Sungmin eonni.”
Mwo?
“Chagiya,
sudahlah. Aku tak ingin mempermasalahkan itu lagi.” Kataku mencegahnya untuk
bertindak bodoh.
“Ani
kyu. Bukan itu yang ku maksud. Bawa saja aku ke sana. Jebaaall…” pintanya
sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dan berkedip-kedip padaku.
“Aish,
baiklah. Tapi hentikan tingkah aegyomu itu. Kau membuatku tak tahan untuk
menciummu!”
“Mwo?!”
Haha…
Kurasa wajahnya benar-benar seperti kepiting rebus kali ini. Aku tak peduli.
Lagipula menggodanya adalah suatu kesenangan tersendiri untukku. Aku terus saja
memacu mobil ini hingga kami sampai di pemakaman pusat Seoul.
Ketika
kami sampai di depan pusara Minnie noona dia segera memberinya hormat secara
formal. Hah? Ada apa dengan yeoja ini?
“Eonni…”
katanya tiba-tiba sambil menatap pusara itu.
“Mianhae
eonni, aku seperti mengambil Kyuhyun darimu. Tapi tenang saja, aku akan
menjaganya untukmu. Apapun yang terjadi aku tak akan meninggalkannya. Kau
percaya padaku kan, eonni?”
Mwo?
Dia bisa berkata seperti itu setelah kejadian setahun yang lalu? Entah mengapa
aku begitu terharu saat ini. Ya Tuhan, terimakasih kau telah memberiku malaikat
sepertinya.
“Kau
tak menjawabnya, eonni. Kuanggap itu jawaban iya!” katanya ceria.
Aku
segera menggandeng tangannya. Kulihat dia begitu terkejut atas perlakuanku itu.
“Mianhae
noona, sepertinya aku lebih mencintai Sungmin yang ada disampingku.” Kataku
pada pusara Minnie noona.
Langsung
saja kubalikkan badan Sungmin agar menghadap padaku. Tak perlu aku meminta
ijinnya langsung saja kudekatkan wajahku padanya.
“Kyu,
apa yang kau… ehmmp…”
Aku
membekap bibirnya dengan bibirku. Tak hanya menempel, aku juga melumat bibir M
itu. Merasakan bibir plumpnya yang begitu manis. Sungmin sempat berontak. Aku
pun melepasnya sesaat.
“Kyu,
ini di… “
“Diamlah.”
Lalu
kulanjutkan lagi ciumanku tadi. Kurasakan Sungmin mulai menyambut ciumanku.
Hah… Mungkin Tuhan akan melaknatku kali ini. Karena aku telah berani berciuman
di pemakaman. Biarlah… Apa peduliku? Yang penting Sungmin telah jadi milikku
kini.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar