Senin, 28 Januari 2013

This Faithful Love (Chapter 6 - End)


Kyuhyun yang sekarang seolah bukan Kyuhyun yang sebenarnya. Sesuatu yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu telah mengubah hidupnya secara otomatis. Sejak ia tahu bahwa cinta pertamanya adalah Minnie, semua jadi berubah. Bahkan keduanya jarang terlihat berdua. Kyuhyun lebih sering tidak ikut kuliah. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di kediaman Cho. Sedangkan Sungmin, ia tahu ia harus bersikap biasa saja. Namun tak bisa dipungkiri bahwa hatinya tetap merindukan namja itu.
Begitu pun hari ini. Diam-diam Sungmin mencari sosok Kyuhyun yang belakangan ini tak pernah dilihatnya. Ia tak habis pikir, mengapa namja itu bisa bisa dengan egois memikirkan dirinya sendiri. Bahkan Kyuhyun tidak datang saat ujian penerapan filsafat. Sungmin ingin sekali menghubunginya. Menanyakan apakah dirinya baik-baik saja. Namun itu tak mungkin. Ia yakin ia akan semakin mencintai namja itu jika ia peduli padanya. Padahal ia telah meyakinkan dirinya untuk menyerahkan Kyuhyun seutuhnya pada Victoria.
Lama ia mencari Kyuhyun, namun ia justru bertemu dengan sosok lain. Sosok yeoja yang ia yakini sebagai takdir terbaik bagi Kyuhyun. Yeoja itu tersenyum padanya kemudian member sinyal agar mereka dapat berbicara empat mata.
“Bagaimana kabarmu, Sungmin-ssi?” Tanya Victoria.
Sungmin masih agak canggung dengannya. Ia mencoba semampunya agar ia tak terlihat grogi.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” jawab Sungmin sedikit gugup.
Victoria menyunggingkan senyumnya. Senyum yang sulit diartikan bagi Sungmin.
“Hhh… aku akan merasa lebih baik jika kau tak berbohong padaku, Sungmin-ssi.” Ucap Victoria yang sukses menciptakan raut bingung di wajah Sungmin.
“Apa maksudmu?”
“Aku yakin kau tidak baik-baik saja. Aku yakin kau juga merasakan apa yang Kyuhyun rasakan.”
Benar. Victoria memang benar. Sungmin tak dapat menyangkal hal itu lebih jauh lagi. Ia tak ingin salah bicara. Ia lebih memilih diam dan mendengar apapun yang dikatakan Victoria.
“Aku tak percaya kau melakukannya pada Kyuhyun. Aku menyukainya, Sungmin-ssi dan kau menyiakannya.”
DEG!
Sakit. Hati Sungmin yang belum sembuh itu kembali sakit. Ia baru tahu saat itu bahwa Victoria begitu menyukai Kyuhyunnya.
“Aku merelakannya untukmu. Bahkan ia memintaku untuk membatalkan rencana pernikahan konyol itu hanya karena satu yeoja. Kau. Tak tahukah dirimu, ia begitu mencintaimu? Kumohon, jangan bohongi dirimu sendiri.”
DEG!
Sekali lagi jantung sungmin berdetak kencang. Ia baru sadar akan sesakit ini menyadari kebodohan diri sendiri. Ia baru tahu bahwa Kyuhyun telah membatalakn segalanya sejak dulu. Dan kini ia justru memaksanya untuk bersama Victoria? Ah, tapi tidak. Tidak bisa begini.
“Ani Victoria-ssi. Kalian berdua sepertinya salah mengambil keputusan. Kurasa Kyuhyun akan lebih baik jika bersamamu.” Lirihnya mencoba menjelaskan.
“Apanya yang lebih baik? Kyuhyun mengharapkanmu dan aku terus menerus tersakiti, itukah yang kau sebut lebih baik? Kau ingin menyiksa kami berdua, Sungmin-ssi?” ucap Victoria sedikit menyalahkan yeoja di sampingnya.
Sungmin terkejut. Sungguh, ia tak menyangka Victoria akan berkata seperti itu. Seolah tersadar dari tidur panjangnya, Sungmin menangis begitu saja. Ia tak mau menyakiti dua orang itu, hanya saja ia ingin yang terbaik untuk Kyuhyun. Tapi ternyata…
“Kau yang salah ambil keputusan, Sungmin-ssi. Tolong pikirkan baik-baik.” Ucap Victoria mengakhiri obrolan mereka hari itu.
Victoria menepuk pundak Sungmin pelan sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan yeoja itu menangis sendiri. Sungmin merasa dirinya begitu bersalah. Ia sudah bangkit dari duduknya dan berniat berlari keatap gedung. Namun tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
“Mau ke atap lagi?” Tanya seorang namja di dekatnya.
“…”
Sungmin tak menjawab. Ia mencoba mencari sumber suara itu. Ia mengedarkan pandangannya dan suara itu kembali berbicara.
“Bukankah Kyuhyun sudah melarangmu ke sana? Lagi pula aku ada disini!”
Ah, itu dia! Sungmin menemukan namja itu.
“Siwonnie?”
Siwon tersenyum pada Sungmin seakan ingin memberikan yeoja itu kenyamanan. Kemudian ia mendekat pada Sungmin pelan.
“Heeeh, bagaimana aku mengatakannya… Emm, aku lelah melihatmu menangis.” Ucap Siwon sambil mengacak rambut Sungmin pelan.”
Sungmin hanya bisa mempoutkan bibirnya. Ia berusaha untuk menghentikan tangisannya sejenak dan menghapus sisa lelehan air mata di pipinya.
“Oh ya, seseorang sedang menunggumu di kelas. Kalau tidak salah, namanya Lee Donghae.” Lanjut Siwon.
“Eh? Ada apa?” Tanya Sungmin yang tampak bingung
“Bagaimana jika kau menanyakan langsung padanya?” sahut Siwon menyarankan.
Tanpa berpamitan pada namja di depannya, Sungmin langsung saja menuju ke kelasnya. Mencari namja yang ia ketahui sebagai sahabat Kyuhyun itu. Hatinya masih berdebar. Siapa tahu Donghae akan memberitahunya sesuatu mengenai Kyuhyun.
Ia langsung berlari ke arah namja itu setelah dirinya sampai di kelas. Ia tampak cemas. Sungmin sendiri sadar, kini ia sudah tak bisa memakai topengnya lagi. Ia tak peduli. Satu hal yang ia butuhkan saat ini, Kyuhyun. Dan harapannya tentang Donghae yang akan memrinya kabar mengenai Kyuhyun memang benar. Donghae benar-benar memberitahunya keadaan Kyuhyun saat ini.
“Kyuhyun tak bisa bangkit dari tempat tidurnya.”
DEG!
Satu kalimat itu cukup untuk membuat Sungmin hancur. ‘Apa-apaan ini? Kyuhyun tak mungkin selemah ini. Kyuhyun tak mungkin menyiksa dirinya sendiri. Kyuhyun tak boleh seperti itu.’ Kalimat-kalimat itu kini berputar di otaknya.
Ia memang ingin tahu keadaan Kyuhyun. Tapi bukan ini yang diharapkannya. Bukan hal buruk yang ia inginkan. Yah, ia merasa ini adalah murni kesalahannya. Dan kini ia ingin sekali mengutuk dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya berulang kali berharap dengan begitu semua akan membaik.
“Sungmin ah, kau mau ikut aku menemuinya nanti?” ajak Donghae padanya.
Tanpa ragu lagi, Sungmin mengangguk menyetujuinya.
.
Sore itu Sungmin kembali ke kediaman Cho  sejak  terkhir kali ia makan malam bersama keluarga ini beberapa minggu yang lalu. Sungmin tahu, semuanya akan terasa berbeda. Semua akan terasa canggung setelah mereka tahu siapa dirinya. Termasuk Hanna ahjumma yang kini menyambutnya dengan isakan lirih di bibirnya. Sungmin yakin, Kyuhyun telah menceritakan segalanya pada ibunya ini.
Hanna ahjumma memeluk Sungmin erat seolah takut yeoja itu akan pergi lagi. Ia menangis tersedu dalam pelukan itu. Pelukan penuh kerinduan yang tak tersampaikan selama 13 tahun. Ia merindukan yeoja yang sudah ia anggap seperti anaknya itu. Keduanya kini menangis dalam pelukan masing-masing. Menyalurkan segala rindu yang telah lama mereka simpan. Sedangkan Sungmin semakin merasa bersalah. Ia ingat terakhir kali bertemu Hanna ahjumma, ia justru membohonginya.
“Mianhaeyo, ahjumma… hiks… hiks…” lirih Sungmin di tengah tangisannya.
“Sshh…sshh… Sudah, jangan menangis lagi, Chuu. Ahjumma jadi ingin menangis terus karenamu.” Ucap Hanna ahjumma menenangkannya.
Tak lama setelahnya mereka melepas pelukan itu. Hanna ahjumma memandang yeoja itu dengan raut bahagia.
“Aku senang kau kembali, Chuu.” kata Hanna ahjumma pelan sambil membelai pipi Sungmin.
“Ne, ahjumma.”
“Sekarang, temuilah anak itu. Keadaannya semakin memburuk saja.”
Sungmin mengangguk pelan. Selanjutnya ia melangkah ke kamar Kyuhyun. Ia ragu. Ia terlalu takut untuk bertemu dengan namja itu. Ia telah menyakitinya terlalu jauh. Ia juga takut melihat Kyuhyun. Ia takut nantinya hanya akan menangis dihadapannya. Namun harus bagaimana lagi? Ia tetap harus mengakhiri semuanya. Jadi ia putuskan untuk melanjutkan langkahnya.
Ia membuka pintu kamar Kyuhyun pelan. Mencoba untuk tidak menganggu seseorang yang kini tengah berada di dalamnya. Dan benar saja, ia menangis begitu melihat Kyuhyun. Kyuhyun terlihat begitu pucat. Tubuhnya terbaring begitu saja. Tak ada tanda-tanda bahwa namja itu baik-baik saja.
Sungmin mencoba mendekati tubuh yang sedang terbaring itu. Ia duduk disebelahnya dan menatapnya sedih. Rasa bersalah itu semakin menguasainya. Bahkan ia tak berani menyentuh Kyuhyun. Ia takut, ia akan melakukan sesuatu yang buruk lagi pada namja yang dicintainya itu. Tangisannya semakin keras. Air matanya mengalir deras begitu saja. Sungguh, dirinya tak tahan. Jadi ia memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Ia tak ingin menangis di depan Kyuhyun walaupun saat ini ia tak bisa mendengarnya. Namun saat ia baru menyentuh knop pintu, ia mendengar satu lirihan.
“Gajima…”
Ia memastikan suara itu lagi. Tapi tak ada. Suara itu tak terdengar lagi. Jadi ia segera memutar knop pintu dan bersiap untuk keluar.
“GAJIMALHAGO!” teriak Kyuhyun sambil bangkit dari tidurnya.
Sungmin terkejut dengan tingkah Kyuhyun yang di luar dugaan itu. Ia menghentikan niatnya keluar dari kamar Kyuhyun. Ia memilih mendekati namja itu. Ia ragu, ia tak yakin apakah yang dihadapannya ini benar-benar Kyuhyun. Lagi pula, kata Donghae tadi…
“Kyu? Kau bisa bangun?”
Kyuhyun hanya mengangguk-anggukmantap dan tanpa dosa.
“Ta-Tapi Donghae bilang…”
“Apa yang dia katakan? Cih, sudahlah, ayo duduk sini!” katanya sambil menarik lengan Sungmin untuk duduk di tempat tidurnya.
Sungmin masih memandang Kyuhyun tak percaya. Ada raut terkejut sekaligus sedih disana. Kyuhyun pun menyadarinya. Ia hanya tersenyum melihat wajah yeojanya itu.
“Aku memang sakit. Tapi aku masih bisa bangun. Ish, kau terlalu polos percaya pada aktingku dan si bodoh itu!haha…” ucap Kyuhyun tanpa dosa sambil mengacak rambut Sungmin.
Namun itu menjadi malapetaka bagi Kyuhyun. Karena kini Sungmin justru menatapnya penuh kebencian. Kyuhyun sendiri tahu, yeoja itu marah. Namun dirinya tak tahu harus berbuat apa. Dan beberapa detik kemudian…
“Hiks…hiks…hueeee…”
Sungmin kini menangis jauh lebih keras. Menangis bak anak kecil yang kehilangan ibunya. Ia tak peduli. Hatinya terlalu sulit untuk menerima semua keadaan. Ia begitu kesal pada namja di depannya ini.
“Kau… Kau namja paling menyebalkan yang pernah kukenal!” ucap Sungmin di sela isakannya sambil melemparkan beberapa bantal ke arah Kyuhyun.
Kyuhyun pun dibuat salah tingkah olehnya. Ia begitu sulit menenangkan Sungmin yang kini tengah marah padanya.
“Minnie ah… aish… Chuuuuu… dengarkan aku!” ucapnya sambil mencoba menghentikan lemparan bantal dari Sungmin.
“Anhae! Aku tak mau mendengarmu lagi! Shireo! Shireo! Shireoooo!” teriak Sungmin menghentikan segalanya.
Ia masih terisak. Kyuhyun memegang kedua tangannya untuk mencegah adanya lemparan bantal lagi. Sungmin terisak begitu keras. Namun ia masih melanjutkan racauannya.
“Kau tak tahu bagaimana sulitnya aku mencarimu? Dan sekarang, kau malah membuat lelucon bodoh ini. Kau tak tahu bagaimana perasaanku, hah?! Kau tak pernah tahu betapa aku mecemaskanmu dan sekarang kau … hhhmpph…”
Bibir Sungmin terkunci begitu saja ketika Kyuhyun menciumnya. Kyuhyun masih merasakan air mata itu mengalir di sela ciuman mereka. Ia mengerti bagaimana perasaan Sungmin saat ini. Tapi ia juga ingin menuntut Sungmin agar yeoja itu juga tahu apa yang ia rasakan.
Akhirnya Kyuhyun melepaskan ciuman itu setelah beberapa menit. Ia bersyukur tak ada teriakan lagi dari Sungmin. Hah, ia berhasil menenangkan yeoja itu.
“Berjanjilah untuk tak pergi lagi dariku.” Ucapnya pelan pada yeoja yang sangat dicitainya itu.
Sungmin hanya mengungguk pelan menanggapi permintaan Kyuhyun itu. Namun I masih saja terisak karena sisa tangisannya.
“Ya! Hanya dengan anggukan tak berarti kau berjanji! Itu tak berarti sama sekali!” ucap Kyuhyun kesal.
Sungmin segera menatapnya marah. “Ish… Keurae! Aku janji! Kau puas?”
Kyuhyun tersenyum puas setelahnya. Ia kembali mengangguk mantap tanpa dosa yang semakin membuat  Sungmin kesal.
“Keuraesso… Emm, apakah aku bisa mendapatkan pelukan itu sekarang?” Tanya Kyuhyun.
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Sungmin langsung saja memeluk namja di depannnya. Ah, terserah orang akan berkata apa. Yang penting ia ingin memeluknya saat itu. Ia begitu merindukannya. Bukan hanya karena beberapa hari mereka tak bertemu. Tapi karena 13 tahun itu. Begitu pula Kyuhyun. Ia merasa penantiannya selama 13 tahun berakhir saat itu juga. Sesekali ia mencium puncak kepala Sungmin sekedar untuk menyalurkan rasa cintanya pada yeoja itu.
“Saranghae Kyunnie…”
“Nado Chuu…”

