Kamis, 22 November 2012

FF - It's been A While (chapter 4 - END)

<chapter 3 preview>


“Mianhae, tapi aku bukan Minnie noonamu. Tolong jangan mempermainkanku, Kyuhyun-ssi.” Lirihnya sambil terisak.
Mwo? Aku sama sekali tak pernah mempermainkannya!
“Terimakasih telah menemaniku hari ini. Aku permisi.” Katanya mengakhiri pertemuan kami hari itu karena setelah itu ia pergi meninggalkanku terduduk sendiri.
Inikah kelemahanku? Bahkan aku tak sanggup untuk mengejarnya. Terkutuk kau Cho Kyuhyun! Dasar namja bodoh!


IT'S BEEN A WHILE
 
Chapter 4 - END 
 
 
Setelah kejadian itu Sungmin tak pernah datang lagi ke café. Aku sungguh menyesal dengan tindakan bodohku itu. Aku juga tak pernah melihat Sungmin ketika aku kuliah. Dia benar-benar menghilang. Bahkan ini sudah minggu ketiganya tak muncul dihadapanku. Sungguh, aku merindukannya.
“Sudah kukatakan, mereka dua orang yang berbeda.” Ucap Donghae hyung ketika ia berkunjung ke apartemenku.
“Tapi aku tak mempermainkannya, hyung!” sanggahku.
“Jelas-jelas kau mempermainkannya. Kau membawanya ke makam Sungmin, lalu kau cerita padanya kalau kau mencintai Sungmin dan terakhir kau malah menciumnya. Jika aku jadi dirinya mungkin aku akan membunuhmu bukan hanya menamparmu!” kata Dongahe hyung pedas.
“Sejahat itukah aku? Aku melakukannya begitu saja, hyung. Dan mungkin memang aku mulai menyukai Minnie sehingga aku bisa menciumnya seperti itu.”
“Tidak. Kau tidak akan menyukainya jika kau masih saja menganggap Sungmin yang sekarang Minnie noonamu yang telah meninggal.”
“Maksudmu hyung?”
“Cintailah dia sebagai Lee Sungmin yang kau kenal sekarang. Bukan Lee Sungmin yang telah pergi. Ia pun tak ingin hanya menjadi bayang-bayang Minnie noonamu. Dan menurutku dengan perlakuannya padamu kemarin, sepertinya ia menyukaimu. Hanya saja kau malah menyia-nyiakannya. Kau bertindak bodoh lagi, Cho Kyuhyun!”
Ah, penjelasan Donghae hyung ini semakin membuatku pusing. Namun aku mengerti semua salahku. Namja jenius sekaligus bodoh sepertiku memang telah berbuat dosa. Membuat orang yang mulai kucintai menangis. Dan kini, ia malah menghilang dari pandanganku.

Butjabeul geol geuraetnabwa
Naega deo saranghanda malhal geol
Gajin gae neomu eobseo, jul gae neomu eobseo
Andwaeneun jul arasseo
Gidaril geol geuraetnabwa
Naega doraol jul aratdamyeon
Honjaga anin nara neol jabeul su eobseo
Babo gatjiman mianhae
Na dasi neol bo bonaelgae

Sungguh, aku sungguh merindukannya. Jujur, memang aku mulai mencintainya. Dan kupastikan ini bukan karena dia sama dengan Minnie noona. Sejak kesalahanku di taman pemakaman itu, aku sadar bahwa aku tak boleh menganggapnya Minnie noonaku lagi. Lalu semakin hari aku semakin merindukannya. Dan kini aku tersiksa karena aku tak bisa untuk sekadar melihat senyum atau tawanya.
Hari ini aku kembali bekerja di café seperti biasa. Aku kini lebih sering berkutat di dapur café. Aku bahkan tak ingin bertatap muka langsung dengan pelanggan. Aku takut mereka akan tersinggung dengan ekspresi wajahku yang begitu muram.
Kyuhyun’s pov end

Normal pov

Sementara Kyuhyun masih berkutat dengan kopi, latte dan beberapa kue di dapur, Yesung tetap menyambut pelanggan seperti biasa.
Klingg
Salah satu pelanggan memasuki café itu. Seorang yeoja imut yang biasanya disambut oleh Kyuhyun. Namun hari ini tidak. Melainkan Yesung yang ditemui yeoja itu. Jelas hal itu membuatnya sedikit kecewa.
“Annyeonghaseyo… Selamat datang di kona beans.” Sapa Yseung pada yeoja itu.
“Ah maaf, Kyuhyun-ssi tidak bekerja hari ini?” Tanya yeoja itu yang diyakini bernama Lee Sungmin.
“Dia bekerja. Hanya saja dia di dapur. Bisa kupanggilkan…”
“Ah, ani. Tolong sampaikan pesanku saja. Aku hanya ingin berpamitan padanya. Aku akan berangkat ke Jepang jam 3 sore ini. Tolong sampaikan maafku juga padanya.” Ucap Sungmin.
Yesung memandang aneh dengan yeoja dihadapannya ini. “Kau yakin tak ingin menemuinya saja?”
“Tidak perlu. Tolong nanti kau sampaikan saja.” Jawab Sungmin singkat.
“Baiklah. Lalu aku harus menyampaikan pesan dari nona siapa?” Tanya yesung.
“Ah, berikan saja ini padanya.”
Sungmin memberikan segulung kertas sketsa pada Yesung. Walaupun tak mengerti, Yesung tetap mengambil kertas itu dan menyimpannya.
“Keurae. Aku akan menyampaikannya.”
“Gamsahamnida. Aku permisi.”
.
.
Kyuhyun’s pov

Siang itu Donghae hyung datang ke café. Hal itu membuatku mau tak mau harus keluar dari dapur dan menemaninya di meja bar. Walaupun sebenarnya aku enggan sekali melakukan hal itu.
“Mengapa kau datang saat jam kerja, hyung?” tanyaku padanya.
“Semua laporanku telah selesai dan tak ada pilihan lain lagi selain datang ke café ini dan menamani adikku yang tengah depresi.” Ucapnya sambil tertawa.
“Ya! Sepertinya kau senang sekali melihatku seperti ini!” bentakku.
“Kyuhyun ah.” Panggil Yesung hyung padaku.
“Ne?”
“Tadi seorang yeoja meminta tolong padaku untuk menyampaikan beberapa pesan padamu.” Kata Yesung hyung sambil merapikan beberapa gelas dan cangkir di meja bar.
Seorang yeoja? Pesan?
“Pesan apa hyung?”
“Katanya dia hanya ingin berpamitan padamu karena dia akan berangkat ke Jepang jam 3 sore ini. Dia juga ingin meminta maaf padamu entah karena apa.”
Tunggu… jangan-jangan…
“Ah, iya. Dia juga memintaku untuk menyerahkan ini padamu.” Lanjut Yesung hyung.
Kemudian ia memberiku segulung kertas sketsa yang diambilnya dari nakas penyimpanan. Sungguh, perasaanku mengatakan ini bukan hal yang baik.
“Gyeongbokgung?” kataku tiba-tiba saat membuka gulungan kertas sketsa itu.
Ya Tuhan! Minnie!
Donghae hyung yang sepertinya mengerti keadaanku langsung saja berkata, “Kejarlah, kau tak ingin terlambat untuk yang kedua kalinya kan?”
“Hyung, ini jam berapa?” tanyaku gugup pada kedua hyungdeul yang ada di depanku.
“Jam 2.45.” jawab Yesung hyung.
Sial! Aku hanya punya waktu 15 menit untuk mengejarnya. Kumohon Minnie, jangan pergi.
“Hyung, boleh aku pinjam mobilmu?” pintaku pada Donghae hyung.
“Tentu saja.” Katanya sambil meletakkan sebuah kunci mobil di atas meja bar.
Tanpa pikir panjang aku segera mengambil kunci mobil dan keluar dari café. Aku tak peduli apa yang dipikirkan orang lain tentang cara mengemudiku. Mungkin mereka menganggap diriku ini pengemudi yang gila. Memang aku gila. Aku gila karenaa terlalu takut kehilangan cintaku untuk kedua kalinya.
Aku memarkir mobil itu tak jelas di depan pintu masuk bandara Incheon. Tak peduli dengan keadaan mobil atau petugas bandara yang meneriakiku karena parker tak beraturan. Masa bodoh dengan semua itu. Kini aku hanya akan mengejar minnieku. Ya, inilah nasibku. Aku kembali harus mengejar cintaku sebelum dia pergi jauh dariku.
Aku berlarian mengelilingi bandara super besar itu. Sesekali aku melirik jam tanganku. Sial! Jam 3.05. Aku benar-benar terlambat. Jantungku berdetak tak beraturan. Sungguh, aku benar-benar takut kehilangannya. Jadi kuputuskan untuk mencari sumber informasinya. Tiba-tiba saja ide jenius itu muncul di otakku. Setelah aku menemukan tempat itu, segera saja aku meminta ijin petugas disana. Tak mudah bagiku untuk meyakinkan petugas disana. Dan akhirnya…
Kyuhyun’s pov end

