<chapter 2 preview>
Aku
tersenyum samar. “Lalu mengapa kau masih saja murung seperti itu? Tersenyumlah,
kalau perlu tertawalah jika kau memang benar-benar yakin dengan dirimu. Aku pun
yakin kau pasti bisa melalui semuanya. Lagipula kau akan terlihat lebih cantik
jika kau tersenyum.”
Ah,
kau melakukannya lagi Cho Kyuhyun! Kau, dengan tidak sopan, memujinya secara
terang-terangan! Namun apa peduliku? Sungmin pun kini tengah tersenyum menuruti
perkataaanku.
“Nah,
begitu lebih baik, Sungmin-ssi.” Kataku.
“Gomawo.
Oh ya, jangan panggil aku dengan sebutan formal itu lagi. Kau bisa memanggilku
Sungmin saja atau Minnie.” Pintanya.
“Begitupun
sebaliknya. Panggil aku Kyuhyun atau Kyu saja.”
IT'S BEEN A WHILE
Chapter 3
Sejak
saat itu kami semakin dekat setiap harinya. Sungmin selalu datang ke café.
Bahkan setiap hari sepulangnya dari kuliah. Entah macchiato, espresso atau
hanya latte saja yang ia minta padaku. Sepertinya ia nyaman bisa berada di
dekatku. Hei, tak apa kan jika aku sedikit berharap?
“Kau
tahu, hyung, dia benar-benar mirip dengan Minnie noona.” Kataku pada Donghae
hyung ketika kami menghabiskan waktu berdua saja di salah satu kedai ramen di
Incheon.
“Emm…
jinja mashita! Ramen buatan ajumma ini memang enak!” katanya tanpa mendengarkan
perkataanku.
“Hyung,
dengarkan ketika aku bicara!” bentakku padanya.
“Ya!
Aku ini hyungmu, sopanlah sedikit! Dasar bocah evil!” ucapnya dengan mulut
penuh ramen.
“Ish…
terserah kau sajalah!” aku menyerah. Susah sekali mengajak bicara orang yang
sedang makan makanan kesukaannya.
Donghae
hyung tiba-tiba tertawa.
“Mengapa
kau tertawa, hyung?” tanyaku padanya.
“Kau
ini… lucu sekali. Kau bisa berubah kekanak-kanakan saat kau jatuh cinta.”
Katanya.
“Mwo?
Jatuh cinta pada siapa?”
“Kau
tahu maksudku.”
“Anijyo…
Aku baru mengenalnya beberapa hari, hyung. Aku juga bisa dekat dengannya karena
aku merasa dia benar-benar Minnie noonaku.”
“Kuharap
kau tak seperti itu lagi.” Saran Donghae hyung padaku.
“Wae?”
“Mereka
dua orang yang berbeda, Kyuhyun ah. Jika kau mendekati Sungmin hanya karena kau
menganggapnya Minnie noonamu, maka kau malah semakin menyakitinya.”
Aku
tak mengerti maksud Donghae hyung. Pernyataan itu tak kusanggah ataupun
kujawab. Aku memilih diam dan memikirkannya kembali. Apakah aku salah jika aku
memang menganggap Sungmin Minnie noonaku?
Kyuhyun’s
pov end
Sungmin’s
pov
Hari
ini aku datang lagi ke café tempat Kyuhyun bekerja. Tak bisa kupungkiri bahwa
semakin hari aku semakin dekat dengannya. Entah karena aku yang terlalu banyak
bicara atau memang dia yang bisa menerima orang dengan mudah. Apapun itu aku
benar-benar merasa nyaman bisa berteman dengannya.
“Kyuhyun ah, kau punya waktu besok?” tanyaku
padanya ketika aku duduk di kursi bar.
Seperti
biasa, Kyuhyun tengah sibuk dengan bubuk putih dan hitamnya.
“Ne,
aku libur besok. Wae?”
“Maukah
kau menemaniku ke Seoul?” pintaku tanpa basa-basi.
Oh,
berani sekali kau Lee Sungmin! Kau benar-benar tak tau malu! Ah, biarlah. Aku
memang membutuhkan seorang teman untuk ke Seoul kali ini. Apa salahnya jika aku
mengajak Kyuhyun?
“Memang ada apa di Seoul?” tanyanya.
“Ani…
aku hanya ingin ke gyeongbok. Aku harus membuat beberapa sketsa disana.”
Jawabku.
“Gyeongbokgung?”
“Ne!”
“Keurae.
Aku akan menemanimu!”
“Jeongmal?
Gomawo, Kyuhyun ah!” teriakku.
“Ish…
Minnie ah, pelankan suaramu. Besok aku tunggu di stasiun kereta ne?” ucapnya.
“Keurae!”
Entah
mengapa hatiku menjadi senang sekali. Sungguh diluar dugaan ia mau menemaniku.
Kini aku hanya bisa tersenyum sendiri bak anak kecil yang baru saja diberi
hadiah kesukaannya.
“Jeongmal
kyeopta!” kata Kyuhyun sambil mengacak rambutku.
DEG!
Apa
ini?
DEG!
Lagi?
Hei jantung, mengapa kau berdetak begitu keras?
Ya
Tuhan, mengapa Kyuhyun terlihat seperti itu? Dia terlihat begitu… tampan! Dan
mengapa jantungku berdetak seperti ini? Apakah ini berarti aku mulai
menyukainya? Eh? Apa? Menyukainya?
.
.
Aku
menginjakkan kakiku di stasiun kereta di pusat Incheon. Bertemu dengan Kyuhyun
dan menaiki kereta yang nantinya akan membawa kami ke stasiun jalur 3 di
gyeongbok, Seoul. Aku tak banyak bicara
hari ini. Entah mengapa hatiku semakin berdebar ketika aku berada disampingnya.
Hingga ia mulai berbicara padaku.
“Minnie
ah, gwaenchanayo? Kau tak banyak bicara sejak di stasiun tadi.”tanyanya ketika
kami berada di dalam kereta.
“Ah,
ani. Nan gwaenchana.” Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
Selama
kami di Gyeongbokgung pun aku jarang berbicara. Selalu saja ia yang mengajakku
bicara. Aku tak tahu harus bicara apa. Setiap aku memandangnya maka wajahku
akan terasa panas. Itulah mengapa aku tak berani mengajaknya bicara.
“Hemm…
Bangunan utama dari Gyeongbokgung.” Katanya tiba-tiba ketika kami memasuki
komleks istana. “Geunjeongjeon, ruangan tahta raja dan paviliun Gyeonghoeru
yang bertiangkan 48 buah tonggak granit.”
“Wah,
kyuhyun ah, kau hafal sekali?” kagumku padanya.
“Aku
memang jenius sejak dulu, Minnie. Hehe…” katanya.
Anak
ini terlalu percaya diri! Ah, sudahlah. Lagipula karena kalimat narsisnya itu
kini kami lebih bisa banyak bicara. Dia bercerita banyak hal, aku pun begitu.
Kami merasa nyaman satu sama lain. Ah, menyenangkan sekali.
Tak
banyak yang kami lakukan di istana. Aku hanya membuat beberapa sketsa dan tak
lama kemudian kami putuskan untuk keluar dari tempat itu.
“Ah,
kebetulan kita di Seoul. Mau ku ajak ke suatu tempat?” Tanya Kyuhyun.
‘Tentu
saja. Siapa yang bisa menolak ajakan namja baik sepertimu?’ batinku.
“Eodiga?”
tanyaku.
“Kau
akan tahu. Ayo ikut aku!”
Seketika
ia menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya. Dan…
DEG!
DEG! DEG!
Lagi-lagi
jantungku berdegup kencang. Oh, Kyuhyun ah, jika ka uterus seperti ini aku bisa
terkena seranagan jantung mendadak. Namun tentu saja dia tak mengerti. Ia masih saja menarik tanganku hingga kami
berada di suatu kompleks pemakaman tak jauh dari Gyeongbokgung. Eh? Tunggu?
Mengapa dia mengajakku ketempat ini?
“Kyuhyun
ah, mengapa kau membawaku ke pemakaman?” tanyaku dengan sedikit nada takut.
Ia
tak menjawabnya dan tetap menggandeng, ah bukan, menarik tanganku. Ia berjalan
mantap ke depan seakan ingin bertemu seseorang. Hingga kami berhenti di depan
pusara putih dari batu pualam. Aku melihat foto dan nama yang tertera diatas
pusara indah itu. Seketika itu juga aku hampir jatuh karena shock setelah
selesai membaca nama yeoja yang telah meninggal itu.
“Dia
mirip sekali denganku! Kyuhyun ah…”
Kyuhyun
hanya tersenyum menatapku. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kembali pada
pusara.
“Annyeong
noona. Senang bisa kembali kemari.”
Noona?
Apakah LEE SUNGMIN ini noonanya yang telah meninggal?
“Aku
mengajaknya kemari, noona. Sama persis denganmu bukan?” lanjutnya berbicara
pada benda mati itu.
Aku
hanya bisa menatapnya bingung. Apa maksud dari ini semua? Sungguh aku tak
mengerti.
.
Kyuhyun
mengajakku untuk sekedar duduk di taman di sekitar kompleks pemakaman. Aku
masih tak mengerti mengapa ia membawanya ke tempat ini dan mengapa ada orang
yang sama denganku walaupun orang itu telah meninggal.
“Aku
mencintainya.” Kata Kyuhyun ketika kami duduk berdua menghadap danau buatan di
taman itu.
Sakit!
Itulah yang kurasakan. Entah mengapa aku tak suka jika ia mencintai seseorang
walaupun orang itu tak ada di dunia ini. Lebih tepatnya aku… cemburu.
“Dia
meninggal tiga tahun lalu karena tumor yang menyerang otaknya. Aku mencintainya
dan tak sempat mengatakan hal itu padanya.” Ceritanya sambil menatap kosong ke
depan.
“Cih,
padahal Tuhan memberiku banyak waktu untuk bersamanya. Tapi aku tak pernah
menyadari perasaanku sendiri hingga Tuhan mengambilnya.” Lanjutnya sambil
tertawa miris.
Tak
lama kemudian kulihat matanya mulai memerah. Ya Tuhan, apakah dia menangis?
Lalu
ia menunduk lemah dan menghela nafasnya. “Aku begitu bodoh, Minnie ah…”
Kini
tubuhnya mulai bergetar. Aku yakin sekali ia menangis kali ini. Aku mencoba
menyentuh punggungnya.
“Kyuhyun
ah… kau…”
DEG!
Belum
sempat aku melanjutkan kalimatku, Kyuhyun telah memelukku erat. Dia menangis di
pundakku. Menangis dalam diam. Sungguh menyakitkan. Aku hanya bisa mengelus
punggungnya pelan alih-alih memberikan rasa nyaman untuknya.
“Dan
mengapa kau malah datang?” tanyanya.
Mwo?
Apa maksudnya? Mengapa dia seolah menyalahkanku?
Sedetik
kemudian ia melepas pelukannya. Namun tak hanya itu. Ia mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Begitu dekat hingga aku bisa mendengar deru nafasnya yang tak
beraturan karena tangisan yang tak kunjung berhenti. Dan…
Chuu~~
Bibir
kami bersentuhan. Aku membuka mataku lebar-lebar. Ya Tuhan!
DEG!
DEG! DEG!
Jantungku
mulai berdetak tak normal lagi. Aku menikmati ciumannya beberapa detik sebelum
aku merasakan sakit di dadaku. Sakit karena yang ia maksud sebenarnya bukan
aku. Sakit karena yang ia inginkan sebenarnya bukan aku. Ini salah! Salah
besar!
Aku
mulai meronta dan dia pun melepaskan ciuman itu. Kemudian…
PLAKK!
Sungmin’s
pov end
Kyuhyun’s
pov
Ish…
sakit. Mengapa dia menamparku? Aku mengelus pipi kiriku pelan.
Aku
kini menatap wajahnya lekat-lekat. Oh tidak, wajahnya memerah dan kulihat air
matanya mulai tak terbendung. Ia menatapku dengan tatapan benci. Aku yakin aku
ingin membunuh diriku saat itu juga.
“Minnie
ah…” kataku mencoba memegang tangannya. Namun tak kusangka, dia menepis
tanganku dengan kasar.
“Mianhae,
tapi aku bukan Minnie noonamu. Tolong jangan mempermainkanku, Kyuhyun-ssi.”
Lirihnya sambil terisak.
Mwo?
Aku sama sekali tak pernah mempermainkannya!
“Terimakasih
telah menemaniku hari ini. Aku permisi.” Katanya mengakhiri pertemuan kami hari
itu karena setelah itu ia pergi meninggalkanku terduduk sendiri.
Inikah
kelemahanku? Bahkan aku tak sanggup untuk mengejarnya. Terkutuk kau Cho
Kyuhyun! Dasar namja bodoh!
TBC

Tidak ada komentar:
Posting Komentar