Epilog
“Ya! Tak bisakah kau hentikan hal itu? Kau tak perlu berdandan berlebihan.. ish, dasar yeoja pink!” teriak Kyuhyun pada mempelai wanitanya.
Sungmin segera mempoutkan bibirnya saat ia mendengar teriakan Kyuhyun yang membuat dirinya kesal. Ia tak habis pikir, namjanya itu masih saja menyebalkan bahkan setelah satu tahun resminya hubungan mereka. Apalagi saat ini hubungan itu akan semakin serius. Hubungan itu akan semakin terikat dengan hal yang bernama pernikahan.
“Paboya, bukankah kau seharusnya bersiap di depan altar?” ucap Sungmin kesal.
“Ya! Kau berani memanggil calon suamimu pabo?! Awas kau nanti!” jawab Kyuhyun ketus dan segera meninggalkan ruang pengantin wanita.
Sungmin hanya tersenyum melihat kelakuan kekasihnya itu. Biarlah, karena itulah Kyuhyun apa adanya. Kyuhyun yang ia nanti selama 13 tahun. Dan hari ini adalah hari final dari segalanya. Hari yang teramat bahagia bagi keduanya.
Tiga belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Bahkan perubahan itu terjadi dimana-mana. Termasuk pada diri keduanya. Namun satu hal yang tak berubah pada diri mereka. Cinta tulus keduanya yang siap mereka berikan setiap saat dan selamanya.
“Cho Kyuhyun-ssi, bersediakah anda, dihadapan Tuhan, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupu senang, wanita di sebelah kanan anda? Apakah anda berjanji untuk menjadikannya yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik, menjadi tempat bergantung baginya, hanya baginya dan selamanya hingga akhir hidup anda?” ucap sang pendeta saat janji sakral itu berlangsung.
“Ya, saya bersedia.” Jawab Kyuhyun tanpa ragu.
Kini sang pendeta beralih pada Sungmin. Ia mengatakan hal yang sama pada yeoja itu. Sebuah sumpah sakral yang akhirnya dijawab hal yang sama pula oleh Sungmin. “Ya, saya bersedia.”
Selesailah prosesi itu. Kedua insan berbeda gender itu kini telah resmi menjadi pasangan suami istri. Pernikahan, suatu hal yang cukup sulit untuk dilakukan namun benar-benar dinanti oleh keduanya. Tak lama setelahnya, terlihat Yesung membawa dua buah kotak yang berisikan cincin. Kyuhyun langsung saja menyambar salah satu dari cincin itu dan memakaikannya di jari Sungmin. Berbeda dengan Sungmin, ia lebih lembut melakukan hal itu. Ia mengambil satu cincin yang lebih besar kemudian memakaiannya pada jari Kyuhyun.
“Baiklah, silakan mencium pasangan masing-masing.” Ucap sang pendeta mengakhiri prosesi suci itu.
Tanpa ragu Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah putih Sungmin. Sungmin hanya terdiam disana. Bersiap menerima ciuman pertama setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Ia menutup matanya menunggu Kyuhyun menciumnya. Dan beberapa detik setelahnya, akhirnya kedua bibir itu bertemu. Belum ada lumatan atau hisapan disana. Hanya bibir yang menempel untuk menyalurkan segala rasa cinta dari keduanya.
Namun ternyata semua itu salah. Bukan hanya menempelkan bibir, kini Kyuhyun ingin ciumannya menjadi lebih intim. Siapa sangka beberapa menit kemudian Kyuhyun berani melumat bibir Sungmin dengan ganas dihadapan semua orang. Ia tak membiarkan istrinya itu melepas ciuman yang ia lakukan meski kini Sungmin tengah meronta. Ia tetap melumat bahkan menggigit pelan bibir plum istri tercintanya.
Sungmin mendengar beberapa tertawaan kecil dari orang-orang di sekitarnya. Ah, dia semakin malu karena suaminya ini. Lama Sungmin meronta, akhirnya Kyuhyun melepaskan ciuman itu juga. Terlihat kini wajah Sungmin merona merah. Tak hanya itu, ia juga terengah. Begitu pula Kyuhyun. Keduanya sama-sama kehilangan oksigen untuk beberapa saat. Kemudian Sungmin memandang suaminya kesal.
“Ish… memalukan! Kau membuatku malu, Cho Kyuhyun!” bisik Sungmin pada suaminya.
Kyuhyun hanya menyunggingkan senyum evil khasnya. Kemudian ia mendempelkan dahinya sendiri pada dahi lebar Sungmin. Lalu ia berbisik pasa yeoja tercintanya itu.
“Ini hukumanmu, Cho Sungmin. Karena kau telah berani memanggilku pabo tadi!”
“Mwo?”
“Mogsanim, bolehkah aku mencium istriku lagi?” ijin Kyuhyun pada pendeta di depan altar tanpa mempedulikan Sungmin yang masih bingung karena tingkahnya.
Pendeta itu tampak terkejut. Tapi mana mungkin ia menolak permintaan Kyuhyun karena namja itu bahkan berani memberikan death glarenya jika sang pendeta tak mengijinkannya.
“O-oh, baiklah.” Ucap pendeta itu pasrah.
Sekali lagi Kyuhyun mencium yeoja di sampingnya. Sungmin terpaksa menerima ciuman Kyuhyun yang jauh lebih ekstrim dari ciuman sebelumnya. Ia harus menahan malu karena tertawaan orang-orang yang semakin keras. Tapi ia juga harus menyambut baik ciuman suaminya. Jadi ia memutuskan untuk membalas lumatan-lumatan itu. Sedangkan Kyuhyun, ia tampaknya puas sekali dengan perlakuan Sungmin saat ini.
Namun kesenangan Kyuhyun ta berlangsung lama. Sungmin terlihat murung setelah prosesi pernikahan itu selesai. Ia memilih meninggalkan Kyuhyun dan berjalan keluar gereja masih dengan gaun pengantin yang tampak mengganggunya. Ia tak peduli. Ia ingin Kyuhyun tahu bahwa dirinya begitu kesal pada suaminya yang secara terang-terangan telah mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang.
“Chuu, kau mau ke mana anakku?” Tanya seseorang menghentikan langkahnya.
Tampak seorng biarawati paruh baya tengah berdiri di hadapannya. Ia tersenyum tulus pada Sungmin dan menggeleng pelan.
“Park Sunyeonim? Ani… aku hanya…” jawab Sungmin terbata.
“Meninggalkan Kyuhyunie untuk kesekian kalinya?”
DEG!
Pernyataan telak bagi Sungmin. Bukan. Bukan seperti itu. Ia tak mungkin meninggalkan Kyuhyun lagi. Tidak akan pernah sekalipun. Dan tanpa ia sadari, air matanya mulai jatuh. Ia tak bisa menjawab pertanyaan biarawati di hadapannya.
“Jawab itu, Cho Sungmin!” ucap seseorang bersuara bass di belakangnya.
Ia segera berbalik dan melihat suaminya tengah memandangnya intens. Sungguh, ia takut. Bukan karena ia tak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia takut jika masih saja ada yang menyalahkannya karena telah meninggalkan Kyuhyun. Ia tak tahan, ia tak mau lagi jauh dari suaminya itu. Jadi ia memutuskan untuk berlari ke arah Kyuhyun dan memeluknya. Ia menangis tersedu dalam pelukan hangat suaminya.
“Ish… dasar yeoja bodoh.” Ucap Kyuhyun sambil membelai punggung istrinya sekedar untuk memberinya ketenangan.
Park Sunyeonim tampak bahagia melihat keduanya. Ia mendekati dua pengantin itu dan menepuk pundak mereka. Mereka pun melepas pelukan itu dan memandang sang biarawati yang kini menatap mereka penuh kebahagiaan.
“Seperti apa yang ku pikirkan, kalian memang tak bisa terpisah. Dan kini Tuhan telah menyatukan kalian. Tuhan memberkati kalian, anak-anakku.”
Kyuhyun dan Sungmin tersenyum bersamaan. Lega, itu yang mereka rasakan.
“Ayo kita masuk!” ajak Kyuhyun pada dua yeoja di depannya.
Mereka kembali masuk ke dalam gereja. Gereja yang tiga belas tahun lalu menjadi saksi janji keduanya dan hari ini ia kembali harus menjadi saksi dari janji yang lainnya. Janji yang lebih nyata yang dilakukan oleh orang yang sama. Gereja itu masih setia menjadi saksi kasih sayang yang tercipta diantara keduanya. Setara dengan kesetiaan cinta mereka berdua.
“Ah, anak-anak!”
“Ya, Cho Sungmin, bisakah kau tak memikirkan anak-anak itu dulu? Ini hari pernikahanmu! Aku bisa memberimu sebanyak yang kau mau! Jadi kau tenang saja!”
“Jinja?”
“Kau meragukan suamimu?! Oke, kita lakukan malam ini juga!”
“Ya! Dasar pervert!”

END

This Faithful Love (Chapter 5)



Victoria kembali menangis dalam diam. Aish… mengapa selalu seperti ini? Aku selalu membuat seorang yeoja menangis. Kini aku tak tahu harus berbuat apa. Bahkan untuk menanggapi perkataan Victoria saja aju tak bisa.
“Aku tahu sejak awal kau tak menyukaiku. Jadi aku selalu berusaha untuk dekat denganmu agar kau bisa menyukaiku sedikit demi sedikit. Namun sepertinya aku terlalu naïf.” Lanjutnya.
Kemudian ia tersenyum miris. Seolah ia memaksakan senyuman itu keluar di tengah tangisannya. Tapi air mata itu tetap keluar dari pelupuk matanya.
“Aku seharusnya tahu apa yang kau rasakan dan siapa yang ada dalam hatimu. Aku memang merasakan dirimu berbeda ketika kau bersamanya. Tapi aku selalu mencoba untuk menghindari pikiran aneh itu. Kau selalu tampak bahagia ketika dia disisimu. Kau bisa menjadi dirimu sendiri ketika kau bersamanya.”
“Apa maksudmu?”
“Dan aku rasa, perasaanmu memang untuknya. Untuknya yang selalu ada disampingmu. Untuknya yang kau akui sebagai sahabatmu. Bukan untukku.”
DEG!
Apakah yang ia maksud adalah Minnie? Dan apakah memang seperti itu? Bahkan aku belum berani memutuskan perasaanku sendiri. Aku memang terlalu takut jika Minnie pergi dariku. Namun aku tak yakin apakah aku memang benar-benar mencintainya.
Kini Victoria semakin menundukkan kepalanya. Aku tahu ia menangis semakin keras dalam diamnya. Sungguh, aku merasa bersalah padanya. Aku tak mengira akan sesulit ini hanya untuk mengakhiri hubunganku dengan Victoria.
“Victoria-ssi. Mianhae, jeongmal mianhaeyo.” Aku memohon maaf padanya berulang kali.
Tak lama setelah itu, ia mendongakkan kepalanya. Ia mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum tersenyum padaku. Kurasa itu senyum yang sangat menyakitkan untuknya.
“Aku akan senang jika kau bisa bersamanya. Tapi bolehkah aku meminta sesuatu padamu untuk yang terakhir kalinya?” ucapnya lirih dan tampak memohon.
“Apa itu?” tanyaku.
“Bisakah kau menciumku untuk pertama dan terakhir kalinya?”
Mwo? Mengapa harus itu? Haruskah aku melakukannya?
Ish… tapi aku bisa apa. Aku memang bersalah besar padanya. Baiklah, aku harus mengabulkannya sebagai permintaan maafku. Oke, ini hanya bentuk permintaan maafku.
Tanpa menjawabnya, aku langsung mendekati wajahnya dan menciumnya perlahan. Tak ada yang spesial disana. Aku hanya menempelkan bibirku pada bibirnya beberapa detik sampai kudengar isakan dari seseorang.  Aku yakin, itu bukan isakan Victoria. Bahkan mulutnya kini sedang terkunci. Lalu siapa?
Kemudian aku segera melepaskan ciuman itu dan mencari sumber isakan yang mengganggu pikiranku. Mengapa itu mengganggu pikiranku? Karena aku mengenal suara itu walaupun itu hanya sebuah isakan kecil. Minnie. Ya, kurasa itu suaranya. Aku memandang sekeliling, mencarinya dan itu dia!
Aku menemukannya tengah berjalan menjauh dari tempatku sekarang. Oh tidak, apakah dia melihat kami berciuman tadi? Dan sepertinya memang dia melihatnya. Itu hal yang buruk. Aku tak ingin dia salah paham.
“Minnie ah! Minnie ah chamkanman!” teriakku padanya. Tapi terlambat. Dia terlalu cepat berjalan menjauhiku. Aish jinja! Apa yang harus kulakukan?
“Kejar dia, Kyuhyun-ssi. Aku ingin kau mengejar cintamu.” Kata Victoria tiba-tiba.
Aku tersenyum padanya. Lalu aku segera mengejar Minnie setelah mengucapkan terima kasihku pada Victoria. Oh hell, aku tak dapat menemukannya dimanapun. Ayolah Minnie, jangan bercanda!
Tunggu… Atap!
Aku segera berlari ke atap gedung ketika aku mengingat tempat favoritnya. Dan benar saja. Ia ada disana. Kulihat ia sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya. Masih ada kesedihan di wajah itu. Namun ia segera berdiri dan menghapus air matanya ketika ia melihatku datang. Kami hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. Canggung sekali. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“Sudah kubilang, jangan ke atap lagi!” kataku tegas. “Ikut aku!”
Kemudian aku menarik tangan kanannya dan membawanya pergi dari tempat itu.
.
Aku membawa Minnie ke gereja tempatku dulu sering menghabiskan waktuku bersama cinta pertamaku. Sekedar untuk mengajaknya berbicara. Juga menceritakan masa kecilku padanya. Menceritakan Chuu yang sangat aku cintai hingga sekarang.
Kami berdua duduk di salah satu kursi panjang di dalam gereja. Tak ada yang mau memulai pembicaraan. Minnie pun sekarang terlihat lebih banyak diam. Tak seperti biasanya.
“Mengapa kau menagis?” tanyaku untuk memulai pembicaraan.
“Ne?”
“Aku Tanya, mengapa kau menangis?” aku mengulangi pertanyaanku.
Minnie tampak berpikir. Ish, apa yang dipikirkannya? Bukankah tinggal jawab saja?
“Oh… Itu… Itu karena aku tak dapat menemukan Siwon di atap tadi.” Jawabnya.
Mwo? Kuda itu lagi. Apa benar Minnie menangis hanya karena ia tak dapat bertemu dengan tuan Choi itu?
“Ish… Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan kuda itu lagi!” ucapku agak kesal.
“Ya Kyuhyun-ah, sudah kubilang juga jangan memanggilnya seperti itu.” Katanya pelan.
Aku sedikit tertawa beberapa saat kemudian. Tak lama setelah itu dia pun ikut tertawa bersamaku. Hah, syukurlah. Akhirnya aku kembali melihat tawanya. Kuharap memang dia tak salah paham dengan apa yang terjadi tadi. Namun tawa itu tak berlangsung lama. Tak apa, setidaknya aku telah berhasil mengubah mood yeoja pink ini.
“Kau tahu Minnie ah, aku selalu ingin menikah di gereja ini.” Kataku kemudian.
Minnie tersenyum tulus kearahku.
“Jinja?” tanyanya sambil tersenyum.
“Ne. Tentu saja!”
“Keuraeso. Kurasa Victoria-ssi juga akan menyukainya!” katanya sambil tersenyum bahagia.
Mwo? Apa maksudnya? Hei, aku tak menyinggung soal Victoria disini! Mengapa dia…
Belum  sempat aku melanjutkan bicaraku, kami berdua mendengar tawa beberapa anak di luar gereja.
“Ah, anak-anak!” teriak Minnie tiba-tiba.
Kemudian ia segera bangkit dan mencoba berlari keluar. Apa-apaan dia? Bahkan aku belum selesai bercerita!
“Minnie ah, kau mau kemana? Aku belum selesai bicara!” teriakku pada Minnie yang berlari semakin menjauh.
Lalu Minnie menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan tersenyum ke arahku. “Tak ada yang lebih penting dari anak-anak. Simpan dulu ceritamu. Aku akan mendengarnya nanti!”
Kemudian ia tersenyum bahagia dan melanjutkan langkahnya keluar gereja. Ish, menyebalkan sekali dia. Dia masih bisa tersenyum sebahagia itu sedangkan dia baru saja membuatku kesal. Dasar yeoja pink. Aah, aku ingin tetap di dalam gereja saja. Aku pasti akan canggung dengan anak-anak. Maka dari itu, aku tak mau mengikuti Minnie.
Namun aku salah, aku hanya menjadikan diriku semakin bosan dengan hanya berdiam diri di dalam gereja. Jadi kuputuskan untuk keluar dan mencari Minnie. Ketika aku mencapai sisi luar gereja, kulihat Minnie tengah bermain dengan anak-anak di halaman gereja. Ia begitu bahagia bermain dengan anak-anak itu. Aku yakin dia tak mengenal mereka. Tapi mengapa mereka bisa begitu dekat? Ish, pasti itu karena Minnie yang terlalu cerewet.
Hah, aku tertawa pelan melihatnya. Kemudian aku mengedarkan pandanganku. Ah, aku benar-benar merindukan suasana ini. Tempat ini masih sama seperti 13 tahun lalu. Baiklah, aku kini semakin merindukannya. Cinta pertamaku.
Kulihat beberapa biarawati sedang berjalan menuju gereja. Dan juga salah satunya yang sangat aku kenal. Seorang biarawati yang terlihat lebih tua dari yang lainnya. Park Sunyeonim. Dialah yang selalu dengan senang hati menemaniku untuk bermain disini dulu. Bukan hanya aku lebih tepatnya. Aku dan Chuu. Kami berdua. Tak sekedar bermain. Park Sunyeonim juga tak pernah lelah mengingatkan kami untuk berdoa. Ah, aku sangat merindukan masa-masa itu.
Kulihat Park Sunyeonim membawa beberapa permen dan makanan. Kemudian ia berhenti dan memandang Minnie yang sedang bermain dengan anak-anak dari kejauhan. Kemudian ia berteriak memanggil seseorang.
“Chuu!”
Tunggu. Dia bilang apa?
“Chuu, kemarilah!”
Chuu? Apakah benar dia memanggil Chuu? Tapi siapa yang dipanggilnya?
“Ne, sunyeonim.”
Kudengar seseorang berteriak menanggapi panggilan Park sunyeonim dari kerumunan anak-anak. Suara yang sangat kukenal. Lalu selanjutnya kulihat seorang yeoja berjalan ke arah biarawati yang memanggilnya. Tunggu… Dia… Tak mungkin…
Minnie?
Mengapa Park Sunyeonim memanggilnya Chuu?
Ya Tuhan, siapa dia sebenarnya?
“Aish… Dari dulu kau tak pernah berubah Kyuhyun-ah…”
“Kyu, belikan satu rasa vanilla untukku!”
“Kau suka vanilla?” - “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
“Aish…Kyunnie… Ayo ceritakan!”
“Dia tak bisa makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!”
….
Semua perkataan Minnie seperti kembali berputar di otakku. Semua seperti terulang. Semua kecurigaanku. Bahkan aku juga mengingat bagaimana ia menangis saat bertemu dengan ibuku. Jadi apakah Minnie…
“Kyuhyunie!” panggil seseorang memecah lamunanku.
Kulihat Park Sunyeonim tengah tersenyum padaku. Aku yakin ia yang baru saja memanggilku. Kini ia mendekatiku. Aku mencoba tersenyum padanya walaupun pikiranku masih kacau.
“Ah, oraenmaniya nae adeul.” Ucapnya sambil menepuk pundakku.
“N-ne, Park sunyeonim.” jawabku sekenanya.
Kusadarkan diriku sendiri sebisa mungkin. Sungguh, pikiranku menjadi tak karuan saat ini. Aku pasti masih terlihat linglung. Tubuh, hati dan pikiranku masih terkejut. Semua yang ada pada diriku, masihbelum bisa menerima segala yang baru saja terjadi di depan mataku. Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Park Sunyeonim kembali memandang Minnie dan anak-anak. Dan setelah itu ia menatapku. Tampak ada kebahagiaan dan keharuan disana.
“Kau datang bersamanya?” tanyanya padaku.
Tak perlu kutanya lagi siapa yang ia maksud. Aku tahu yang ia maksud adalah yeoja yang dilihatnya tadi. Minnie. Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.
“Hah, sudah kuduga kau akan bertemu dan bersamanya lagi.” Ucapnya.
“Apa maksud anda, sunyeonim?” tanyaku sedikit bingung.
“Kau bertanya maksudku? Inti dari segalanya adalah aku bahagia bisa melihat kalian berdua kembali setelah 13 tahun. Kau memang tak bisa terpisah dari Chuu.” Jawabnya sambil tertawa ringan.
Chuu? Dia bilang Chuu? Jadi itu benar?
“Sunyeonim, bagaimana bisa anda mengenali kami?” tanyaku ragu. Aku hanya ingin memastikan semuanya.
Kemudian Park Sunyeonim kembali tersenyum. Oh, ayolah. Jawab saja pertanyaanku.
“Hal itu mudah saja jika kau sudah mengenal baik orang itu. Lagipula Chuu sudah sering ke gereja ini sejak dia kembali dari Jepang. Dan seperti itulah yang dilakukannya. Bermain bersama anak-anak. Chuu sangat menyukai mereka. Oh ya, mungkin aku tak bisa memanggilnya Chuu lagi. Dia sudah dewasa. Jadi aku harus mulai memanggilnya Lee Sungmin.Bukan begitu, Kyuhyunie?”
DEG!
Jadi semua benar? Minnie adalah dia? Semua kecurigaanku itu nyata? Ya Tuhan…
Akhirnya. Akhirnya aku menemukannya lagi. Chuu-ku. Aku merasa penantianku selama 13 tahun telah usai saat itu juga. Aku menahan gejolakku sejenak sekedar untuk menjawab Park Sunyeonim.
“Ne, sunyeonim.”
Oh baiklah. Aku menemukanmu. Aku menemukanmu, cinta 13 tahunku. Aku terus saja memandangnya. Menatap sendu dirinya yang masih sibuk dengan anak-anak itu. Detik selanjutnya pertahananku runtuh. Air mataku mulai membanjiri pipiku. Membuat segalanya menjadi sedikit buram karena bulirnya yang menutupi mataku. Sungguh, aku tak tahu harus bahagia atau kesal karenanya. Satu hal yang sangat jelas, ada satu kelegaan di hatiku. Dan maaf, kelegaan itu hanya bisa kutunjukkan dengan cara menangis.
Kini aku tahu semua. Aku tahu mengapa aku nyaman berada di sisinya. Aku tahu mengapa dengan mudah aku menyukainya. Aku tahu mengapa aku begitu takut kehilangannya. Itu semua karena mereka adalah orang yang sama. Minnie dan Chuu adalah orang yang sama. Dialah Lee Sungmin.
Namun ada satu hal yang mengganjal di hatiku. Satu hal yang membuat hatiku semakin sakit dan membuatku membenci sosoknya itu. Mengapa dia tak pernah memberitahuku? Mengapa selama ini dia membohongiku?
Kyuhyun POV end

Normal POV
Kyuhyun dapat menguasai keterkejutannya setelah menenangkan dirinya selama beberapa menit. Tak lama setelahnya, ia segera berpamitan pada Park Sunyeonim dan berjalan ke arah Sungmin yang masih sibuk dengan anak-anak. Ini pertama kalinya ia harus berbicara pada Sungmin setelah tahu semuanya. Ia sendiri mengerti, ia tak boleh menangis dan memeluk yeoja itu begitu saja. Jadi ia memutuskan untuk mengajaknya pergi dari tempat itu.
“Chuu-ssi, ayo kita pulang.”
DEG!
Sungmin terpaku saat itu juga. Kyuhyun baru saja memanggilnya dengan nama kecilnya. Dan itu berarti Kyuhyun telah mengetahui segalanya. Baik, selesailah permainan Sungmin kali ini. Ia hanya bisa menunduk tanpa berani memandang orang yang berdiri tak jauh darinya. Sedangkan Kyuhyun segera menarik tangan Sungmin dan membawanya pergi.
.
Kyuhyun memutuskan untuk membawanya pulang. Ke apartemen yeoja itu tentu saja. Namun tak ada satupun dari mereka yang turun dari mobil terlebih dahulu. Keduanya terdiam. Batin mereka sama-sama berkecamuk. Sedih, bahagia, sakit semua mereka rasakan. Entah harus mulai dari mana. Suasana yang begitu canggung tercipta diantara keduanya.
Kyuhyun tak tahan dengan keheningan itu. Ia menghela napasnya dalam-dalam dan mulai angkat bicara.
“Mengapa kau tak memberitahuku?” ucapnya pelan.
Hati Kyuhyun begitu pedih saat mengucapkan kalimatnya itu. Apa yang salah pada dirinya sampai Sungmin tak pernah mau memberitahukan dirinya yang sebenarnya?
Namun tak hanya Kyuhyun, hati Sungmin pun kembali merasakan sakit itu. Sakit yang berbeda dari beberapa jam yang lalu saat ia melihat Kyuhyunnya berciuman dengan yeoja lain. Bukan. Bukan sakit hati yang seperti itu yang saat ini ia rasakan. Ia bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapi Kyuhyun saat ini.
“Untuk apa? Bukankah seharusnya kau bisa mengenaliku sejak awal?” kini Sungmin mengembalikan pertanyaan Kyuhyun.
Sebuah pertanyaan telak bagi Kyuhyun. Oke, dia memang tak mengenali Sungmin sejak awal. Tapi paling tidak ia memiliki kecurigaan terhadapnya. Kyuhyun kini setengah tak terima dengan perkataan Sungmin. Namun ia justru mulai menangis lagi. Sungguh, hatinya sakit melihat Sungmin yang begitu acuh padanya.
“Bagaimana bisa aku mengenalimu?! Aku hanya tahu Chuu,bukan Lee Sungmin! Mengapa tak dari awal kau perkenalkan saja dirimu sebagai Chuu, hah?! Maka kau tak akan repot membohongiku dan menyakitiku!” teriak Kyuhyun frustasi.
Sungmin tampak tak bisa menahan air matanya. Ia ingin sekali menyembunyikan air matanya. Tapi tak mungkin bisa. Ia sendiri sakit. Sungmin yang saat ini bukanlah dirinya. Kalau dia mau, dia bisa saja memeluk Kyuhyun saat ini dan meminta maaf padanya. Tapi tidak. Ia sudah memutuskan untuk melepaskan Kyuhyun. Ia ingin Kyuhyun bahagia dengan Victoria. Jadi apapun yang terjadi, ia harus tetap berpisah dari Kyuhyun. Karena sejak ia melihatnya berciuman dengan Victoria, ia yakin, bahwa Kyuhyun memang untuk Victoria. Bukan untuknya.
“Aku sudah dewasa. Aku bukan Chuu yang dulu lagi. Aku Lee Sungmin.” Jawab Sungmin datar yang semakin membuat hati Kyuhyun teriris.
“Mwo? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Kau tetap Chuu-ku! Kau tak ingat janjiku dulu? Kau tak ingat aku pernah berjanji di hadapan Tuhan bahwa aku akan menikahimu?! Kau tak…”
“UNTUK APA?!” teriak Sungmin. Kini air matanya telah mengalir deras. Ia tak ingin mendengar Kyuhyun melanjutkan kalimatnya. Ia ingin segera mengakhiri semuanya. Ia ingin segera terlepas dari Kyuhyun agar hatinya tak terlalu sakit lagi.
Sementara Kyuhyun hanya bisa terdiam. Ia menatap pedih yeoja manis disebelahnya. Keduanya merasakan sakit yang sama. Tapi keduanya juga memiliki keegoisan yang sama. Dan Kyuhyun sama sekali tak berniat melanjutkan kalimatnya.
“Untuk apa kau ungkit lagi jika kau saja tak mengingat bahkan tak mengenal orang yang kau beri janji itu?! Ck, sudahlah. Lagi pula siapa yang akan percaya pada janji anak umur 6 tahun.” Lanjut Sungmin.
Sempurnalah kini sakit di hati Kyuhyun. Ia tak menyangka Sungmin akan berkata seperti itu. Perkataan Sungmin seakan anak panah yang selalu siap untuk membunuhnya. Ia tak mengerti mengapa Sungmin jadi seperti ini. Ia mengenal baik Sungmin sebagai Chuu ataupun sebagai Minnie. Tapi sekarang, ia sama sekali tak mengenal yeoja ini. Sungmin yang sekarang adalah orang yang paling jahat baginya. Yeoja itu bahkan tak percaya bahwa dirinya masih memegang teguh janjinya 13 tahun lalu.
Kyuhyun masih diam setelahnya. Namun Sungmin kini sudah bersiap untuk keluar dari mobil itu. Ia sudah bisa menguatkan hatinya. Walaupun sebenarnya hatinya jauh lebih sakit. Ia mencoba tersenyum dan menghapus sisa air matanya.
“Baiklah, anggap hal ini tak pernah terjadi. Kau persiapkan saja pernikahanmu dengan Victoria-ssi.” ucap Sungmin ceria sambil menahan air matanya.
Selanjutnya Sungmin segera keluar dari mobil. Ia berusaha keluar secepatnya agar Kyuhyun tak mengatakan apapun. Namun ia salah, setelah ia meninggalkan mobil itu beberapa langkah, Kyuhyun memutuskan untuk keluar dari mobil.
“Bahkan kau tak mengizinkanku untuk memelukmu setelah 13 tahun?” teriak Kyuhyun.
Teriakkan yang terdengar begitu pedih di telinga Sungmin. Namun ia tetap berusaha tegar walaupun air matanya kembali keluar. Ia tak ingin berbalik. Jika ia melakukannya, maka akan makin sulit baginya untuk melepaskan Kyuhyun. Dan akhirnya tak ada tanggapan yang berarti bagi Kyuhyun. Sungmin tetap berjalan menjauh. Bahkan tanpa mengatakan sepatah katapun.
Kyuhyun pun tak berniat mengejarnya. Kakinya terlalu kaku untuk berlari mengejar yeoja itu. Hatinya pun terlalu sakit untuk memandang wajah itu. Ia hanya bisa terduduk di sebelah mobilnya. Menangis tersedu layaknya Kyunnie 13 tahun lalu yang bersedih karena kepergian Chuu. Hari ini semua itu seperti terulang kembali.
Sungmin merasakan hal yang sama. Dirinya tak bisa terus menerus menahan air matanya. Ia tak bisa  terlalu lama menahan sesak di dadanya. Ia menangisi segalanya di dalam apartemennya. Sendiri dan begitu sepi. Ia kembali merasakan hal yang terjadi 13 tahun lalu. Ketika ia harus meninggalkan Kyunnie kecil. Hanya saja kali ini jauh lebih sakit dari pada itu.
Keduanya meratapi kisah masing-masing. Ada sedikit rasa tak terima di hati mereka. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Cho Kyuhyun, ia tahu ia mencintai seorang Lee Sungmin. Tapi seolah Sungmin tak ingin menerimanya lagi. Dan Lee Sungmin, ia mengerti bahwa cintanya hanya untuk Cho Kyuhyun. Tapi sepertinya ada yang jauh lebih baik darinya. Ia ingin melepaskannya untuk yeoja lain. Ia merasa Kyuhyun akan lebih bahagia bersama yeoja itu. Bukan bersamanya.

TBC

This Faithful Love (Chapter 4)



Dan benar saja, malam selanjutnya aku benar-benar menemani Kyuhyun makan malam bersama Victoria di salah satu restoran di dekat kediaman Cho. Aku memutuskan mengajak Siwon malam itu. Tentu saja agar aku tak menjadi semacam orang bodoh diantara dua calon mempelai itu. Oke, Kyuhyun memang akan menikah setelah ia lulus kuliah. Namun tetap saja ketakutan itu menghantuiku sejak sekarang.
Sosok Victoria benar-benar di luar dugaanku. Dia sempurna. Bahkan dia begitu dewasa. Ia ramah bahkan padaku dan Siwon yang baru saat itu dikenalnya.
“Baik, bagaimana jika kita mulai memesan?” tawarku pada semuanya.
Victoria tersenyum padaku dan berkata, “ide yang bagus, Sungmin-ssi.”
Kemudian Siwon memanggil salah satu pelayan disana. Setelah pelayan itu sampai di meja kami, semua langsung tampak sibuk memilih makanan yang akan jadi makan malam mereka. Kami pun saling menawarkan makanan satu sama lain. Termasuk Victoria pada Kyuhyun.
“Kau mau minum kopi, Kyuhyun-ssi?” tanya Victoria padanya.
“Jwiseonghaeyo Victoria-ssi, sepertinya kau tidak bisa memesannya untuk Kyuhyun. Dia tak bisa makan dan minum sesuatu yang pahit. Pesan ice choco saja!” cegahku.
“Ah, keurae?” Victoria tampak setuju dengan pendapatku.
Beberapa detik kemudian…
Ah, bodoh! Aku memang bodoh. Bagaimana bisa aku mengatakan sesuatu yang bisa saja membunuhku saat itu juga? Kini pun Kyuhyun menatapku tajam dan wajahnya seolah berkata, ‘dari mana kau tahu?’
Selama aku menjadi Lee Sungmin, ah lebih tepatnya sejak aku kembali dari Jepang, Kyuhyun memang tak pernah sekali pun berkata padaku bahwa ia tak suka sesuatu yang pahit. Aku hanya mengingat hal itu karena aku memang sudah mengenal Kyuhyun sejak 13 tahun yang lalu. Dan kini aku seperti tengah membuka topengku perlahan. Kulihat kini Kyuhyun memandangku semakin tajam seolah aku adalah stalker baginya. Untung saja Victoria mengajakku mengobrol sehingga pandangan tajam Kyuhyun berakhir. Ah, syukurlah…
“Oh ya, Sungmin-ssi. Kau sahabat baik Kyuhyun kan?” tanyanya padaku.
“Ne. Waeyo?”
“Apakah dia sering menyusahkanmu?” tanyanya lagi. Kini ia menatap Kyuhyun dengan tatapan menggodanyanya. Ah, dada ini semakin sesak saja.
“Ani. Hanya saja dia tak mau mengalah. Hati-hati saja padanya, Victoria-ssi.” jawabku sambil tertawa mencoba untuk menghilangkan kegugupan sekaligus sakit hatiku.
“Ya! Minnie ah! Kau pikir aku siapa sampai menyuruhnya untuk hati-hati padaku?” ucap Kyuhyun kesal.
Kini Victoria tampak tertawa. Sungguh, ia yeoja yang baik menurutku. Aku semakin sadar bahwa Kyuhyun memang pantas untuk mendapatkannya. Lagi pula aku merasa aku tak bisa begitu dewasa seperti Victoria. Aku masih jauh dibawahnya. Memang, hatiku memang semakin sakit saat ini. Namun entah mengapa, kesadaran ini menuntutku untuk melepaskan Kyuhyun sedikit demi sedikit.
“Geundae Siwon-ssi, apa hubunganmu dengan Sungmin-ssi? Kulihat kalian sangat dekat?” tanya Victoria pada Siwon setelah kami selesai memesan makanan.
Siwon hanya tersenyum ramah padanya. “Ani. Tak ada hubungan spesial. Hanya saja kami sering menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol di atap gedung kuliah kami. Yah, mungkin karena itu kami dekat.”
“Jinja? Itu pasti menyenangkan.” ucap Victoria senang.
“Menyenangkan  apanya? Bahkan Sungmin pernah membolos hanya untuk berkencan di atap.” Kata Kyuhyun tiba-tiba.
Apa? Keterlaluan sekali dia!
“Ya! Aku tidak berkencan, Cho Kyuhyun!” kataku tajam sambil memandangnya kesal.
“Oh keurae? Kalau begitu berhentilah pergi ke atap gedung. Seperti tak ada tempat lain saja!” sindirnya.
“Memangnya apa hakmu melarangku kesana?” kataku tak ingin kalah.
“Minnie ah, aku memberimu saran yang baik. Kau seharusnya menurut padaku!”
“Anhae!”
Pertengakaran mulut kami terhenti saat kami berdua mendengar Victoria dan Siwon tertawa. Apa yang mereka tertawakan? Tak ada yang lucu. Hei, aku sedang kesal pada Kyuhyun, mengapa kalian malah tertawa?
“Sudah… sudah… kalian benar-benar seperti anak kecil.” ucap Victoria di tengah tawa renyahnya.
Tapi kami tak berhenti sampai saat itu. Selama makan malam pun kami masih sering adu mulut. Mulai dari masalah kuliah hingga makanan yang saat itu kami makan. Bahkan Victoria sering kali menggelengkan kepalanya saat mendengar pertengkaran anak kecil kami. Ah, salahkan Kyuhyun, Victoria-ssi. Setan itu yang membuatku naik darah lebih dulu.
Pertengkaran kami baru berhenti saat kami harus berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Kyuhyun mengantarkan Victoria pulang ke rumahnya. Sedangkan aku bersama Siwon. Hah, cukup melelahkan juga menjaga hati yang sakit. Sudahlah, aku sudah cukup bersyukur hari ini berakhir.
Aku segera memasuki apartemenku saat Siwon mengantarkanku pulang. Tak lupa aku berterimakasih padanya. Ah, aku merasa berhutang budi padanya. Ia baik sekali mau menemaniku.
Aku segera mengganti pakaianku menjadi piyama tidur setelah aku selesai mandi. Aku sedikit tertawa saat aku mengingat pertengakaran mulutku dengan Kyuhyun tadi. Sungguh seperti mengulang masa lalu. Dan pertengkaran yang kukira telah selesai itu sepertinya kembali dimulai saat Kyuhyun mengirimiku sebuah pesan.
From: Kyunnie
Ya yeoja pink! Kau sungguh menyebalkan!
Apa maksudnya? Aku segera membalas pesan tak jelas itu.
To: Kyunnie
Wae? Aku salah apa?
Tak lama setelahnya ia pun membalas pesanku. Jadilah kami saling berkirim pesan malam itu.
From: Kyunnie
Mengapa kau mengajak kuda itu saat makan malam?

To: Kyunnie
Siapa yang kau maksud?

From: Kyunnie
Siwon. Choi Siwon!

To: Kyunnie
Ya Cho Kyuhyun! Jaga bicaramu!

From: Kyunnie
Wae? Aku memang tak suka padanya. Apalagi kau malah mengajaknya makan malam.

To: Kyunnie
Apa masalahmu? Lagipula kalau bukan permintaan ibumu, aku juga tak sudi menemanimu!

From: Kyunnie
Oh? Keurae?

Sebelum aku membalas pesan Kyuhyun itu, handphoneku sudah berbunyi lagi. Tapi ini bukan menandakan pesan masuk, melainkan telefon. Telefon dari ID yang sama dengan seseorang yang baru saja mengirimiku pesan. Aku segera mengangkat telefon itu agar tak berdering terlalu lama.
“Wae?” tanyaku to the point pada orang yang menyebalkan itu.
“Cepat lihat keluar jendela!” suruh Kyuhyun seenaknya.
“Ada apa?” tanyaku.
“Cepat kubilang!”
“Ish…jinja”
Kemudian aku segera melangkah menuju jendela besar di sudut kamarku. Aku melihat keluar jendela dan tak ada apa-apa. Hanya lampu-lampu dari beberapa gedung dan rumah-rumah yang ku lihat. Apa maksudnya menyuruhku seperti ini? Sungguh bukan hal yang penting untuk kulakukan. Aku kini makin kesal padanya.
“Kau pikir kau cantik dengan mempoutkan bibirmu seperti itu?” ucap Kyuhyun kemudian.
Eh? Apa dia melihatku? Ah, dia pasti melihatku saat ini. Tapi dimana setan itu?
“Kau dimana tuan Cho?”
Kemudian aku mulai mengedarkan mataku ke segala arah. Mulai dari gedung-gedung itu hingga jalanan di depan apartemenku. Cukup sulit melihat jalanan itu ketika kau berada di lantai 3 sebuah gedung apartemen. Namun mataku menangkap sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Seorang namja yang bersandar pada mobilnya. Kini ia sedang mendongakkan kepalanya. Memandang jendela yang ada di depanku. Mata kami bertemu dan namja itu menyunggingkan senyumnya padaku.
“Sepertinya kau menangkapku, Lee Sungmin!” ucapnya yang kudengar di telefon.
“Mengapa kau disana? Cepat pulang! Mana Victoria-ssi?” tanyaku padanya.
Kini kami seperti sedang mengobrol empat mata. Hanya saja kami terpisah agak jauh dan kami menggunakan telefon agar bisa mendengar satu sama lain.
“Tenang saja. Aku sudah mengantarnya pulang. Aku justru mencemaskanmu?” kata Kyuhyun mengalihkan.
“Naega wae?” tanyaku lagi.
“Aku khawatir kau akan tertular virus kuda karena kau terlalu dekat dengan tuan Choi itu.” Jawab Kyuhyun tanpa dosa.
“Ya, Cho Kyuhyun! Kau ini benar-benar perlu diberitahu cara menjaga mulut sepertinya!” tanggapku agak kesal padanya.
Kulihat kini Kyuhyun tersenyum sinis. Dia juga menghela napas marah setelahnya.
“Wae? Aku tahu cara menjaga mulutku sendiri. Lagipula aku selalu meggosok gigiku setiap hari.”
Apa? Dasar bodoh. Ya, tapi kalimat bodoh itu cukup membuatku tertawa. Kyuhyun pun ikut tertawa bersamaku. Leluconmu berhasil tuan Cho. Kau berhasil membuatku mengurangi rasa kesalku padamu.
“Keurae. Aku tahu. Sekarang cepat pulang!” pintaku padanya.
“Ya! Kau berani mengusirku? Aku diluar apartemenmu, jadi bukan hakmu untuk mengusirku!” ucapnya penuh nada penolakan.
Haaah, dia memang tak pernah berubah. Selalu egois dan semaunya.
“Kyuhyun ah, ini sudah malam. Kau mau orang-orang mengira dirimu stalker?” saranku.
Kini Kyuhyun menghela napasnya dalam-dalam. Kulihat wajah kesalnya yang begitu lucu. Ia bahkan mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya pada jalanan dibawahnya.
“Hhh… Baiklah. Aku pulang. Tapi aku ingin satu hal darimu.” Ucapnya.
“Apa?”
“Jangan dekat-dekat dengan kuda itu lagi dan jangan pernah kencan di atap dengannya lagi. Aku tak suka!”
“Ya Cho Kyuhyun, jangan memanggilnya kuda. Lagi pula…”
“Nan arra. Aku pulang!”
Tut… tut…tut…
Aish, anak ini. Selalu seenaknya saja. Seenaknya menyuruhku, seenaknya memotong perkataanku dan seenaknya menutup telefon saat aku masih ingin bicara. Yah, tapi itulah Cho Kyuhyun. Namja paling evil yang pernah kukenal. Bahkan aku masih saja mencintainya walaupun aku tahu dia terlalu semena-mena. Haah, mungkin aku memang sudah gila.
Kini Kyuhyun melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum menanggapinya dan membalas lambaian tangannya. Tak lama setelah itu ia segera melaju mengendarai mobilnya meninggalkan jalanan di depan apartemenku.
Aku merasa dia semakin dekat denganku. Entah karena aku yang terlalu berharap atau memang begitu kenyataannya. Apapun itu, seharusnya itu tidak terjadi. Aku tak bisa membiarkan hal ini terlalu lama. Semakin aku dekat dengannya, maka aku akan semakin sakit hati. Oh ya Tuhan, mengapa untuk melepasnya saja harus sesulit ini.
.
.
Sejak makan malam itu, aku jadi sering menggoda Kyuhyun dengan segala hal yang berhubungan dengan Victoria. Bukan apa-apa, aku melakukannya karena aku hanya ingin menutupi sakit hatiku. Aku hanya ingin mencoba menguatkan diriku sendiri. Mungkin aku terlihat bodoh. Namun hanya ini yang bisa ku lakukan.
Beberapa hari ini Kyuhyun pun sudah tak canggung lagi dengan Victoria. Bahkan ketika aku menyuruhnya untuk mengantarkan Victoria beberapa hari yang lalu, ia dengan senang hati melakukannya. Haah, baguslah. Setidaknya hal itu akan membantuku. Yah walaupun aku tetap sakit hati saat melihat mereka berdua.
Seperti saat ini, kulihat Kyuhyun mengajak Victoria ke belakang gedung kuliah. Entah apa yang akan dilakukan mereka. Kuputuskan untuk mengikuti mereka. Aku tetap melangkah hingga mereka berhenti di suatu tempat. Aku pun menghentikan langkahku dan memposisikan diriku untuk bersembunyi dan melihat mereka dari kejauhan. Aku sama sekali tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sungguh aneh apa yang kulakukan ini. Aku bahkan bingung dengan diriku sendiri. Aku yang sudah meyakinkan diriku untuk melepas Kyuhyun, kali ini malah mengikutinya yang sedang berkencan dengan Victoria. Hah, bahkan aku tak peduli jika orang-orang akan menyebutku stalker. Kulihat mereka mengobrol begitu serius. Dan beberapa menit selanjutnya…
DEG!
Sesak dan sakit. Hanya itu yang kurasakan setelahnya. Sungguh, sakit sekali.
Hal yang tak kuduga terjadi. Hal yang menambah rasa sesak di dadaku. Hal yang menambah sakit di hatiku. Hal yang berhasil meloloskan air mataku. Sungguh, ini terlalu menyiksa. Dia menciumnya. Kyuhyun mencium Victoria tepat di depan mataku.
Aku terisak parah. Kurasa isakanku cukup keras untuk didengar orang yang ada di dekatku. Ini semua karena aku harus menangis sekaligus menahan sesak di dadaku. Sungguh sulit mengatur napasku saat ini. Aku mencoba sekuat tenaga agar aku tetap tenang dan tak lagi menangis terlalu lama. Jadi aku putuskan untuk pergi dari tempat itu. Namun sepertinya aku mendengar suaranya memanggilku sebelum aku pergi. Ya, kudengar Kyuhyun memanggilku. Tapi sudahlah, aku tak ingin meihat wajahnya saat ini. Lebih tepatnya aku tak mampu. Sudah kubilang, ini terlalu sakit. Aku tetap melangkah pergi dan sedikit berlari untuk segera meninggalkan tempat itu.
Sungmin POV end

Kyuhyun POV
Hari ini aku membawa Victoria ke belakang gedung kuliah. Sudah kuputuskan, aku tak ingin membiarkan hal ini terlalu lama. Aku tak mau menyiksa perasaanku sendiri. Karena perasaanku memang bukan untuk Victoria.
Aku masih memiliki cinta pertamaku. Aku tak mungkin melupakan janjiku 13 tahun lalu. Aku hanya ingin menikah dengannya. Sesuai janjiku. Aku memang terlalu mencintainya walaupun saat ini aku tak tahu dia dimana. Dan disisi lain, aku juga memiliki Minnie. Oke, yeoja pink itu memang berhasil membuat perhatianku pada cinta pertamaku teralih. Dia berhasil membuatku berpikir bahwa aku masih bisa tenang karena aku masih memiliki seorang yeoja pecinta pink jika nantinya aku akan benar-benar kehilangan cinta pertamaku. Meskipun sebenarnya ia tak berkata apapun, hanya aku yang berpikiran seperti itu. Aku akui, aku juga terlalu takut kehilangan Minnie. Jadi kuputuskan untuk segera mengakhiri hubungan konyolku dengan Victoria.
Victoria tampak bingung. Wajahnya mengisyaratkan, ‘mengapa kau membawaku kesini?’
“Mianhae Victoria-ssi, aku membawamu ke tempat ini.” Ucapku untuk mengawali pengakuanku.
Victoria tersenyum padaku masih dengan keramahannya. “Ne, gwaenchanha. Apa yang ingin kau bicarakan, Kyuhyun-ssi?”
Aku menghela napasku. Bersiap untuk mengatakan pengakuanku.
“Bisakah kita hentikan semua ini?” kataku.
Victoria tampak kaget dan bingung. “Apa maksudmu?”
“Hubungan kita. Ini bukanlah hal yang kita inginkan. Hanya orang tua kita yang menginginkannya. Kumohon, aku ingin menghentikan semuanya.” Pintaku padanya.
Tak ada jawaban darinya. Dia hanya menunduk dalam diam. Dalam beberapa detik tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Akhirnya setelah beberapa menit ia mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Tapi apa itu? Mengapa matanya berair? Dia menangis?
“Victoria-ssi…”
“Kau salah.” Lirihnya di tengah tangisannya yang tak bersuara.
“Ne?”
“Kau salah, Kyuhyun-ssi. Kau salah dengan mengatakan kita tak pernah menginginkan hubungan ini. Mungkin memang dirimu tak menginginkannya, tapi aku sebaliknya. Aku menyukaimu.”
DEG!
Apa? Victoria…
Sungguh, aku cukup terkejut dengan pengakuannya. Dia baru saja mengatakan perasaannya padaku. Dan mengapa sekarang ini menjadi pengakuannya? Bukankah seharusnya aku yang mengatakan pengakuanku disini?

TBC

This Faithful Love (Chapter 3)



Hari itu Sungmin benar-benar merasa menjadi dirinya yang dulu. Menjadi dirinya yang bernama Chuu. Apalagi ditambah ia menghabiskan waktunya sehari penuh di taman bermain bersama Kyuhyun. Benar-benar seperti dulu. Hanya saja Kyuhyun tak mengenalinya saat ini. Tapi biarlah, yang terpenting hari ini ia bahagia. Walaupun ia harus menyiakan waktu kuliahnya.
Kyuhyun pun tampak ceria sekali. Keduanya bahkan lupa bahwa hari ini mereka harus kuliah penerapan filsafat. Ah, lupakan hal itu. Kuliah bahkan tak lebih menyenangkan dari pada bermain seperti ini.
“Minnie-ah, kau mau es krim?” tanya Kyuhyun pada Sungmin ketika keduanya berjalan-jalan di Myeongdong malam harinya.
“Keurae! Joha!” jawab Sungmin masih dengan senyum cerianya.
Setelah itu Kyuhyun segera membawa Sungmin ke kedai es krim tak jauh dari tempatnya berdiri. Bukan rahasia lagi bahwa Sungmin sangat menyukai segala hal yang berbau manis. Sama seperti dirinya.
“Kyu, belikan satu rasa vanilla untukku!” ucap Sungmin semangat.
“Aku belum menawarkan padamu, agashi… ck, dasar!” kata kyuhyun setengah tertawa melihat tingkah teman kencannya hari itu.
Sungmin hanya bisa menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya lucu. Dan hal itu kembali membuat jantung Kyuhyun berdegup lebih kencang. Yah, dan seperti biasanya pula, ia segera menggelengkan kepalanya agar perasaan gugup yang ‘aneh’ itu hilang. Lalu ia memesan dua es krim pada pelayan dan menunggu hingga es krim pesanan mereka datang.
“Kau suka vanilla?” Tanya Kyuhyun kemudian.
Sungmin mengangguk mantap. “Ya, bahkan sejak aku kecil.”
Seketika Kyuhyun agak mengernyitkan dahinya. Ia memandang Sungmin dalam-dalam. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada diri yeoja itu. Tapi apa?
“Cheogiyo… Ini es krim anda tuan…” ucap pelayan membuyarkan lamunan Kyuhyun.
“Ah, ne… gamsahamnida. Ini untukmu!” kata namja itu sambil memberikan satu cone vanilla ice cream pada Sungmin.
Sungmin tersenyum senang layaknya anak kecil yang baru mendapatkan es krim sebagai kado terindahnya. Kemudian keduanya keluar kedai dan melanjutkan jalan-jalan mereka.
“Kyu, apa kau tidak lelah?” Tanya Sungmin tiba-tiba.
“Ani. Kau lelah?” Kyuhyun balik bertanya.
“Tidak juga. Asal kau memberiku es krim vanilla terus, aku tak akan lelah.” ucap Sungmin dengan tawa nakalnya.
“Ish… kau ini…”
“SUNGMIN-SSI!” panggil seorang namja tiba-tiba dari belakang mereka.
Sungmin segera membalikkan tubuhnya. Kemudian ia tersenyum ketika ia melihat namja itu. Menyadari siapa yang memanggilnya, ia pun segera menyapa namja di depannya.
“Ah Siwon-ssi, kebetulan sekali.” sapanya.
Dan apa yang dilakukan Kyuhyun disana? Ia hanya mendengus. Ia pun tak mengerti mengapa ia begitu kesal ketika melihat Sungmin begitu akrab dengan namja bertubuh kekar itu.
“Ah kau bersama Kyuhyun-ssi rupanya? Annyeonghaseyo Kyuhyun-ssi…” sapa Siwon pada namja yang masih mendengus kesal karenanya itu.
Kyuhyun hanya tersenyum sinis tanpa menjawab sapaan Siwon. Sedangkan Siwon sendiri bingung dengan tingkah Kyuhyun yang ‘aneh’ itu. Sungmin yang menyadari tabiat Kyuhyun segera mengalihkan perhatian keduanya agar tidak canggung.
“Kau sendirian, Siwon-ssi?” Tanya Sungmin kemudian.
“Ne… Kebetulan aku ingin ke Myeongdong.”
“Keurae? Bagaimana jika kau ikut bersama kami saja?”
Kyuhyun terkejut dengan keputusan sepihak Sungmin yang menurutnya semena-mena. Ia segera menarik sweeter Sungmin. Namun tak ada respon. Kemudian ia menyenggol lengan yeoja itu yang akhirnya hanya dijawab dengan kata “wae?” olehnya.
Kyuhyun berharap agar ekspresinya mampu ditangkap oleh Sungmin bahwa dirinya tak ingin Siwon ikut bersama mereka. Tapi terlambat, kini Siwon sudah mengiyakan ajakan yeoja disampingnya.
“Kajja!” ajak Sungmin pada kedua namja itu sambil berjalan mantap. Ia tak menyadari bahwa salah satu dari dua namja itu ingin sekali memakannya.
Jadilah malam itu mereka berjalan-jalan bertiga. Jika bisa dikatakan, ini adalah kencan segitiga. Tapi tidak. Ini tak seperti cinta segitiga. Karena tak ada hubungan yang special diantara ketiganya.
Akhirnya setelah dua jam lebih, mereka memutuskan untuk menghentikan aksi kencan segitiga mereka. Tubuh mereka lelah. Malam juga semakin larut. Kyuhyun mengantarkan Sungmin pulang ke apartemennya. Sedangkan Siwon kembali ke kediamannya seorang diri.
.
.
Beberapa hari setelahnya, Sungmin menjadi bertembah dekat dengan Siwon. Itu hal yang wajar bagi Sungmin. Tapi tidak bagi Kyuhyun. Baginya itu hal yang menyebalkan. Bagaimana tidak, Siwon seperti mengambil sahabatnya begitu saja. Sekarang pun Sungmin lebih senang menghabiskan waktunya bersama Siwon di atap gedung kuliah. Bukan apa-apa, Sungmin hanya ingin menenangkan dirinya disana. Menguatkan dirinya untuk tetap bisa menjadi Lee Sungmin di depan seorang Cho Kyuhun, orang yang ia cintai. Dan apa pula salahnya jika Siwon mau menjadi seseorang yang menamaninya dan menjadi orang yang bisa menenangkannya?
“Kau ke atap lagi?” tanya Kyuhyun kesal setelah mendapati Sungmin yang baru saja masuk ke kelas mereka.
Sungmin hanya mengangguk dengan wajah polosnya untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun hanya bisa menghela napasnya.
“Apa sih yang kalian lakukan? Berjemur?” tukas Kyuhyun kesal.
Kembali Sungmin tak menjawabnya. Ia hanya mengangkat bahunya sebentar.
‘Ish… ada apa sih dengan yeoja ini?’  batin Kyuhyun. Namun ia tak putus asa. Ia kembali mengajak Sungmin bicara.
“Minnie-ah, sepulang kuliah, ikut aku! Ada berita bagus!”
Sungmin menoleh semangat. Matanya kini tampang berbinar-binar memandang mata orbs namja di depannya. Ah, sepertinya Kyuhyun berhasil mengubah mood yeoja itu seketika.
“Jinja? Berita apa?” tanya Sungmin semangat.
“Kau akan tahu nanti.” ucap Kyuhyun membuat Sungmin penasaran.
Sungmin kembali mempoutkan bibirnya. Untung saja Kyuhyun tak melihatnya. Kalau saja ia melihatnya, pasti jantungnya akan meronta-ronta lagi. Sementara Sungmin ingin sekali mendengar berita yang Kyuhyun bilang ‘bagus’ itu sekarang juga. Dan ia pun mulai merengek.
“Ayolah kyu… ceritakan sekarang saja.” pintanya sambil meraih lengan panjang Kyuhyun.
Kyuhyun hanya mengalihkan pandangannya dari Sungmin. Kyuhyun pun tersenyum licik karena berhasil membuat yeoja itu semakin penasaran.
“Aish…Kyunnie… Ayo ceritakan!”
DEG!
‘Kyunnie? Panggilan itu…’ batin Kyuhyun kini mulai bergejolak. Ia teringat seseorang. Seseorang yang selalu memanggilnya dengan panggilan itu dulu. Hanya orang itu yang akan memanggilnya seperti itu. Hanya dia. Dia yang ia rindukan selama ini.
“Kau memanggilku apa?” tanya Kyuhyun memastikan. Dadanya kini bergemuruh menuggu jawaban Sungmin.
“A-apa?”
Sungmin tahu betul ia baru saja membuat kesalahan kecil. Ia memanggil Kyuhyun dengan nama kecilnya. Ia sadar, seharusnya ia tidak melakukannya. Ia menyesal karena kini dirinya bak diinterogasi oleh Kyuhyun. Kyuhyun kini menatapnya tajam.
“Tadi… Kau memanggilku apa?” Kyuhyun mengulangi pertanyaannya.
Sebisa mungkin Sungmin mengontrol detak jantungnya. Ia harus tetap terlihat biasa saja. Ia tak boleh gugup walaupun sebenarnya hatinya ingin berteriak.
“Oh itu… Kyuhyunnie. Wae?”
Kyuhyun mengernyitkan dahinya. Ia ragu dengan jawaban Sungmin. Ia yakin sekali, ia tadi mendengar yeoja itu memanggilnya “kyunnie”. Atau ia saja yang salah dengar?
“Waeyo Kyu?” tanya Sungmin lagi.
“Ah, ani. Lupakan saja!”
.
Keduanya memilih halaman belakang gedung kuliah sebagai tempat dimana Kyuhyun akan menceritakan ‘berita bagus’nya sepulang kuliah.
“Lihat ini!” kata Kyuhyun sambil menunjukkan sebuah foto yang ada di handphonenya.
Sungmin memandang foto itu lekat-lekat. Foto seorang yeoja berambut cokelat dan mata besarnya yang indah. ‘hmmm… cantik juga.’
“Nugunde? Teman kencanmu selanjutnya?” tanya Sungmin ketus.
Kyuhyun menghela napasnya. Ia tak habis pikir mengapa yeoja ini selalu berpikiran yang sama ketikaia mengenalkan yeoja lain padanya.
“Ish… dia ini mahasiswa ilmu sastra. Namanya Victoria. Victoria Song. Ia terkenal sekali. Banyak namja yang menyukainya!” Kyuhyun mulai membanggakan yeoja yang ada di foto itu.
“Dan kau juga menyukainya.” sahut Sungmin kesal.
“Emm… bagaimana aku mengatakannya? Dia tipe semua namja. Akan terasa aneh jika namja normal sepertiku tidak menyukainya!” ucap Kyuhyun sambil tertawa.
Oh, baiklah. Mungkin itu hal yang lucu bagi Kyuhyun. Tapi bagi Sungmin, itu hal yang memuakkan. Bagaimana tidak, Kyuhyun baru saja mengaku bahwa ia menyukai yeoja lain di depan dirinya. Sungmin yang salah paham, begitu membenci hal itu. Ia tak mengerti arti sebenarnya dari kalimat yang baru saja Kyuhyun ucapkan.
“Lalu apa berita bagusnya?” tanya Sungmin sedikit emosi.
Kyuhyun tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu. “Eomma memintaku untuk mengencaninya. “
Sungmin menoleh menatap wajah Kyuhyun. Kentara sekali ia terkejut sekali akan hal itu. Biasanya Kyuhyun sendiri yang menentukan siapa orang yang akan dikencaninya. Tapi kini ibunya ikut andil. Ada apa ini?
Kyuhyun melanjutkan ceritanya tanpa peduli pada Sungmin yang kini tampak semakin muak.
“Eomma memintaku untuk mengenalinya lebih dekat. Orangtuaku memang mengenal baik keluarga Song. Mereka ingin aku bisa menikah dengannya setelah aku selesai kuliah nanti.”
DEG!
Sesak. Itu yang Sungmin rasakan di dadanya saat ini. Ia tak mampu untuk mengeluarkan kata sedikitpun. Hatinya terlalu sakit untuk melakukan sesuatu. Pikirannya pun mulai tidak fokus.
“Kuharap aku akan senang menjalaninya. Lagi pula sepertinya Victoria gadis yang dewasa.”
‘CUKUP CHO KYUHYUN!’ teriak Sungmin dalam hati. Ia benar-benar tak bisa menahan sakit hatinya saat ini. Tanpa terasa, air matanya lolos dari pelupuk matanya begitu saja. Begitu banyak hingga Sungmin sulit untuk menyembunyikannya. Padahal ia harus tetap terlihat biasa saja di depan Kyuhyun. Ah, tapi mungkin tidak untuk saat ini. Ia tak bisa menahannya lagi. Akhirnya ia berdiri dan berjalan agak cepat meninggalkan Kyuhyun. Namun baru tiga langkah, Kyuhyun memanggilnya.
“Minnie ah, kau mau ke mana? Gwaenchanha?” tanyanya.
Sungmin kembali menata hatinya sebelum menjawab.
“Hmmm… gwaenchanha. Seseorang mengimiku pesan. Aku harus segera menemuinya.” Jawab Sungmin bohong tanpa membalikkan tubuhnya. Ia tak berani menatap Kyuhyun. Ia takut tangisannya akan semakin keras. Bahkan ia tak menjawab ketika Kyuhyun bertanya, “Siapa?”. Ia terlalu sibuk merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya.
Setelah itu ia segera berlari meninggalkan namja yang membuatnya tersiksa itu. Ia tak peduli apa yang akan orang-orang pikirkan karena melihatnya berlari sambil menangis. Ia hanya ingin menjauh dari Kyuhyun saat ini. Ia terus saja berlari hingga akhirnya…
Brukk!
Ia menabrak seseorang. Seseorang yang ia yakini bergender namja dan jauh lebih tinggi darinya itu adalah namja yang ia kenali sebagai Choi Siwon. Siwon yang menyadari yeoja itu adalah Sungmin segera menengadahkan wajahnya. Siwon pun kini tampak khawatir karena Sungmin yang menangis dan terisak tanpa henti.
“Sungmin-ssi, gwaenchanayo?” Siwon mencoba bertanya pada yeoja yang terus terisak itu.
“Hiks… hiks…”
Sungmin tak menjawabnya. Hanya isakan yang keluar dari mulutnya. Ditambah lagi lelehan air mata yang tak hentinya keuar dari mata foxynya.
“Aish jinja… Ikut aku…”
Siwon menggandeng yeoja itu untuk segera pergi dari kampus mereka sekarang juga. Keduanya terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri hingga tak menyadari seseorang yang tengah memandang mereka yang semakin menjauh.
“Oh, jadi orang itu adalah Siwon, Minnie ah?” lirih Kyuhyun.
.
“Sudah lebih baik?” tanya Siwon pada Sungmin ketika keduanya telah berada di salah satu kedai kopi.
“Hmmm” jawab Sungmin singkat sambil menyesap pelan capuchinonya.
Sungmin harus berterimakasih pada Siwon karena namja ini berhasil membuatnya lebih tenang. Selalu seperti itu. Selalu ada Siwon yang siap untuk menjadi tempatnya bergantung. Siwon memang tak pernah tahu Sungmin menangis karena apa atau siapa. Sungmin tak pernah memberitahunya barang sedikit pun mengenai dirinya dan Kyuhyun. Selalu saja Siwon sendiri yang akan bercerita ketika mereka menghabiskan waktu mereka di atap gedung kuliah. Namun untuk Sungmin, ia akan mencoba segala hal agar yeoja itu tak menangis. Walaupun hanya dengan menemaninya seperti ini. Karena hanya dengan cara inilah ia bisa lebih dekat dengan Sungmin yang tak pernah memberitahukan masalahnya.
Sungmin bisa kembali tenang setelah beberapa menit. Namun ketenangan itu hilang seketika saat seseorang menelfon Sungmin ketika ia sedang mengobrol dengan Siwon. Pada ID call di handphonenya tertera nama Cho Kyuhyun. Mau tak mau Sungmin harus mengangkat telefon itu. Ia tak mau terlihat sedih karena apa yang dikatakan Kyuhyun tadi.
“Yeoboseo?” sapanya.
“Hei yeoja pink! Kau dimana?” tanya Kyuhyun tanpa basa-basi.
“Memangnya ada apa?” Sungmin kini balik bertanya. Ia berusaha setenang mungkin untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun.
“Jawab saja!” sahut Kyuhyun kesal.
“Aku di kedai kopi di dekat kampus.”
“Tunggu disana! Aku akan menjemputmu!”
Dan benar saja. Tak lebih dari lima menit Kyuhyun sudah datang untuk menjemputnya. Ia segera mengambil tas milik Sungmin dan mengajaknya pergi.
“Kajja!” ajaknya sambil menarik tangan kiri Sungmin.
“Kemana?”
“Ke rumahku. Ke kediaman Cho.”
“Mwo?” Sungmin terkejut dengan ajakan Kyuhyun yang mendadak itu.
Kyuhyun tak menjawab keterkejutannya. Ia membiarkan Sungmin yang masih terkejut sekaligus bingung dengan sikapnya. Ia kini malah menoleh pada Siwon sekedar untuk meminta maaf pada orang itu.
“Jwiseonghaeyo Siwon-ssi, sepertinya aku harus menunda obrolan kalian dulu.” ucap Kyuhyun pada Siwon yang masih memandang bingung keduanya.
Setelah itu mereka langsung keluar dari kedai dan melaju dengan mobil Kyuhyun. Sungmin tak dapat berkutik. Apa yang akan terjadi padanya jika ia menolak? Bisa jadi Kyuhyun akan mengulitinya hidup-hidup.
Tak sampai 10 menit, mobil itu sudah mencapai kediaman Cho. Tak terlalu megah hanya luas dan indah. Itu pendapat Sungmin ketika melihat rumah Kyuhyun yang berbeda dari tiga belas tahun yang lalu. Ini bukanlah rumahnya yang dulu. Pasti mereka telah meninggalkan rumah mereka yang sebelumnya.
“Kajja!” ajak Kyuhyun sambil membawa yeoja di sebelahnya masuk ke kediaman yang-menurut Sungmin-nyaman itu.
Hati Sungmin sebenarnya masih bergejolak sejak pengakuan menyakitkan Kyuhyun beberapa jam yang lalu. Namun dia kini tak punya pilihan lain selain mengikuti semua kemauan Kyuhyun. Entah apa yang ada di otaknya. Jelas-jelas hatinya telah tersakiti. Tapi ia masih saja ingin berada disisi namja itu. Dan kini ia bahkan harus ikut ke rumahnya. Sungguh perasaan yang rumit.
Normal POV

Sungmin POV
Kyuhyun masih setia menggandeng tangan kananku. Dan seperti biasa, jantungku berdetak kencang saat ini. Melupakan sakit hati yang sebenarnya masih sangat terasa. Dada ini masih sesak. Bahkan aku belum bisa banyak bicara. Ah, tapi sudahlah. Lupakan hal itu sejenak. Saat ini aku harus menjadi Lee Sungmin yang baik. Lee Sungmin yang akan selalu mendukung Kyuhyun, sahabatnya. Lagi pula saat ini Kyuhyun tengah sibuk memanggil ibunya yang entah ada dimana. Aku tahu, aku harus bersikap biasa saja. Dan jangan menampakan kesedihan sedikitpun.
“Eomma! Eodiseoyo?!” teriak Kyuhyun untuk kesekian kalinya. Namun sepertinya itu teriakan terkhirnya karena kulihat seorang yeoja paruh baya kini tengah mendekati kami berdua.
Oh tidak, air mataku sepertinya ingin meluncur lagi. Bukan. Bukan karena aku merasakan sakit hati itu lagi. Ini lain. Ini air mata rindu. Ya, aku merindukan ahjumma ini. Hanna ahjumma.
“Ne, jangan berteriak, adeul!” ucap Hanna ahjumma pada Kyuhyun.
Sedangkan aku? Aku masih memandangnya tak percaya. Oh Tuhan, aku bersumpah, aku ingin memeluknya seperti dulu. Aku ingin berada di pangkuannya seperti tiga belas tahun yang lalu saat aku merasa ia juga ibuku. Aku tak dapat melakukan apapun ketika matanya bertemu dengan mataku. Tubuhku menegang. Kemudian  air mata itu akhirnya lolos juga. Begitu lama dan aku masih memandanginya dengan tangisanku.
“Eh? Agashi, kau menangis? Kyuhyun ah, apa yang kau lakukan padanya?” tanyanya kini pada anak laki-lakinya.
“Mwoya? Aku diam saja!” protes Kyuhyun.
Aku segera saja menghapus air mataku. Aku tak ingin baik Kyuhyun ataupun Hanna ahjumma berpikiran yang tidak-tidak tentangku. Aku segera tersenyum pada Hanna ahjumma dan membungkukkan badan.
“Annyeonghaseyo, nan Sungmin imnida.” sapaku kemudian.
Aku tahu, Hanna ahjumma tak akan mengenaliku. Ia juga hanya mengenalku sebagai Chuu 13tahun yang lalu. Sama seperti Kyuhyun. Sedangkan sekarang, aku adalah Lee Sungmin yang sedang mencoba untuk menyembunyikan sosok Chuu dalam diriku.
Lalu Hanna ahjumma menepuk pundakku pelan dan tersenyum tulus padaku. Kemudian…
Grepp!
Oh? Ahjumma memelukku. Ada apa ini?
“Gwaenchanha… Tak apa jika kau mau menangis. Menangis saja, Sungmin-ssi…” ucapnya di pundakku.
Hangat. Sama seperti dulu. Dan tak terelakkan lagi, aku kembali menangis. Aku tak peduli Hanna ahjumma tak mengenali diriku yang sekarang. Yang penting saat ini aku bahagia bisa merasakan pelukannya lagi. Aku merindukannya. Sungguh, pelukan, kasih sayang, dan semua yang ada pada dirinya. Dan aku yakin kini Kyuhyun tengah memandang kami berdua. Sekali lagi, aku tak peduli. Aku tak peduli apapun yang ada di pikirannya.
.
Hari itu aku memutuskan untuk membantu Hanna ahjumma mempersiapkan makan malam untuk keluarganya. Masih terlalu dini sebenarnya untuk sekedar menyiapkan makan malam. Bahkan Yeung Hwan ahjussi belum kembali dari pekerjaannya. Sedangkan Kyuhyun? Ah, sepertinya ia sedang asik bermain game di kamarnya. Biarkan saja namja evil satu itu tak mengganggu waktuku dengan Hanna ahjumma.
“Aku senang kau disini, Sungmin-ssi.” ucap Hanna ahjumma ketika kami berdua berada di dapur untuk mempersiapkan makan malam.
Aku hanya tersenyum untuk menjawab pernyataan yang membuatku senang itu.
“Maafkan Kyu jika dia sering merepotkanmu.” lanjutnya.
“Ani ahjumma. Bagiku, Kyuhyun adalah sahabat yang baik.” jawabku asal.
Kini Hanna ahjumma mulai mencibir anak laki-lakinya itu. Sungguh, wajahnya lucu sekali.
“Ish… aku tak menyangka anak itu bisa berteman dengan anak baik sepertimu Sungmin-ssi. Padahal dia sulit sekali untuk menghargai orang.” kata Hanna ahjumma.
Aku hanya bisa tertawa saat pernyataan konyol itu terlontar. Hemm, memang benar.
“Ah, aku akan menyiapkan kopi untukku dan suamiku. Bagaimana pendapatmu Sungmin-ssi?” Hanna ahjumma kembali bertanya.
Menurut pengalamanku, kopi yang terlalu pekat tak baik untuk orang tua. Begitu juga dengan Yeung Hwan ahjussi dan Hanna ahjumma. Lagi pula dari dulu mereka tak akan bisa minum kopi yang terlalu pekat.
“Emm… Itu bagus, ahjumma. Hanya saja jangan buat yang terlalu pekat. Ahjumma tahu kan, itu tak baik untuk ahjussi dan ahjumma sendiri.” Saranku sambil tersenyum tulus ke arahnya.
Kini Hanna ahjumma memandangku lekat-lekat. Seolah aku mahluk asing yang baru saja datang ke bumi. Ah, ada apa ini? Mengapa ahjumma jadi seperti ini?
“Ahjumma?”
“Sungmin-ssi, apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?”
DEG!
Jangan. Ahjumma tak boleh tahu siapa diriku sebelum Kyuhyun mengetahuinya. Ini tak baik. Aku harus segera menghentikan lamunan ahjumma dari kenyataan itu.
“Ne ahjumma, kita berkenalan tadi.” ucapku bohong. Mianhae ahjumma.
“Ani. Bukan tadi. Kau ini seperti…”
“Ah, ahjumma. Mungkin hanya perasaan saja.” ucapku segera memotong kalimatnya.
Jeongmal mianhae ahjumma. Aku tak ingin semua ini berubah begitu saja. Biarlah semua mengalir apa adanya. Kami berdua terdiam. Kulihat ahjumma masih belum percaya dengan jawabanku. Namun ia menunduk. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Kami berdua sama-sama canggung saat ini.
“Ah, geundae... Kudengar ahjumma ingin Kyuhyun menikah dengan Victoria-ssi, apa itu benar?” sahutku mengalihkan perhatiannya dan memecah keheningan diantara kami berdua.
Aku memang bodoh. Aku ingin mengalihkan semua pembicaraan ini dengan cara membuka lukaku yang masih belum kering. Ya, aku kembali menyakiti hatiku dengan mengingat pengakuan Kyuhyun. Namun hal itu berhasil. Hanna ahjumma kini seperti melupakan pembicaraan yang baru saja kami lakukan tadi.
“Ne, aku dan Suamiku mengenal baik keluarga Song. Mereka rekan bisnis kami.” jawabnya kemudian.
Aku hanya ber’oh-ria menanggapi semua yang dikatakannya. Aah, seandainya saja aku sebaik dan sekaya Victoria, pasti ahjumma akan memilihku.
Aish, apa sih yang kupikirkan. Lupakan semuanya, Lee Sungmin! Jangan berharap terlalu jauh!
“Sungmin-ssi, aku ingin kau menemani Kyuhyun pada makan malamnya besok bersama Victoria.”
“Ne?”
Apa aku tidak salah dengar? Ahjumma memintaku untuk…
“Ani… Sejujurnya aku masih ragu dengn pilihanku dan suamiku. Ini semua sebenarnya hanyalah ikatan bisnis. Sungmin-ssi, aku hanya ingin dirimu memastikan apakah pilihanku memang tepat. Kau sahabat Kyuhyun. Kau pasti tahu yang terbaik untuknya. Sungmin-ssi, kau mau kan?”
Kuulangi lagi, Hanna ahjumma ingin aku menemani Kyuhyun? Yang benar saja. Oh ahjumma, tak tahukah Kau bahwa itu akan menyakitiku? Apa yang harus kulakukan?
“Tapi ahjumma…”
“Kalau kau mau, Sungmin-ssi boleh mengajak teman.” Hanna ahjumma segera memotong penolakanku.
Jelas sekali ia tak ingin mendengar penolakan dariku. Aku tahu, ia hanya ingin yang terbaik untuk putranya. Lalu aku? Apakah aku harus sakit hati sekali lagi? Haruskah?
Nemun aku tak tega menolak permintaan Hanna ahjumma. Apalagi kini ia memegang kedua lenganku seakan sedang memohon padaku. Haah, harus bagaimana lagi.
“Ne ahjumma. Aku akan menemaninya.”

TBC