Sungmin’s pov

“LEE SUNGMIN, JEONGMAL MIANHAEYO! SARANGHANDA!”
Suara ini…
Aku baru saja keluar dari kamar mandi bandara Incheon ketika aku mendengar suaranya yang menggelegar di seluruh bandara. Apa-apaan ini?
Tak lama setelah itu aku melihat seorang namja berlari kearahku. Namja yang begitu kukenal. Namja yang begitu kurindukan.
“Kyuhyun?”
Dia berhenti beberapa meter di depanku dan menatapku dalam. Kulihat kesedihan sekaligus kelegaan diwajahnya. Lalu ia berjalan kearahku dan segera membawaku dalam pelukan hangatnya.
“Kau bukan Minnie noonaku. Dan aku tetap mencintaimu. Jeongmal saranghae, Minnie ah.”
Wajahku terasa sangat panas. Tanpa kukomando, air mataku jatuh begitu saja. Bahagia. Ya, itu air mata bahagia. Dan aku menangis dalam pelukannya.
Ia melepas pelukan itu, meraih kedua pipiku dengan telapak tangannya dan menatapku lekat-lekat. “Katakan nado, jebal!”
Aku pun mengangguk sambil masih terisak. “Nado. Nado saranghae, Kyuhyun ah.”
Selanjutnya ia mendekatkan wajahnya padaku danmembawaku pada ciuman panjangnya. Dengan senang hati kubalas ciuman itu. Sesekali ia melumat bibirku lembut. Aku hanya bisa menurut padanya. Kini aku sungguh bahagia.
.
.
Jepang, pukul 10.00 p.m.
Ddrrt…ddrrt…
Handphoneku berbunyi lagi untuk keempat kalinya sejak kutinggal mandi tadi. Segera saja kuambil benda pink itu dan membuka empat pesan yang belum terbaca olehku.

From : Kyuhyunnie
Minnie, kau sudah sampai di Jepang?

From : Kyuhyunnie
Chagi, kau baik-baik saja? Mengapa kau tidak membalas pesanku? Kau sudah makan?

From : Kyuhyunnie
Minnie Chagi, kau kemana saja?!

From : Kyuhyunnie
Ya! Cepat balas pesanku! Kau membuatku gila!

Aku tersenyum membaca semua pesan darinya. Lucu sekali. Jika saja dia ada di hadapanku sekarang mungkin aku sudah mencubit pipi tembemnya berkali-kali.

To : Kyuhyunnie
Mianhae, aku baru saja mandi. Aku tak tahu kalau kau mengirimiku pesan sebanyak itu. Aku sudah makan. Kuharap kau juga makan dengan baik disitu.
Send.
Baiklah. Kita tunggu apa balasan darinya. Tak butuh waktu lama untuk menunggu karena semenit kemudian ia telah membalas pesan itu.

From : Kyuhyunnie
Tentu saja aku makan dengan baik. Aku tak ingin berubah kurus ketika kau pulang nanti. Dan kau jahat sekali!

To : Kyuhyunnie
Jahat? Jahat bagaimana?

From : Kyuhyunnie
Kau meninggalkanku! Tega sekali kau meninggalkan namja tampan yang sangat mencintaimu ini.
Ish… Namja ini manja sekali. Tapi aku menyukainya!
To : Kyuhyunnie
Jeongmal mianhae. Aku harus menerima beasiswa itu. Tunggu aku pulang ne?

From : Kyuhyunnie
Keurae. Kau jangan tertarik namja lain disana!

Jadilah malam itu kami saling berkirim pesan hingga akhirnya aku tertidur entah pukul berapa.
Sungmin’s pov end

Mollabol geol geuraetnabwa
Neol darmeun saramiji geuraesso
Ne ape inneun neoreul, aesseo utneun neoreul
Ana jul sudo eomneunde
Seuchyeogal geol geuratnabwa
Gogae dollijil mal geol geuraesseo
Meoreojyeo ganeun neorul nan jabeulsu eobseo
Dasi hanbeon deo butakhae
Naboda deo haengbokhae

1 Tahun Kemudian
Kyuhyun’s pov
Disinilah aku sekarang. Setelah menunggu lama, aku kembali lagi ke tempat dimana aku mengejar Sungmin satu tahun yang lalu. Dan beberapa menit lagi, aku akan melihatnya. Melihat senyumnya, melihat tawanya kembali.
Setelah itu, aku melihat seorang yeoja keluar dari gate 3 bandara Incheon yang menandakan semua penumpang itu baru saja dari Jepang. Yeoja manis itu terlihat mencari seseorang. Dan aku tahu pasti siapa orang yang dicarinya. Segera saja aku mendekatinya sambil membawa buket bunga mawar yang sudah kubeli sebelum sampai di bandara. Aku berdiri di belakang yeoja itu dan menyerahkan bunga mawar tepat di wajahnya.
“Selamat datang kembali di Korea, chagi.”
“Kyuhyun ah?” Ia segera mengahmbur ke pelukanku. “Jeongmal bogoshipeoyo!”
“Nado, chagiya.” Lirihku.
.
.
“Kyuhyun ah, bisakah kita ke suatu tempat sebelum kita pulang?” tanyanya ketika kami sedang berada di mobil Donghae hyung yang kupinjam hari ini.
Aneh sekali yeoja satu ini. Apa dia tak lelah setelah menempuh perjalanan sejauh itu?
 “Kau mau kemana?”
 “Aku ingin bertemu Sungmin eonni.”
Mwo?
“Chagiya, sudahlah. Aku tak ingin mempermasalahkan itu lagi.” Kataku mencegahnya untuk bertindak bodoh.
“Ani kyu. Bukan itu yang ku maksud. Bawa saja aku ke sana. Jebaaall…” pintanya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dan berkedip-kedip padaku.
“Aish, baiklah. Tapi hentikan tingkah aegyomu itu. Kau membuatku tak tahan untuk menciummu!”
“Mwo?!”
Haha… Kurasa wajahnya benar-benar seperti kepiting rebus kali ini. Aku tak peduli. Lagipula menggodanya adalah suatu kesenangan tersendiri untukku. Aku terus saja memacu mobil ini hingga kami sampai di pemakaman pusat Seoul.
Ketika kami sampai di depan pusara Minnie noona dia segera memberinya hormat secara formal. Hah? Ada apa dengan yeoja ini?
“Eonni…” katanya tiba-tiba sambil menatap pusara itu.
“Mianhae eonni, aku seperti mengambil Kyuhyun darimu. Tapi tenang saja, aku akan menjaganya untukmu. Apapun yang terjadi aku tak akan meninggalkannya. Kau percaya padaku kan, eonni?”
Mwo? Dia bisa berkata seperti itu setelah kejadian setahun yang lalu? Entah mengapa aku begitu terharu saat ini. Ya Tuhan, terimakasih kau telah memberiku malaikat sepertinya.
“Kau tak menjawabnya, eonni. Kuanggap itu jawaban iya!” katanya ceria.
Aku segera menggandeng tangannya. Kulihat dia begitu terkejut atas perlakuanku itu.
“Mianhae noona, sepertinya aku lebih mencintai Sungmin yang ada disampingku.” Kataku pada pusara Minnie noona.
Langsung saja kubalikkan badan Sungmin agar menghadap padaku. Tak perlu aku meminta ijinnya langsung saja kudekatkan wajahku padanya.
“Kyu, apa yang kau… ehmmp…”
Aku membekap bibirnya dengan bibirku. Tak hanya menempel, aku juga melumat bibir M itu. Merasakan bibir plumpnya yang begitu manis. Sungmin sempat berontak. Aku pun melepasnya sesaat.
“Kyu, ini di… “
“Diamlah.”
Lalu kulanjutkan lagi ciumanku tadi. Kurasakan Sungmin mulai menyambut ciumanku. Hah… Mungkin Tuhan akan melaknatku kali ini. Karena aku telah berani berciuman di pemakaman. Biarlah… Apa peduliku? Yang penting Sungmin telah jadi milikku kini.




END 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar