Rabu, 21 November 2012

FF - It's been A While (Chapter 3)


<chapter 2 preview>

Aku tersenyum samar. “Lalu mengapa kau masih saja murung seperti itu? Tersenyumlah, kalau perlu tertawalah jika kau memang benar-benar yakin dengan dirimu. Aku pun yakin kau pasti bisa melalui semuanya. Lagipula kau akan terlihat lebih cantik jika kau tersenyum.”
Ah, kau melakukannya lagi Cho Kyuhyun! Kau, dengan tidak sopan, memujinya secara terang-terangan! Namun apa peduliku? Sungmin pun kini tengah tersenyum menuruti perkataaanku.
“Nah, begitu lebih baik, Sungmin-ssi.” Kataku.
“Gomawo. Oh ya, jangan panggil aku dengan sebutan formal itu lagi. Kau bisa memanggilku Sungmin saja atau Minnie.” Pintanya.
“Begitupun sebaliknya. Panggil aku Kyuhyun atau Kyu saja.”



IT'S BEEN A WHILE
Chapter 3



Sejak saat itu kami semakin dekat setiap harinya. Sungmin selalu datang ke café. Bahkan setiap hari sepulangnya dari kuliah. Entah macchiato, espresso atau hanya latte saja yang ia minta padaku. Sepertinya ia nyaman bisa berada di dekatku. Hei, tak apa kan jika aku sedikit berharap?
“Kau tahu, hyung, dia benar-benar mirip dengan Minnie noona.” Kataku pada Donghae hyung ketika kami menghabiskan waktu berdua saja di salah satu kedai ramen di Incheon.
“Emm… jinja mashita! Ramen buatan ajumma ini memang enak!” katanya tanpa mendengarkan perkataanku.
“Hyung, dengarkan ketika aku bicara!” bentakku padanya.
“Ya! Aku ini hyungmu, sopanlah sedikit! Dasar bocah evil!” ucapnya dengan mulut penuh ramen.
“Ish… terserah kau sajalah!” aku menyerah. Susah sekali mengajak bicara orang yang sedang makan makanan kesukaannya.
Donghae hyung tiba-tiba tertawa.
“Mengapa kau tertawa, hyung?” tanyaku padanya.
“Kau ini… lucu sekali. Kau bisa berubah kekanak-kanakan saat kau jatuh cinta.” Katanya.
“Mwo? Jatuh cinta pada siapa?”
“Kau tahu maksudku.”
“Anijyo… Aku baru mengenalnya beberapa hari, hyung. Aku juga bisa dekat dengannya karena aku merasa dia benar-benar Minnie noonaku.”
“Kuharap kau tak seperti itu lagi.” Saran Donghae hyung padaku.
“Wae?”
“Mereka dua orang yang berbeda, Kyuhyun ah. Jika kau mendekati Sungmin hanya karena kau menganggapnya Minnie noonamu, maka kau malah semakin menyakitinya.”
Aku tak mengerti maksud Donghae hyung. Pernyataan itu tak kusanggah ataupun kujawab. Aku memilih diam dan memikirkannya kembali. Apakah aku salah jika aku memang menganggap Sungmin Minnie noonaku?
Kyuhyun’s pov end

Sungmin’s pov
Hari ini aku datang lagi ke café tempat Kyuhyun bekerja. Tak bisa kupungkiri bahwa semakin hari aku semakin dekat dengannya. Entah karena aku yang terlalu banyak bicara atau memang dia yang bisa menerima orang dengan mudah. Apapun itu aku benar-benar merasa nyaman bisa berteman dengannya.
 “Kyuhyun ah, kau punya waktu besok?” tanyaku padanya ketika aku duduk di kursi bar.
Seperti biasa, Kyuhyun tengah sibuk dengan bubuk putih dan hitamnya.
“Ne, aku libur besok. Wae?”
“Maukah kau menemaniku ke Seoul?” pintaku tanpa basa-basi.
Oh, berani sekali kau Lee Sungmin! Kau benar-benar tak tau malu! Ah, biarlah. Aku memang membutuhkan seorang teman untuk ke Seoul kali ini. Apa salahnya jika aku mengajak Kyuhyun?
 “Memang ada apa di Seoul?” tanyanya.
“Ani… aku hanya ingin ke gyeongbok. Aku harus membuat beberapa sketsa disana.” Jawabku.
“Gyeongbokgung?”
“Ne!”
“Keurae. Aku akan menemanimu!”
“Jeongmal? Gomawo, Kyuhyun ah!” teriakku.
“Ish… Minnie ah, pelankan suaramu. Besok aku tunggu di stasiun kereta ne?” ucapnya.
“Keurae!”
Entah mengapa hatiku menjadi senang sekali. Sungguh diluar dugaan ia mau menemaniku. Kini aku hanya bisa tersenyum sendiri bak anak kecil yang baru saja diberi hadiah kesukaannya.
“Jeongmal kyeopta!” kata Kyuhyun sambil mengacak rambutku.
DEG!
Apa ini?
DEG!
Lagi? Hei jantung, mengapa kau berdetak begitu keras?
Ya Tuhan, mengapa Kyuhyun terlihat seperti itu? Dia terlihat begitu… tampan! Dan mengapa jantungku berdetak seperti ini? Apakah ini berarti aku mulai menyukainya? Eh? Apa? Menyukainya?
.
.
Aku menginjakkan kakiku di stasiun kereta di pusat Incheon. Bertemu dengan Kyuhyun dan menaiki kereta yang nantinya akan membawa kami ke stasiun jalur 3 di gyeongbok, Seoul.  Aku tak banyak bicara hari ini. Entah mengapa hatiku semakin berdebar ketika aku berada disampingnya. Hingga ia mulai berbicara padaku.
“Minnie ah, gwaenchanayo? Kau tak banyak bicara sejak di stasiun tadi.”tanyanya ketika kami berada di dalam kereta.
“Ah, ani. Nan gwaenchana.” Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
Selama kami di Gyeongbokgung pun aku jarang berbicara. Selalu saja ia yang mengajakku bicara. Aku tak tahu harus bicara apa. Setiap aku memandangnya maka wajahku akan terasa panas. Itulah mengapa aku tak berani mengajaknya bicara.
“Hemm… Bangunan utama dari Gyeongbokgung.” Katanya tiba-tiba ketika kami memasuki komleks istana. “Geunjeongjeon, ruangan tahta raja dan paviliun Gyeonghoeru yang bertiangkan 48 buah tonggak granit.”
“Wah, kyuhyun ah, kau hafal sekali?” kagumku padanya.
“Aku memang jenius sejak dulu, Minnie. Hehe…” katanya.
Anak ini terlalu percaya diri! Ah, sudahlah. Lagipula karena kalimat narsisnya itu kini kami lebih bisa banyak bicara. Dia bercerita banyak hal, aku pun begitu. Kami merasa nyaman satu sama lain. Ah, menyenangkan sekali.
Tak banyak yang kami lakukan di istana. Aku hanya membuat beberapa sketsa dan tak lama kemudian kami putuskan untuk keluar dari tempat itu.
“Ah, kebetulan kita di Seoul. Mau ku ajak ke suatu tempat?” Tanya Kyuhyun.
‘Tentu saja. Siapa yang bisa menolak ajakan namja baik sepertimu?’ batinku.
“Eodiga?” tanyaku.
“Kau akan tahu. Ayo ikut aku!”
Seketika ia menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya. Dan…
DEG! DEG! DEG!
Lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Oh, Kyuhyun ah, jika ka uterus seperti ini aku bisa terkena seranagan jantung mendadak. Namun tentu saja dia tak mengerti.  Ia masih saja menarik tanganku hingga kami berada di suatu kompleks pemakaman tak jauh dari Gyeongbokgung. Eh? Tunggu? Mengapa dia mengajakku ketempat ini?
“Kyuhyun ah, mengapa kau membawaku ke pemakaman?” tanyaku dengan sedikit nada takut.
Ia tak menjawabnya dan tetap menggandeng, ah bukan, menarik tanganku. Ia berjalan mantap ke depan seakan ingin bertemu seseorang. Hingga kami berhenti di depan pusara putih dari batu pualam. Aku melihat foto dan nama yang tertera diatas pusara indah itu. Seketika itu juga aku hampir jatuh karena shock setelah selesai membaca nama yeoja yang telah meninggal itu.
“Dia mirip sekali denganku! Kyuhyun ah…”
Kyuhyun hanya tersenyum menatapku. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kembali pada pusara.
“Annyeong noona. Senang bisa kembali kemari.”
Noona? Apakah LEE SUNGMIN ini noonanya yang telah meninggal?
“Aku mengajaknya kemari, noona. Sama persis denganmu bukan?” lanjutnya berbicara pada benda mati itu.
Aku hanya bisa menatapnya bingung. Apa maksud dari ini semua? Sungguh aku tak mengerti.
.
Kyuhyun mengajakku untuk sekedar duduk di taman di sekitar kompleks pemakaman. Aku masih tak mengerti mengapa ia membawanya ke tempat ini dan mengapa ada orang yang sama denganku walaupun orang itu telah meninggal.
“Aku mencintainya.” Kata Kyuhyun ketika kami duduk berdua menghadap danau buatan di taman itu.
Sakit! Itulah yang kurasakan. Entah mengapa aku tak suka jika ia mencintai seseorang walaupun orang itu tak ada di dunia ini. Lebih tepatnya aku… cemburu.
“Dia meninggal tiga tahun lalu karena tumor yang menyerang otaknya. Aku mencintainya dan tak sempat mengatakan hal itu padanya.” Ceritanya sambil menatap kosong ke depan.
“Cih, padahal Tuhan memberiku banyak waktu untuk bersamanya. Tapi aku tak pernah menyadari perasaanku sendiri hingga Tuhan mengambilnya.” Lanjutnya sambil tertawa miris.
Tak lama kemudian kulihat matanya mulai memerah. Ya Tuhan, apakah dia menangis?
Lalu ia menunduk lemah dan menghela nafasnya. “Aku begitu bodoh, Minnie ah…”
Kini tubuhnya mulai bergetar. Aku yakin sekali ia menangis kali ini. Aku mencoba menyentuh punggungnya.
“Kyuhyun ah… kau…”
DEG!
Belum sempat aku melanjutkan kalimatku, Kyuhyun telah memelukku erat. Dia menangis di pundakku. Menangis dalam diam. Sungguh menyakitkan. Aku hanya bisa mengelus punggungnya pelan alih-alih memberikan rasa nyaman untuknya.
“Dan mengapa kau malah datang?” tanyanya.
Mwo? Apa maksudnya? Mengapa dia seolah menyalahkanku?
Sedetik kemudian ia melepas pelukannya. Namun tak hanya itu. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Begitu dekat hingga aku bisa mendengar deru nafasnya yang tak beraturan karena tangisan yang tak kunjung berhenti. Dan…
Chuu~~
Bibir kami bersentuhan. Aku membuka mataku lebar-lebar. Ya Tuhan!
DEG! DEG! DEG!
Jantungku mulai berdetak tak normal lagi. Aku menikmati ciumannya beberapa detik sebelum aku merasakan sakit di dadaku. Sakit karena yang ia maksud sebenarnya bukan aku. Sakit karena yang ia inginkan sebenarnya bukan aku. Ini salah! Salah besar!
Aku mulai meronta dan dia pun melepaskan ciuman itu. Kemudian…
PLAKK!
Sungmin’s pov end

Kyuhyun’s pov

Ish… sakit. Mengapa dia menamparku? Aku mengelus pipi kiriku pelan.
Aku kini menatap wajahnya lekat-lekat. Oh tidak, wajahnya memerah dan kulihat air matanya mulai tak terbendung. Ia menatapku dengan tatapan benci. Aku yakin aku ingin membunuh diriku saat itu juga.
“Minnie ah…” kataku mencoba memegang tangannya. Namun tak kusangka, dia menepis tanganku dengan kasar.
“Mianhae, tapi aku bukan Minnie noonamu. Tolong jangan mempermainkanku, Kyuhyun-ssi.” Lirihnya sambil terisak.
Mwo? Aku sama sekali tak pernah mempermainkannya!
“Terimakasih telah menemaniku hari ini. Aku permisi.” Katanya mengakhiri pertemuan kami hari itu karena setelah itu ia pergi meninggalkanku terduduk sendiri.
Inikah kelemahanku? Bahkan aku tak sanggup untuk mengejarnya. Terkutuk kau Cho Kyuhyun! Dasar namja bodoh!





TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar